Mohon tunggu...
AFRIZAL MOCHAMMAD
AFRIZAL MOCHAMMAD Mohon Tunggu... mahasiswa

saya gemar bermusik dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Milenial dalam Upaya Pelestarian Kentrung di Tulungagung

19 Januari 2023   01:25 Diperbarui: 20 Januari 2023   00:20 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesenian Kentrung merupakan sastra lisan yang memasukkan cerita, pantun dan gendang ke dalam pertunjukannya. Sisi musiknya diwakili oleh penggunaan rebana selama pertunjukan sajak dan cerita. Selain itu, rebana digunakan sebagai representasi visual dari sajak dan cerita yang diceritakan .

    Kesenian Kentrung sendiri berasal dari pantai utara Pulau Jawa. Kata tersebut berasal dari daerah Semarang, Pati, Jepara, Blora dan Tuban. Kentrung berasal dari desa Bate, Bagilan Tuban. Lokasi Kentrung awalnya bernama Bate karena berasal dari lokasi tersebut. Kentrung adalah sebuah bentuk seni yang mengisahkan sejarah Jawa; itu juga berisi cerita tentang nabi dan raja dari kerajaan Islam Jawa. Kentrung periode Walisongo berisi kronik-kronik ini, itulah sebabnya Kentrung merupakan bentuk Kentrung yang paling populer. Pada zaman dulupedagang muslim Arab mencampurkan Islam dengan kesenian Jawa sehingga terciptalah kesenian Kentrung. Kesenian Kentrung saat ini sedang mengalami perubahan, karena dulu hanya melibatkan satu orang yang berperan sebagai burung terbang dan berbicara sedangkan yang lainnya mencampurkan beberapa bunyi lainnya. Kesenian Kentung telah diturunkan dari Tuban ke banyak daerah lain seperti Blitar, Tulungagung, Kediri dan lain-lain. Ini juga telah menyebar ke beberapa daerah di Jawa Tengah. Sementara beberapa daerah telah kehilangan banyak kentrung karena berlalunya waktu, banyak anggota masyarakat yang lebih tua masih melestarikannya. Inilah sebabnya mengapa generasi muda diperlukan untuk merekam kesenian ini untuk generasi mendatang. . Hal ini mendorong Yayak Priasmara seorang putra daerah, untuk melestarikan kesenian kentrung. Bermula sejak dirinya mengikuti ekstrakulikuler teater yang ia ikuti semasa SMA. Ketertarikan nya berlanjut di bangku perkuliahan. Sejak mengikuti UKM seni di kampusnya Yayak mulai mengenal dan tertarik dengan kesenian kentrung. Dengan berbekal ilmu kentrung dari UKM, Yayak mendirikan Sanggar Seni “Gedhang Godhog”. Sanggar Seni “Gedhang Godhog” ddirikan ketika Yayak menjadi guru sukarelawan di salah satu SMP di Tulungagung pada tahun 2010, agar Kentrung tetap hidup, Yayak mengimbau Kentrung kepada siswa di kelas yang bukan bagian dari kurikulum sekolah. Bahasa gaul Jawa untuk pisang rebus adalah “gedhang godhog”; salah satu jajanan tradisional tulungangung. Banyak orang menyukai makanan di Sanggar Seni Gedang Godhog; Yayak yakin ini karena namanya sederhana. Karena Mbah Gimah merupakan satu-satunya seniman kentrung yang tinggal di Tulungangung, maka ia memilih untuk membuat penerus gaya seninya. Mbah Gimah khawatir setelah beliau wafat tidak ada lagi yang melanjutkan kesenian Tulongangung. Alhasil, seorang siswa muda usia sekolah mulai berkreasi di sanggar seni “Gedang Godhog”. Upaya Yayak untuk tetap menghidupkan kesenian kentrung melalui program Beasiswa Kentrung menjadi penting bagi generasi muda. yang telah di laksanakan sejak tahun 2018 ini , dari tahun ketahun peminatnya terus bertambah. Suatu tantangan bagi Yayak untuk memperkenalkan kentrung Untuk anak SD sampai SMA yang belum tahu apa-apa tentang akar. Sistem studi beasiswa Kentrung dilakukan secara bertahap. Diawali dengan peserta, mereka diajari cara bercerita dengan naskah dari Yayak. Dongeng yang diajarkan kepada peserta bukanlah dongeng berat seperti naskah yang dibawakan Kentrung, melainkan dongeng ringan yang memudahkan peserta memahami jalan ceritanya. Naskah dongeng mengandung berbagai plot dan emosi seperti kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan ketidakberdayaan. Diharapkan melalui plot dan suasana yang kaya dan penuh warna, para kontestan dapat mengekspresikan diri secara tepat dan benar saat bercerita. Peserta perlu memahami dongeng yang diberikan sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya. Setelah peserta belajar cara bercerita dengan baik dan benar, Yayak memperkenalkan cara bercerita Upaya yang di lakukan Yayak membuahkan hasil. Kini Sanggar Seni “Gedang Godhog” sudah dikenal oleh kalangan milenial. Yayak berharap dengan adanya program beasiswa ketrung anak muda bisa lebih mengenal, belajar serta melestarikan kesenian kentrung . Yayak juga berharap kentrung bisa menjadi ekstraikulikuler di setiap sekolah di Tulungangung , entah dari SD, SMP, ataupun SMA. Supaya anak muda mengerti bahawa ada seni kentrung atau seni mendongeng yang bisa se- enjoy itu dan bahkan tidak ada pakem tertentu dalam kesenian kentrung.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun