Sidorejo, Pemalang --- Di tengah derasnya arus digitalisasi dan dominasi permainan modern berbasis teknologi, sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) menunjukkan upaya nyata dalam melestarikan budaya lokal. Melalui program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang tergabung dalam UNNES Giat 12, mereka mengusung program kerja bertajuk "Wujud Ceria dalam Pelestarian Budaya Dolanan Permainan Tradisional".
Kegiatan ini berlangsung di SD Negeri 02 Sidorejo pada hari Rabu, 6 Agustus 2025, dengan penanggung jawab adalah Afita Ardian Kusnanda, mahasiswa dari jurusan Ilmu Keolahragaan. Program ini mengusung misi penting: memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya melalui aktivitas fisik yang menyenangkan dan mendidik.
Dua jenis permainan tradisional yang dimainkan, yaitu bakiak dan lari balok, dipilih karena mampu merangsang keterampilan motorik, melatih koordinasi tubuh, serta menanamkan nilai-nilai sosial seperti kerja sama tim, sportivitas, dan ketekunan. Anak-anak diajak untuk merasakan langsung bagaimana permainan tradisional Indonesia menyimpan filosofi kebersamaan dan tantangan fisik yang sehat, jauh dari ketergantungan pada gawai atau layar.
Program ini disusun secara menarik dan komunikatif. Mahasiswa tidak hanya menjadi fasilitator, tetapi juga pendamping yang aktif membimbing, memberi semangat, dan menjelaskan nilai-nilai di balik permainan tersebut. Anak-anak terlihat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, mulai dari penjelasan hingga praktik langsung di lapangan sekolah.
*Peningkatan kesadaran budaya lokal: Anak-anak diperkenalkan pada permainan yang berasal dari tradisi masyarakat Indonesia, membuka wawasan mereka akan kekayaan budaya bangsa.
* Peningkatan minat terhadap aktivitas fisik: Permainan tradisional menawarkan alternatif sehat di tengah kebiasaan anak-anak yang cenderung pasif akibat penggunaan perangkat digital secara berlebihan.
*Penanaman nilai-nilai sosial dan karakter positif: Bakiak dan lari balok mendorong anak-anak untuk bekerja sama, mematuhi aturan, serta menerima kekalahan dan kemenangan dengan lapang dada.
Kegiatan ini juga menjadi bentuk sinergi antara dunia pendidikan tinggi dengan masyarakat lokal dalam upaya menghidupkan kembali warisan budaya yang nyaris terlupakan. Tidak hanya menjadi pengisi waktu luang, permainan tradisional terbukti menjadi sarana belajar yang menyenangkan dan bermakna.Â
Afita  selaku penanggung jawab kegiatan menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya sebatas program kerja, melainkan bentuk komitmen sebagai calon pendidik dan pelaku olahraga untuk turut menjaga warisan budaya bangsa. "Kami ingin anak-anak mengenal budaya bukan dari buku semata, tetapi lewat pengalaman langsung. Permainan tradisional bisa menjadi jembatan antara edukasi, budaya, dan kesehatan fisik," ujarnya.
Kegiatan UNNES Giat 12 ini membuktikan bahwa pelestarian budaya dapat dilakukan dengan cara yang sederhana namun berdampak besar, terutama jika dimulai dari usia dini. Permainan tradisional seperti bakiak dan lari balok bukan sekadar nostalgia, tetapi sarana efektif untuk membentuk generasi muda yang sehat, berkarakter, dan cinta budaya Indonesia.