Mohon tunggu...
Afriantoni Al Falembani
Afriantoni Al Falembani Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen dan Aktivis

Menulis dengan hati dalam bidang pendidikan, politik, sosial, fiksi, filsafat dan humaniora. Salam Sukses Selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kartini Masa Kini dan Cadar

21 April 2018   09:34 Diperbarui: 21 April 2018   13:28 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Karena kami yakin pengaruh pendidikan itu besar bagi para wanita, agar para wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangan menjadi ibu pendidikan manusia yang pertama-tama (RA. Kartini)

Hari ini tepat tanggal 21 April 2018, kembali bangsa ini memperingati hari kartini. Momentum ini sebagai simbol kebangkitan perempuan.  Kartini telah berhasil mengajak perempuan untuk lebih berdaya dan berpartisipasi untuk diri, keluarga dan bangsa mereka.

Kartini sebagai tokoh yang mengeluarkan perempuan dari ketidakberdayaannya. Mulai dari hubungan antar lelaki dan dunia kerja. Kartini membuktikan dirinya mampu mendidik perempuan Indonesia dari keterbelakangan dengan kompetensi dan keterampilan.

Selain itu, pakaian kartini sebagai simbol perempuan Indonesia dengan kebaya dan sanggul di kepala seolah menjadi ciri khas pakaian kebangsaan Indonesia.

Tapi apakah salah kalau hari ini perempuan Indonesia berkeinginan memakai cadar agar merasa hidup tenang dan menjauhkan fitnah. Seharusnya semua keinginan tersebut dapat dipenuhi dan menjadi warna warni kebhinekaan bangsa ini.

Ada dua hal yang menarik memahami hari kartini terkait emansipasi dan pakaian kebaya atau cadar.

Pertama, soal emansipasi di zaman now. Hari ini berbagai jenis pekerjaan sudah digeluti oleh perempuan. Mulai dari presiden, menteri, direktur perusahaan, sekretatis, guru/dosen, arsitek, pengacara, wartawan, legislatif, eksekutif, yudikatif, hakim, politisi, apoteker, polisi, tentara, analis, sosiolog, psikolog, pebisnis, marketer, ragam jabatan publik, dan sebagainya.

Adapula buruh pabrik, buruh lepas, penjual jamu, penjual di pasar tradisional, jasa pijat, pekerja bangunan, sopir mobil, pelayan toko, pembantu rumah tangga, kernet mobil taksi, ojek online, penenun songket, dan lain sebagainya.

Perjuangan Kartini patut dihargai dan diapresiasi emansipasi dalam membantu pembangunan bangsa. Walau beberapa kalangan muslim meyakini bahwa tidak semua pekerjaan itu cocok untuk seorang muslimah. Tidak juga selalu harus seirama dengan zaman dan pembangunan bangsa.

Sebagian justru sepakat perempuan dapat memberikan kontribusi pembangunan bangsa dengan menindaklanjuti pembangunan dan perkembangan bangsa mulai dari rumah. Caranya mengurus rumah dan membesarkan anak dengan kasih sayang dan perhatian penuh. Semuanya tanpa harus bekerja keluar rumah. Ini pilihan, dan Kartini tidak memaksa pilihan mereka.

Secara jujur sebagian ulama sependapat bahwa pekerjaan yang paling mulia adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan ini 24 jam. Mulai dari bangun tidur, membereskan tempat tidur, mandi, memasak, mencuci, belanja pagi-pagi, memggosok, menjemur, mandikan anak, menguapi anak makan-minum, menidurkan anak, mengajak anak bermain atau berlibur, beribadah, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun