Mohon tunggu...
Afif Ikhwanul Muslimin
Afif Ikhwanul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Pendidikan Bahasa Inggris UIN Mataram

Minat dalam ELT, Linguistics, Literature, English skills, ESP, EYL, pembelajaran TOEFL dan IELTS, serta pembelajaran berbasis technology.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bitter-Sweet Pejuang Skripsi dalam Belenggu Pandemi

6 Mei 2020   01:25 Diperbarui: 7 Mei 2020   15:00 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membuat skripsi | Photo by Avel Chuklanov on Unsplash (Unsplash.com/@chuklanov)

Beberapa dosen menggunakan lembar tersendiri untuk memberikan komentar akan hasil kerja mahasiswa, dan ada beberapa dosen menggunakan beberapa fitur komentar yang disediakan oleh aplikasi pengetikan. 

Jika dosen dan mahasiswa tidak tanggap atas situasi tersebut, terjadilah mahasiswa yang mengirimkan ulang draft tugas akhirnya sama persis seperti sediakala sebelum dosen memberikan catatanya.

Ketiga, berbalik arah dengan hematnya biaya pelaksanaan ujian proposal maupun skripsi, mahasiswa semester akhir berjibaku dengan pemenuhan biaya kuota internet untuk konsultasi baik via chat  atau videocall. 

Bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami catatan, beberapa dosen memfasilitasi mereka dengan konsultasi langsung secara teleconference yang tentunya membuat kuota internet mahasiswa tersedot lebih banyak.

Keempat, transfer bahasa lisan atau verbal language yang seharusnya didukung dengan body language (gesture) disaat konsultasi face-to-face dengan dosen pembimbing tidak muncul ketika konsultasi dilakukan melalui revisi dokumen secara tertulis. Hal ini seringkali membuat beberapa mahasiswa lebih sulit menangkap makna tersirat dan tersurat dari komentar dosen pembimbing. 

Di samping itu, butuh upaya ekstra bagi dosen pembimbing untuk menjelaskan setiap komentar sebagai feedback kepada mahasiswa dengan sedetail-detailnya.

Jiwa Pejuang Skripsi
Sebagai mahasiswa yang menyandang kata “maha” yang berarti tingkatan tertinggi ketika menilik pada kata maharaja yang berarti raja dari para raja, sebagai pejuang skripsi, mahasiswa tentunya sudah dituntut untuk memiliki kedewasaan emosional atau good emotional quotient. 

Sama halnya dengan gladiator yang berjuang untuk meraih kemenangan di coliseum, pejuang skripsi sudah sepantasnya berjiwa pantang menyerah ketika menghadapi hal pahit, pandai mencari celah ketika mengalami kesempitan, tidak terlena ketika merasakan manis berlebihan, bijaksana dan arif dalam bersikap dalam komunikasi, dan sabar dengan doa bila daya upaya terbaik telah diusahakan.

Tentunya, pemerintah dan seluruh pihak terkait dalam operasional akademik akan berusaha mencari solusi terbaik dengan resiko seminimal mungkin.

Pada dasarnya, tugas akhir bukanlah momok dan ganjalan kelulusan yang semata hanya menguji isi otak, namun juga jiwa pejuang digembleng melalui situasi dan kondisi termasuk dengan tantangan pandemi covid-19 ini. Jiwa yang tangguh akan merubah bitternya skripsi menjadi sweet-ending.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun