Mohon tunggu...
Afiyah Salsabila
Afiyah Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Halo. Saya Afiyah Salsabila mahasiswi Tadris Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya tertarik terhadap konten mengenai psikologi, anak dan keluarga, pendidikan, science, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masa Golden Age Anak dalam Perkembangan IQ, EQ, dan SQ

30 Oktober 2023   22:01 Diperbarui: 30 Oktober 2023   22:08 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn-2.tstatic.net/

Usia dini menjadi periode penting dalam pendidikan karakter seseorang. Pengalaman masa kecil (bahkan sejak masih kandungan) sangat penting terhadap kesehatan jiwa, mental, serta fisik anak yang dapat terbawa sampai usia dewasa[1]. Kegiatan pendidikan dimulai sejak akhir tahun pertama usia anak ketika ia mulai memahami perintah dan larangan, mengetahui arti kemarahan dan kerelaan orang-orang sekitarnya. Oleh karena itu, sebaiknya kepada anak diberikan perintah dan larangan, sekalipun pemahaman, pengetahuan, dan aplikasinya waktu itu belum sempurna. Sebab sedikit demi sedikit ia akan mulai memahaminya. Setiap kali usianya bertambah, bertambah pula kemampuan pemahamannya tentang perintah dan bimbingan yang diterimanya.[2]

 Pada masa usia dini, salah satu periode yang menjadi pencirinya adalah the Golden Ages atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan itu pada masa usia dini, di mana semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain, dan masa trozt alter 1 (masa membangkang tahap 1).[3]

 Anak usia dini juga merupakan kelompok anak yang berada dalam pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan yang perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan yang sedang dilalui oleh anak yang bersangkutan. Berdasarkan keunikan pertumbuhan dan perkembangannya itu, anak usia dini terbagi dalam empat tahapan, yaitu: (1) Masa bayi usia 0 sampai 12 bulan; (2) Masa 'Toddler' atau batita (bawah tiga tahun) usia 1 sampai 3 tahun; (3) Masa prasekolah usia 3 sampai 6 tahun; dan (4) Masa kelas awal SD usia 6 sampai 8 tahun.[4]

 Konsep tersebut diperkuat oleh fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli neurologi yang menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200 milyar neuron  atau sel syaraf yang siap melakukan sambungan antar sel. Intelegence Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient (IQ, EQ, SQ) tumbuh berkembang sangat luar biasa pada rentang waktu 0 sampai 8 tahun. Di usia empat tahun kapabilitas kecerdasan manusia mencapai 50%. Usia delapan tahun mencapai 80% dan mencapai titik 100% atau titik kulminasi pada usia 18 tahun. Oleh karena itu anak usia 0 sampai 8 tahun disebut sebagai masa emas perkembangan (golden age). Dalam usia itu anak mulai peka untuk menerima berbagai upaya pengembangan.[5] 

 Pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak usia kanak-kanak atau prasekolah. Hal ini didasari pertimbangan, masa kanak-kanak usia 0 sampai 6 tahun adalah periode emas pertumbuhan dan perkembangan. Inilah masa yang paling tepat untuk mengungkit dan mengembangkan segala potensi dalam dirinya. Psikologi perkembangan menekankan betapa pentingnya masalah pengasuhan dan pembimbingan pada fase golden age ini. Periode inilah yang akan menentukan perkembangan seseorang pada masa dewasa. Menurut Freud, kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orangtua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.[6]

 Berkenaan dengan pentingnya perawatan dan pendidikan yang baik pada periode golden age tersebut, Carnegie Ask Force seorang ahli pendidikan menyebutkan antara lain sebagai berikut:

  • Perkembangan otak anak sebelum usia 1 tahun lebih cepat dan ekstensif dari yang diketahui sebelumnya. Walaupun pembentukan sel otak telah lengkap sebelum anak lahir tetapi kematangan otak terus berlangsung sesudah anak lahir.
  • Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dari yang diketahui sebelumnya. Gizi yang tidak layak pada masa kehamilan dan tahun pertama kelahiran secara serius mempengaruhi perkembangan otrak anak dan dapat menyebabkan kecacatan pada syaraf dan pada tingkah laku anak, seperti kesulitan belajar atau keterbelakangan mental.
  • Pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak berdampak lama. Terdapat bukti bahwa bayi yang diberi gizi yang baik, mainan, dan teman bermain, fungsi otaknya lebih baik dari pada anak yang tidak mendapatkan stimulasi lingkungan yang baik.
  • Lingkungan tidak saja menyebabkan penambahan jumlah hubungan antar sel otak tersebut terjadi. Proses pemerkayaan diri ini sangat besar terjadi di masa usia dini dan diperluas oleh pengalaman sensorik anak dengan dunia luar.
  • Stress pada usia dini dapat merusakkan secara permanen fungsi otak anak, cara belajarnya dan memorinya. Anak yang mengalami stress yang sangat besar dalam perkembangan kognitif, tingkah laku, dan emosionalnya akan mengalami kesulitan di kemudian hari.

 Para ahli medis sepakat bahwa sel-sel otak manusia sudah terbentuk sebanyak 70%-80% pada anak usia tiga tahun.[7] Pada usia periode ini pertumbuhan otak berjalan sangat cepat, dimana bagian kulit (cortex cerebri) keadaanya sangat peka terhadap segala macam rangsangan dari luar. Informasi positif dan bermutu yang diterimanya memberikan reaksi yang sangat baik bagi proses tumbuh kembang anak, sebaliknya bila yang diserap berupa informasi negatif dan tidak berkualitas tentunya melahirkan perilaku yang jauh dari kesempurnaan atau bahkan menyimpang. Proses semacam ini biasa disebut dengan istilah Garbage in, Garbage out.[8] Jika itu dirawat dengan benar, semuanya akan berkembang. Namun, jika anak merasa terancam atau tidak ada contoh, maka kecerdasan-kecerdasan itu pada akhirnya akan mandek di usia sekitar tujuh tahun. Bahkan dalam suatu studi para ahli pendidikan dan psikologi sepakat berpendapat bahwa jika kehidupan manusia diibaratkan sebagai pohon bonsai, maka periode tiga tahun pertama merupakan waktu yang paling tepat untuk membengkokan ranting-ranting kecil. Dimana apabila lalai, maka kita tidak akan pernah mendapatkan sebuah pohon yang bentuknya sesuai dengan keinginan kita.

Ciri-ciri anak usia dini (balita) yang cerdas menurut Howard Gardner, yang diadaptasi oleh Vita Vianti dalam Ibu dan Balita.com[9], antara lain:

  • Ciri-ciri balita cerdas linguistik, yaitu: Usia 6 bulan mampu mengucapkan kata-kata sederhana seperti "ma..." "pa..." dan mampu mengerti pertanyaan sederhana seperti, "mana mata?"; Usia 1 tahun menguasai lebih dari 200 kata dan mampu merangkai kalimat pendek yang terdiri dari dua kata.
  • Artikulasi sudah jelas pada usia 2 tahun, yaitu: Usia 4 tahun mampu membuat kalimat lengkap: Usia 5 tahun mampu merangkai cerita sederhana.
  •  Ciri-ciri balita cerdas musikal, yaitu: Usia kurang dari 1 tahun mampu membedakan tinggi rendah suara; Usia 1-2 tahun mampu menirukan suara-suara sederhana dan menyanyikan lagu anak-anak; Usia 3-4 tahun mampu menyanyi dengan artikulasi jelas dan irama yang tepat; Usia 5 tahun mampu memainkan alat musik dan menciptakan irama yang selaras.
  • Ciri-ciri balita cerdas kinestetis-jasmani, yaitu: Usia 1-2 tahun mampu menarik, mendorong, melempar bola: Usia 3-4 tahun mampu mengikat tali sepatu, meronce, melompat, berirama, dan melambungkan bola: Usia 5 tahun mampu. melakukan beberapa gerakan sekaligus.
  • Ciri-ciri balita cerdas logis-matematis, yaitu: Usia 1-2 tahun mampu menyebutkan bilangan dan membedakan objek; Usia 2-3 tahun mampu menyebut bilangan walaupun masih belum urut, membandingkan, dan mengelompokkan: Usia 3-4 tahun mampu menyebut bilangan secara urut; Usia 5 tahun mampu mengerjakan operasi hitung sederhana.
  • Ciri-ciri balita cerdas naturalis, yaitu: Usia 1-2 tahun gemar bereksplorasi: Usia 2-3 tahun sering melontarkan pertanyaan tentang alam sekitar: Usia 3-4 tahun, pertanyaan-pertanyaannya semakin kritis dan banyak melakukan aktivitas fisik: Usia 5 tahun semakin senang bereksplorasi dan mencari bukti tentang alam sekitar.
  • Ciri-ciri balita cerdas interpersonal (sosial). yaitu: Senang mengunjungi dan dikunjungi teman: Sok akrab dengan orang dewasa; Senang membantu teman; Memiliki inisiatif saat bermain; Dapat bermain bersama.
  • Ciri-ciri balita cerdas intrapersonal, yaitu: Lebih senang berada di rumah atau kamar; Lebih senang melakukan berbagai kegiatan sendiri: Lebih suka bermain komputer dan membaca daripada bermain dengan orang lain.
  • Ciri-ciri balita cerdas visual-spasial, yaitu: Usia 1-2 tahun mampu membedakan (bukan menyebut) warna dan mengenal konsep tinggi-pendek, kiri-kanan, atas-bawah; Usia 2-3 tahun mampu mengurutkan benda berdasarkan ukurannya, mengenal konsep maju-mundur, depan-belakang, lurus-belok. Mengenal bentuk-bentuk sederhana dan mampu membaca peta ala Dora The Explorer; Usia 3-4 tahun mampu menyebut warna, membedakan bentuk-bentuk, mengenali jalan ke rumahnya, dan mampu bermain puzzle dua dimensi hingga 9 keping: Usia 4-5 tahun mampu bermain puzzle dua dimensi dengan kepingan yang banyak atau puzzle tiga dimensi, mampu membedakan panjang suatu benda tanpa membandingkan secara terperinci.

Sedangkan ciri-ciri bayi berkecerdasan khusus dari aspek fisik, kejiwaan dan tingkah laku menurut Direktori Perkawinan[10] adalah sebagai berikut:

  • Pengamatan (Observation) tinggi, yaitu memahami sesuatu dengan lebih teliti dibandingkan dengan anak-anak sebayanya,
  • Memiliki rasa ingin tahu tinggi (Curiosity), yaitu ingin mengetahui semua hal seperti objek, idea, keadaan situasi atau sesuatu peristiwa.
  • Minat mendalam (Deep Interests), yaitu mungkin akan menfokus sesuatu hal yang diminati dalam usia sebulan, setahun atau lebih.
  • Menerima infomasi dengan pantas (Fast Absorption Rate), yaitu selalu diandaikan seperti span, menyerap segala maklumat dengan cepat dan banyak.
  • Ingatan yang tinggi (High Memory), yaitu selalu dikatakan mempunyai ruang simpanan memori yang luas untuk pelbagai topik serta mampu mengingati semula dengan cepat.
  • Mungkin dapat membaca lebih awal (Early Reading Skills), yaitu kebanyakannya dapat membaca sebelum umur 5 tahun.
  • Kerap membaca serta meluas, yaitu suka membaca bacaan yang meluas dan berbagai subjek serta membaca dengan pantas.
  • Tata bahasa yang tinggi, yaitu memiliki penggunaan tata bahasa yang canggih serta banyak dan suka menggunakan perkataan yang baru dan unik.
  • Tahap penumpuan yang lama, yaitu dibandingkan dengan anak-anak lain, mereka ini dapat memberi tumpuan yang lebih lama dalam sesuatu perkara kecuali aktiviti tersebut tidak menggunakan daya pemikiran.
  • Kebolehan menyelesaikan masalah, yaitu anak-anak pintar cerdas ini mampu untuk menyelesaikan masalah yang sukar untuk ditafsirkan serta memiliki kemahiran berfikir yang tinggi.
  • Suka bertanya dengan lebih teliti, yaitu kemampuan untuk mengeksplorasi hal yang baru terhadap sesuatu.
  • Kemampuan untuk berimajinasi yang tinggi, yaitu mampu untuk membayangkan sesuatu hal baik atau buruk dan membuat cerita yang bagus serta boleh menyatakan segala kebimbangannya.
  • Minat dalam falsafah dan isu-isu sosial, misalnya bidang perjalanan galaksi, masalah populasi dunia, isu-isu alam sekitar.
  • Sangat sensitif dari segi emosi dan tingkah laku, yaitu mudah kecewa walaupun dalam hal-hal yang kecil tetapi boleh mengalir air mata apabila melihat keindahan matahari terbenam atau mendengar lagu serta sanggup untuk berhenti melakukan aktivitas karena sangat simpati terhadap sesuatu.
  • Sangat menitikberatkan hal-hal keadilan, yaitu sangat teliti dalam hal-hal betul atau salah bukan saja untuk diri sendiri tetapi untuk orang lain.
  • Bersemangat dan bertenaga, yaitu mereka ini kurang tidur dibandingkan dengan teman sebaya mereka, tetapi mereka masih mampu dan mempunyai tenaga untuk terjaga seharian.
  • Pandai berjenaka, yaitu mampu menciptakan suatu situasi jenaka dan melakukan jenaka yang mana teman sebayanya langsung tidak memahami.
  • Sangat teliti dan mementingkan kesempurnaan, yaitu tidak suka melakukan kesalahan dan mudah kecewa apabila sesuatu tidak dapat dilakukan dengan sempurna.

 Kecerdasan IQ, EQ dan SQ adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketiganya harus seimbang satu sama lain. Kecerdasan IQ merupakan kecerdasan intelektual yang mampu menjelaskan sifat pikiran dari sejumlah kemampuan dasar seperti penalaran, perencanaan, pemecahan masalah, pemikiran abstrak, pemahaman gagasan dan tentunya belajar tentang sesuatu yang baru. Keadaan ini sangat berkaitan dengan potensi kognitif oleh salah satu individu. Kecerdasan intelektual (IQ) biasanya diukur melalui tes IQ psikometri atau yang biasa dikenal dengan istilah psikometri. Kecerdasan EQ merupakan kemampuan individu untuk memahami, meilai, mengelola, mengontrol dan berkompromi dengan aspek emosional diri sendiri atau orang lain di sekitarnya. EQ lebih kepada bagaimana individu secara emosional merespon informasi interpersonal dari individu lainnya. Setelah IQ dan EQ telah dipahami dan dimiliki anak, maka akan dimaksimalkan dengan kecerdasan spiritual (SQ) agar anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, senang, sekaligus bahagia. Meningkatkan kecerdasan spiritual, berarti berusaha tumbuh dan berkembang menjadi orang dengan tingkatan yang lebih tinggi. Kecerdasan spiritual (SQ) terkadang dianggap sebagai kecerdasan utama dari kecerdasan lain seperti kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan spiritual (SQ) berikaitan dengan kemampuan batin atau jiwa agar lebih peka terhadap setiap kejadian yang dialaminya. Kecerdasan spiritual (SQ) lebih mengarah pada memahami makna dibalik setiap kejadian dalam kehidupan yang dialaminya. Baik itu peristiwa yang menyedihkan, menyenangkan, kekecewaan, cobaan atau bahkan penderitaan hidup sekalipun.[11]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun