Mohon tunggu...
Fable Punk
Fable Punk Mohon Tunggu... Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi Unesa

Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi Unesa yang memiliki ketertarikan di dunia sastra, utamanya cerita pendek dan sejenisnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Daun Pengantar Harapan Semu

13 Maret 2025   12:18 Diperbarui: 13 Maret 2025   12:18 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mumbu si Koala (Sumber : Canva AI)

Di hutan eukaliptus yang luas di tepian Australia, ada seekor koala bernama Mumbu. Tubuhnya yang kecil dan bulunya yang abu-abu lembut sering terlihat meringkuk di dahan pohon favoritnya. Namun, Mumbu bukanlah koala biasa. Dia menyimpan rahasia yang tak diketahui siapa pun: pohon tempat tinggalnya, yang dia sebut Trey, selalu berbicara padanya.

"Mumbu, apa kau sudah makan hari ini?" Trey bertanya dengan suara lembut yang hanya bisa didengar Mumbu.

"Sudah, Trey. Tapi... rasanya hampa. Daun-daun eukaliptus ini tidak lagi terasa manis seperti dulu," jawab Mumbu sambil mengunyah malas.

Sejak kebakaran hebat yang melanda hutan itu dua tahun lalu, kehidupan Mumbu berubah drastis. Api telah melalap segala yang dia kenal, meninggalkan hamparan abu dan kepedihan. Teman-teman Mumbu hilang, keluarganya pun musnah. Dia adalah satu-satunya yang selamat, koala terakhir di hutan itu. Kesepian melilitnya seperti jaring laba-laba yang tak terlihat.

Untuk mengatasi kesedihannya, Mumbu menemukan cara yang aneh. Dia mulai mengunyah tumbuhan asing yang tumbuh subur di tepi hutan. Tumbuhan itu memiliki aroma tajam dan rasa pahit, tetapi memberinya perasaan ringan, seolah-olah dia bisa melupakan semua luka. Dalam mimpinya, teman-temannya kembali. Mereka tertawa, bermain, dan memeluknya dengan hangat.

"Mumbu, kau terlalu sering makan daun-daun itu. Aku khawatir," kata Trey suatu hari.

"Tapi hanya ini yang membuatku merasa tidak sendirian," jawab Mumbu. Matanya tampak keruh, dan tubuhnya mulai melemah. Namun, Mumbu tidak peduli. Dia terus mencari tumbuhan itu, bahkan hingga ke sudut-sudut hutan yang berbahaya.

Hari demi hari, Mumbu semakin terjerat dalam ilusi yang diciptakan oleh tumbuhan itu. Dia sering berbicara sendiri, seolah-olah teman-temannya benar-benar ada di sekitarnya. Suara-suara mereka terasa nyata di telinganya, tetapi itu semua hanya khayalan.

Suatu malam, ketika bulan penuh bersinar di atas hutan, Mumbu terbangun dari tidurnya. Dia mendengar suara gemerisik. Awalnya dia mengira itu angin, tetapi semakin lama suara itu menjadi jelas.

"Mumbu, bantu kami..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun