Hijrahku

Gadis SMA yang sekarang duduk dikelas 12, dia begitu cantik dan anggun. Tapi sayang, ada satu kekurangan dia, aurat masih terpampang sana-sini. Banyak lelaki yang tertarik terhadapnya, sayang, dia terlalu stuck dalam cinta lamanya yang sampai sekarang masih membekas di hati.

Gadis tersebut mempunyai tiga sahabat yang sudah dikenalnya lama. Dari mereka berempat, hanya gadis itu--Tania saja yang belum berhijab. Ya, nama gadis itu adalah Tania, dan ketiga sahabat itu Lintang, Mila, dan juga Diyan.

Tania biasa mengenakan hijab disaat acara-acara tertentu saja, misal ada acara maulid Nabi, ziarah, hajatan dan sejenisnya. Setelah acara selesai ya dia langsung lepas hijab, padahal Tania begitu kelihatan anggun dan cantik ketika mengenakan hijab itu. 

Sudah berkali-kali orang tua dan Abang nya menyuruhnya untuk menutup aurat, bahkan ketiga sahabatnya pun juga. Tapi jawaban Tania selalu satu kalimat yang tak pernah berubah.

"Tania belum siap untuk hijrah."

Dan sampai akhirnya diajaran semester 2 kelas 12, dimana semua siswa disibukkan untuk memilih kedepannya bagaimana, dan kini di sekolah sering sekali adanya kegiatan Campus Expo, dimana para alumni sekolah datang untuk memperkenalkan kampus yang mereka masuki melalui jalur. Dan Yap, Tania beserta ketiga temannya pun kini sudah mendaftarkan diri untuk ikut jalur SNMPTN. Dan tak selang berapa lama, jalur SPAN-PTKIN pun juga dibuka, mereka berempat pun juga mendaftarkan diri mereka dalam jalur tersebut, tapi bedanya disini, SPAN-PTKIN hanya khusus prodi ke-Islaman dan tentunya hanya di Universitas, Institut Islam seluruh Indonesia.

Tak selesai sampai disitu, senior-senior dari setiap kampus sering sekali datang kesekolah untuk sekedar menginformasikan hal yang penting. Dan Yap, ada seorang lelaki dari Universitas Islam di Surabaya, jika menurut kaum hawa, dia tampan, pintar dan juga Sholeh. Ya, dia adalah Muhammad Abi Herlambang salah satu alumni SMA Kartika tahun lalu. 

Pandangan Tania dan Abi pun saling bertemu dengan diam, hanya mata mereka yang saling berbicara dan mengisyaratkan. Entahlah apa yang sedang mata mereka bicarakan. 

Merasa tak nyaman dengan tatapan yang mengintimidasi itu, cepat-cepat Tania mengalihkan pandangan tersebut ke arah lain, dan lebih tepatnya melihat satu persatu senior yang berada didepan sekaligus melihat almamater yang mereka kenakan saat ini. Tanpa disengaja, lagi dan lagi tatapan Tania jatuh kepada lelaki tadi, Abi.

Tanpa sadar, seulas senyum terukir tipis dibibir Tania. Seolah memiliki sengatan yang aneh, perut Tania kali ini seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan bebas disana tanpa rasa malu. 

****