Mohon tunggu...
Afridha Rizkyah
Afridha Rizkyah Mohon Tunggu... Mahasiswi

hobi basket

Selanjutnya

Tutup

Politik

Generasi Muda sebagai Agen Perubahan: Kontribusi dan Tantangan dalam Solidaritas Terhadap Palestina

28 September 2025   04:10 Diperbarui: 28 September 2025   04:16 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konflik Palestina-Israel merupakan simbol dari ketegangan antara identitas nasional, identitas keagamaan, dan kepentingan geopolitik yang telah berlangsung semenjak 100 tahun lama nya.  (Al Ghozali, 2025). Isu Palestina bukan hanya persoalan konflik teritorial, melainkan juga cerminan ketidakadilan global dalam ranah politik dan ekonomi. Generasi muda di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, menunjukkan keterlibatan yang semakin kuat dalam menyuarakan solidaritas terhadap Palestina. Dari aksi demonstrasi, gerakan digital, hingga boikot produk, keterlibatan ini memperlihatkan peran generasi muda sebagai agen perubahan. Artikel ini berupaya meninjau kontribusi dan tantangan generasi muda dalam kerangka ekonomi-politik global.

Dalam perspektif ekopol, generasi muda memiliki posisi penting karena:

  1. Kesadaran Politik Global: Generasi muda kini lebih mudah mengakses informasi melalui media sosial, sehingga memiliki wawasan kritis tentang kolonialisme, imperialisme, dan ketidakadilan ekonomi-politik.
  2. Aksi Kolektif: Gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) yang dipopulerkan global banyak digerakkan oleh komunitas mahasiswa dan pemuda, sebagai bentuk tekanan ekonomi terhadap aktor-aktor yang mendukung pendudukan Israel.
  3. Kekuatan Digital: Pemuda mengoptimalkan ruang digital untuk mengedarkan narasi alternatif, membongkar propaganda, dan membangun opini publik internasional.

Kontribusi Nyata Generasi Muda

Gerakan Boikot Produk: Kampanye boikot terhadap perusahaan yang dianggap mendukung atau terafilisiasi dengan agensi Israel banyak dipopulerkan oleh kelompok muda. Walaupun terkesan memberikan dampak yang kecil dan tidak berarti, namun jika dilakukan oleh massa yang besar dan secara serempak dalam waktu yang lama maka akan  berdampak sedikit demi sedikit. Ini memperlihatkan peran pemuda dalam menghubungkan pilihan ekonomi sehari-hari dengan sikap politik global. Sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintah Padang (Rafid Sugandi & Riri Anggraini, 2024)

Diplomasi Rakyat: Generasi muda membangun jaringan internasional lewat forum, webinar, hingga konferensi mahasiswa. Kekuatan jaringan ini menjadi "diplomasi akar rumput" yang melengkapi peran diplomasi negara. (Kaslam, 2024)

Produksi Wacana Kritis Mahasiswa dan aktivis muda menghasilkan tulisan, opini, dan konten yang menyoroti ketidakadilan ekonomi-politik yang dialami rakyat Palestina. Beberapa konten kreator yang aktif diantaranya seperti: Zhafiira, Tasya Farasya, Teuku Wisnu. Beberapa diantara mereka aktif menyuarakan aspirasi untuk Palestina misalnya berupa dukungan kemanusiaan secara langsung ataupun aktif menyuarakan melalui platform online yang mereka miliki.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun kontribusinya signifikan, generasi muda juga menghadapi sejumlah kendala:

  1. Fragmentasi Gerakan: Tidak semua kelompok pemuda memiliki strategi yang sama; sebagian lebih berfokus pada advokasi politik, sementara yang lain pada gerakan kultural atau kemanusiaan.
  2. Represi dan Disinformasi: Gerakan solidaritas sering dibenturkan dengan isu radikalisme, atau dihadapkan pada serangan disinformasi yang melemahkan dukungan publik.
  3. Keterbatasan Akses Ekonomi: Generasi muda seringkali tidak memiliki kontrol langsung terhadap kapital besar, sehingga aksi boikot dan advokasi perlu diperkuat dengan dukungan dari aktor masyarakat sipil lain.

Kesimpulan

Generasi muda berperan sebagai agen perubahan dalam solidaritas terhadap Palestina dengan memanfaatkan jalur politik, ekonomi, dan digital. Dari perspektif ekopol, peran ini tidak hanya membangun opini publik, tetapi juga menciptakan tekanan nyata terhadap struktur ekonomi global yang menopang pendudukan Israel. Namun, tantangan berupa fragmentasi gerakan, represi, dan keterbatasan sumber daya perlu dijawab dengan penguatan jaringan lintas bangsa, kolaborasi dengan aktor lain, serta konsistensi dalam mengartikulasikan nilai keadilan. Dengan demikian, generasi muda bukan hanya saksi, tetapi motor penting dalam perjuangan global untuk kemerdekaan Palestina.

Al Ghozali. (2025) Konflik Palestina-Israel: Antara Sejarah, Kemanusiaan, Hukum Internasional, dan Isu Boikot Kontemporer

Kaslam. (2024). Solidaritas Global: Gerakan Kemanusiaan Untuk Palestina Di Indonesia. In Jurnal Ushuluddin (Vol. 26, Issue 1).

Rafid Sugandi, & Riri Anggraini. (2024). Gerakan Sosial: Aksi Bela Palestina Boikot Produk Israel Di Kota Padang 2017-2023. CENDEKIA: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan Pendidikan, 4(2), 01--17. https://doi.org/10.55606/cendikia.v4i2.2482

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun