Mohon tunggu...
AFRILLIANY
AFRILLIANY Mohon Tunggu... Mahasiswa - Afril

Sebagian artikel ada yang di buat oleh kelompok

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

MBS sebagai Inovasi Pendidikan

20 April 2022   21:02 Diperbarui: 20 April 2022   21:13 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun selain dampak positif dari MBS, terdapat pula beberapa persoalan yang ditemukan yakni seperti besarnya ukuran kelas, rendahnya kehadiran siswa dan guru, pergantian guru yang tinggi, dan persiapan mengajar yang kurang dari pihak guru kurang diindahkan dibandingkan fasilitas sekolah yang tidak layak, kekurangan buku pelajaran dan materi pengajaran, serta dana yang tak cukup meskipun persoalan terakhir sepertinya dianggap sebagai hal yang tidak bisa diubah. Banyak kepala sekolah yang menyebut kurangnya kapasitas dinas pendidikan untuk melayani seluruh sekolah. Perbedaan persepsi ini menunjukkan adanya salah komunikasi antara dinas pendidikan dan sekolah mengenai hal-hal yang penting di tingkat sekolah, sehingga terjadi perbedaan prioritas antara dua tingkat pendidikan. Selain itu juga kurangnya pengetahuan tenaga pendidik yang mengakibatkan penerapannya pun menjadi tidak kreatif, serta kurangnya kesadaran orang tua yang kurang memperhatikan anak-anak mereka yang menjadi faktor lain yang menghambat MBS terlaksana dengan baik.

Dalam pengelolaan kurikulumnya, juga terdapat kendala-kendala yang dihadapi yakni: anggaran biaya atau fasilitas pendidikan yang terbatas atau kurang mencukupi, guru mengajar tidak sesuai dengan bidang keahlian atau latar belakang pendidikannya, kemampuan atau kompetensi guru kurang/tidak sesuai dengan yang diharapkan, serta sumber/bahan ajar terbatas atau sulit diperoleh.

Menurut Amiruddin Siahaan, ada tiga permasalahan yang menghambat implementasi MBS. Dan hal ini juga sekaligus menjadi kelemahan penerapan manajemen pendidikan. Yang pertama adalah implementasi MBS sifatnya hanya anjuran, sehingga sangat wajar apabila pelaksanaan di lapangan masih belum maksimal. Yang kedua, kontrol masyarakat belum memadai, khususnya orang tua peserta didik. Terutama di kalangan masyarakat non-perkotaan yang masih menganggap bahwa sekolah adalah satu-satunya lembaga yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan anak-anak mereka. Hal itu karena masyarakat, khususnya orang tua tadi belum mengetahui manajemen berbasis sekolah secara utuh, karena sebenarnya yang dimaksud dengan otonomi sekolah bukan berarti sekolah berjalan sendiri, melainkan harus ada kerjasama antara sekolah dan masyarakat setempat. Ketiga adalah peran komite sekolah yang belum maksimal. Selama ini komite sekolah hanya dianggap sebagai alat kelengkapan semata tanpa memberikan bantuan yang bersifat signifikan terhadap kebutuhan sekolah. Problem yang sama, yaitu komite, atau sebagian anggota komite belum mengetahui secara utuh tentang hakikat SBM.

Maka dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan strategi untuk mengubah pendidikan dan pengalihan sebagian besar otonomi kewenangan kepada sekolah serta memberikan kontrol dan akuntabilitas yang lebih besar kepada pengelola sekolah, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Dalam MBS, keterlibatan masyarakat yang menonjol dalam pengambilan keputusan dengan kepala sekolah dan guru menasihati. Oleh karena itu, segala kegiaan sekolah yang menunjang kelancaran pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab sekolah yang disetujui oleh masyarakat. Tujuan utama MBS adalah meningkatkan kemandirian sekolah, meningkatkan partisipasi sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan meningkatkan keluwesan dalam mengelola sumber daya sekolah. Penerapan MBS dapat mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, dikarenakan konsep dari pada MBS ini yaitu menghendaki kebebasan kepada guru dan kepala sekolah dalam menyusun kurikulum dan program sekolah. Dengan demikian rasa tanggap sekolah kepada kebutuhan masyarakat meningkatkan dan menjamin atas layanan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat.

Namun pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini terdapat pula beberapa permasalahan yang ditemukan seperti besarnya ukuran kelas, rendahnya kehadiran siswa dan guru, pergantian guru yang tinggi, dan persiapan mengajar yang urang dari pihak guru kurang diindahkan dibandingkan fasilitas sekolah yang tidak layak, kekurangan buku pelajaran dan materi pengajaran, serta dana yang tidak cukup. Kurangnya pengetahuan tenaga pendidik yang mengakibatkan penerapannya pun menjadi tidak kreatif. Selain itu, pada pengelolaan kurikulum juga terdapat kendala-kendala yang dihadapi yaitu anggaran biaya atau fasilitas pendidikan yang terbatas atau kurang mencukupi. Jadi pada inovasi MBS ini tidak semata-mata memiliki nilai positif saja, tetapi tetap pada setiap inovasi pendidikan pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya. Jadi pada implementasi sebuah inovasi pendidikan perlu dirancang dan dipersiapkan dengan matang sebagai upaya meminimalisir pandangan negatif mengenai inovasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA


Achadah, A. (2019). Manajemen berbasis sekolah (MBS): Konsep Dasar dan Implementasinya pada Satuan Pendidikan. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, 4(2), 77-88.

Adriani, dkk. (2020). Analisis Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. JURNAL MAPPESONA, 3(2).

Anwar, Muh, HM. (2018). MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Jurnal Ekspose Volume 17, Nomor 2, Juli -- Desember 2018 P-ISSN: 1412-2715, E-ISSN: 2616-4412.

Aziz, Zaini, Ahmad. (2015). MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH: ALTERNATIF PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MADRASAH. Jurnal eL-Tarbawi Volume VIII, No.1, 2015

Boko, Y. A., & Sibua, A. (2021). Manajemen Berbasis Sekolah: Sejarah dan Strategi Implementasi Pada Satuan Pendidikan. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 7(7), 329-338.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun