Mohon tunggu...
Afi Sulthoni
Afi Sulthoni Mohon Tunggu... Guru - Guru Pembelajar

Guru Pengajar di SMAN Candipuro sampai saat ini. Telah menyelesaikan buku pertama berjudul Metamorfosis Guru Out of The Box dan tengah menyelesaikan proyek buku kedua.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kearifan Lokal Vs Kealpaan Lokal

28 April 2018   10:28 Diperbarui: 28 April 2018   11:00 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengangkat fenomena di Indonesia tentang literasi rambu lalu lintas masyarakat Indonesia terutama didaerah. Rambu lalu lintas yang paling utama dan menjadi tolok ukur kemampuan baca masyarakat Indonesia adalah lampu lalu lintas.

 Lampu lalu lintas yang berfungsi sebagai pengendali arus lalu lintas dan terpasang di setiap persimpangan jalan serta tempat lain yang membutuhkan. Lampu lalu lintas yang terdiri dari tiga warna, merah, kuning, dan hijau merupakan tanda yang dapat dipahami secara universal. Warna merah berarti harus berhenti, kuning berarti hati-hati, sedang hijau berarti dapat berjalan.

Bagaimana mungkin tanda yang dipahami secara universal, di Indonesia justru dimaknai beda. Beda pemaknaan ini dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang abai terhadap lampu lalu lintas, banyak warga masyarakat yang melanggar. Inilah yang dinamakan dengan "kealpaan lokal", yaitu ketidakhadiran perilaku sebagian masyarakat untuk menaati aturan dan norma yang berlaku.

Pada titik ini kebanggaan kita dalam mewarisi kearifan lokal harus dihadapkan dengan kealpaan lokal yang terjadi di berbagai daerah. Disatu sisi, kearifan lokal walaupun bersifat lokal, namun ia memiliki kedalaman makna yang dapat disejajarkan dengan nilai-nilai yang diterima secara universal. Disisi lain harus berhadapan dengan perilaku sebagian masyarakat yang justru kontradiktif. Ketidakmampuan dalam berliterasi telah menunjukkan, bahwa kepedulian masyarakat sangat rendah.

Kealpaan lokal yang terjadi di sebagian besar daerah di Indonesia, terbukti dari pelanggaran lampu lalu lintas dengan menerobos lampu merah menempati urutan pertama dengan angka 42% (Sindo, 2015). 

WHO merilis The Global Report on Road Safety yang melaporkan angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi sepanjang tahun di 180 negara. Indonesia tercatat sebagai negara ketiga dibawah China dan India dengan total 38.279 total kematian ditahun 2015. Namun, jika dilihat dari persentase statistik dari jumlah populasi, Indonesia menempati urutan pertama dengan angka kematian 0,015 (WHO, 2015). Kecelakaan disebabkan faktor manusia yang mengabaikan peraturan lalu lintas dengan melakukan berbagai pelanggaran, disamping pengaruh lain yang relatif kecil.

Menarik untuk dikaji, Indonesia yang menempati angka literasi 60 dan angka kebahagiaan 80 telah menempatkan Indonesia di posisi pertama di Asia dengan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Literasi yang rendah menciptakan angka kebahagiaan yang rendah dan menyebabkan tingginya angka kematian. Literasi yang tinggi memungkinkan seseorang untuk mengenal diri dan lingkungan dengan lebih baik.

Pengenalan ini dapat mengantarkan seseorang untuk pandai bersyukur dan menciptakan kebahagiaan. Kebahagiaan akan menumbuhkan sikap peduli dan menghargai. Hal ini yang diperlukan dijalan raya, banyaknya kecelakaan karena mereka tidak peduli, maunya menang sendiri dengan mengabaikan keselamatan diri dan orang lain.

Literasi yang dimaknai dengan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang didalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis sudah sewajarnya dapat memberikan kontribusi pada perubahan ketiga ranah (kognitif, sikap, dan keterampilan). 

Muncul pertanyaan, apakah masyarakat mengetahui arti dari rambu lalu lintas? Mengapa mereka tidak bersikap penuh tanggung jawab, setelah mereka mengetahui arti dari rambu lalu lintas? Bagaimana perilaku mereka disaat ada dan tidak ada petugas polisi? Ketiga pertanyaan itu dapat menjelaskan, bahwa pengetahuan mereka dari literasi rambu lalu lintas belum diikuti dengan perubahan sikap dan perilaku. Hal ini mencerminkan belum adanya kesadaran menaati rambu lalu lintas.

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun