Lebaran tahun ini terasa berbeda, penuh kesederhanaan yang begitu dekat dengan hati. Tidak ada baju baru yang biasanya menjadi "atribut wajib", namun tetap saja, saya merasa cukup dengan baju yang menurut saya sudah bagus. Tanpa persiapan yang berlebihan, Lebaran kali ini tetap meninggalkan kesan mendalam, bukan karena kemewahan, tetapi karena kehangatan keluarga dan tradisi yang tetap terjaga.
Sebagai mahasiswa semester 2 di program studi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, saya menjalani keseharian di kontrakan sederhana yang berada di Jalan Pedak, Desa Jaranan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Meskipun gaya hidup saya di bulan Ramadan tahun ini cukup minimalis, saya tetap bersyukur bisa menjalani hari-hari dengan penuh kebersamaan. Ternyata ramadhan minimalis saya terbawa sampai lebaran, saya dan keluarga benar-benar merayakan lebaran dengan cara yang sederhana namun sarat akan makna.
Pagi yang Menenangkan di Musholla Al-Ikhlas
Lebaran tahun ini saya mulai dengan pagi yang damai tanpa fomo tren mengawasi daun gerak. Saya bersama keluarga melaksanakan sholat Idul Fitri di musholla dekat rumah almarhumah nenek saya dari jalur bapak, tepatnya di desa Senden. Musholla kecil itu begitu akrab, mengingatkan saya pada kenangan masa kecil saat sering berkunjung ke sana. Suasana sederhana tanpa keramaian berlebihan membuat saya merasa lebih khusyuk dalam menjalankan sholat ied.
Seperti umumnya pemuda daerah Jawa, apalagi Jawa Timur, setelah sholat ied saya juga ikut menyalakan mercon atau kembang api. Hal ini merupakan sebuah penggambaran atau ungkapan dari kegembiraan atas kemenangan kita umat muslim yang telah berhasil memerangi hawa nafsu selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan.
Setelah selesai, kami kembali ulang ke rumah dan memulai tradisi sungkeman. Sungkeman di rumah adalah momen yang paling kami nantikan karena menjadi kesempatan untuk saling memohon maaf dan mengungkapkan rasa hormat kepada orang tua. Dengan hati yang tulus, kami saling mendoakan, berharap tahun depan bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Tradisi Lebaran yang Unik di Rumah Nenek dari Jalur Ibu
Tidak lama setelah sungkeman, kami segera bertolak ke rumah nenek saya dari jalur ibu, di Ngantru, Trenggalek. Kami bergegas karena di sana terdapat tradisi Lebaran yang unik dan tetap sederhana. Di sepanjang jalan depan rumah nenek, warga dari 6-7 RT berkumpul untuk melakukan salam-salaman. Tradisi ini diawali dengan para sesepuh lingkungan duduk di kursi yang telah disediakan. Generasi muda kemudian berjalan berbaris untuk bergantian melakukan sungkeman kepada sesepuh.