Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan yang diberikan kepada anak-anak pada masa prasekolah (di bawah usia 7 tahun) untuk mengembangkan pengetahuan intelektual secara rohani dan fisik. Menurut Hartani (2005; 8-9), usia dini anak adalah waktu yang paling potensial untuk belajar. Pada usia yang sangat muda ini, anak -anak bertindak egosentris, mengakui hubungan sosial, dan dengan cepat belajar bahasa lisan. Oleh karena itu, PAUD pasti memegang peranan penting dalam perkembangan intelektual anak.
Penelitian telah membuktikan bahwa anak-anak yang melalui fase PAUD mampu memperoleh pengetahuan baru yang diberikan oleh guru di sekolah dasar lebih cepat daripada mereka yang tidak melalui pengalaman. Anak-anak yang bersekolah di PAUD kemungkinan sudah terbiasa dengan huruf dan angka sehingga mereka akan merasa mudah untuk memahami dan mempelajari seluruh proses belajar. PAUD memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk meningkatkan aspek pendidikan mereka agar diri mereka siap menghadapi jenjang pendidikan lebih lanjut.Â
Masalah utama mengapa sebagian anak tidak memiliki akses untuk mengikuti PAUD adalah karena rendahnya  tingkat keberadaan PAUD itu sendiri di daerah pedesaan. PAUD kemungkinan besar ditemukan di kota-kota besar: oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penyebaran PAUD di Indonesia masih belum merata, itulah sebabnya harus ada fasilitas terbuka yang dapat membantu menyeimbangkan jumlah pendidikan di Indonesia agar setara di semua tempat
Taman Kota bisa menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan yang sedang kita hadapi saat ini karena di taman, kita dapat menemukan banyak interaksi sosial yang dibangun oleh semua orang dari anak-anak hingga orang dewasa. Hal Ini baik dan berguna bagi anak-anak untuk mengetahui seluruh dunia dan memiliki interaksi dengan orang lain selain orang tua mereka. Melakukan kegiatan di luar dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan imajinasi mereka karena pada usia yang sangat muda ini, anak-anak memiliki kemampuan yang sangat besar untuk meimajinasikan berbagai hal. Taman Kota juga merupakan salah satu ruang publik di mana semua orang dapat menikmati akses fasilitas yang disediakan; oleh karena itu, dimungkinkan bagi anak-anak untuk dapat berinteraksi dengan orang baru dan  mengetahui hal hal baru juga.
Fokus utamanya bukan pada "pendirian PAUD", tetapi bagaimana "PAUD" dapat disebar luaskan seara umum. Â Alangkah baiknya jika Pemerintah bisa memberikan pendidikan PAUD yang setara dengan menjadikan taman sebagai media/platform pendidikan yang akan disebar luaskan atau disosialisasikan. Dengan memiliki "pendidikan" ini yang tersedia di taman, anak-anak dari setiap latar belakang, terutama mereka yang tidak cukup istimewa atau tidak mampu, dapat mengakses dan memiliki tingkat pendidikan yang sama. Dan juga dengan adanya pendidikan di luar ruangan seperti ini bisa menjadi alternatif untuk kegatan belajar anak-anak menjadi lebih menyenangkan, dengan begitu anak-anak dapat mengetahui sisi lain dunia.
Fokus kedua yang mungkin timbul sesuai dengan eksplikasi sebelumnya adalah siapa yang akan menjadi guru dan apa saja kualifikasi untuk kandidat guru. Para guru, yang akan mengajar anak-anak, harus mereka yang lulus dari jurusan pendidikan PAUD. Tetapi saya percaya bahwa setiap orang memiliki hak untuk menjadi guru (meskipun menyatakan diri sendiri) selama mereka bersedia melakukan dengan sepenuh hati. Posisi calon guru dapat diisi secara sukarela oleh mahasiswa dari setiap jurusan selama diawasi oleh yang profesional (mereka yang mengambil jurusan pendidikan PAUD). Tentu para kandidat harus mampu menyesuaikan dengan empat kompetensi menjadi guru seperti yang disebutkan oleh Permendiknas No16 Tahun 2007 mereka adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, komptensi sosial, dan kompetensi profesi.
Fokus ketiga dari masalah kita adalah bagaiaman kita dapat memperbaiki dan meningkatkan anak anak dalam belajar di taman dan menggunakan media yang sudah disediakan di sana. Dalam masalah ini, orang tua juga harus berperan karena mereka harus terlibat. Anak-anak akan lebih tenang, mengetahui bahwa orang tua mereka ada di sekitar mereka. Oleh karena itu, kegiatan yang melibatkan orang tua anak menjadi  penting agar mereka dapat didampingi. Di taman ini harus ada kegiatan yang melibatkan seluruh anggota keluarga agar dapat menciptakan hubungan yang baik, misalnya dengan mengadakan kompetisi yang melibatkan keluarga, seminar keluarga, kuis pintar, dan masih banyak lagi. Taman ini juga harus dirancang dengan cara tertentu sehingga memiliki nilai estetika shingga pengunjung nyaman, tertutama anak-anak yang akan belajar di sana.Â
Tentu saja keterlibatan dari lembaga yang memiliki visi dan misi yang sama untuk fokus pada pendidikan sangat dibutuhkan. Pemerintah daerah diharapkan mampu menyediakan lahan dan mengalokasikan anggaran untuk pembangunan taman tersebut. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan perguruan tinggi yang memberikan jurusan pendidikan PAUD juga diharapkan dapat berpatisipasi dalam penyediaan calon guru yang telah memenuhi empat kompetensi yang telah disebutkan sebelumnya. Juga harus ada koordinasi antara RT/RW setempat dengan masyarakat untuk memastikan kegiatan belajar terusung dengan baik.Â
Dengan cara-cara yang sebelumnya disarankan di atas, anak-anak pra-sekolah yang memiliki keterbatasan akses pendidikan bisa memiliki tingkat pendidikan yang sama seperti anak normal lainnya. Jangan sampai kita meremehkan pendidikan anak usia dini karena ini akan menjadi awal inti pengenalan materi pembelajaran bagi anak-anak. Saya yakin dengan pemerataan akses pendidikan anak usia dini (PAUD) seperti ini dapat mengembangkan aspek-aspek pada kegiatan belajar anak sehingga tujuan akhir untuk mencapai berkembangnya bibit-bibit hebat dan terampil bagi penerus bangsa dapat tercapai.