Mohon tunggu...
AFIF NUR FAUZAN
AFIF NUR FAUZAN Mohon Tunggu... Penulis Lepas

Sebagai seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menumbuhkan Rasa Cukup Secara Finansial

5 Mei 2025   12:20 Diperbarui: 5 Mei 2025   12:43 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korupsi (Sumber: Freepik.com)

Entah "kutukan" apa yang terjadi pada negeri kita tercinta ini, praktik korupsi demi korupsi tidak pernah ada akhirnya. Wabah korupsi ibaratnya melebihi banjir musiman yang datang. Jika datangnya banjir masih mengenal siklus waktu, tidak demikian dengan korupsi. Korupsi terus terjadi setiap saat, dengan melibatkan beragam profesi dan obyeknya tidak mengenal rupa. Mulai dari bahan bakar minyak bisa direkayasa, tambang timah bisa dimanipulasi, jalan layang tol bisa dikurangi mutu betonnya, ekspor masih bisa "dikadalin", emas masih bisa "dicincai". Dari urusan bencana bisa masuk ke saku pejabat, urusan iklan masih bisa pula "diembat". Lebih parah lagi, ukuran minyak goreng yang diperuntukkan bagi konsumen kelas bawah masih tega dikurangi.

Tindak pidana korupsi merupakan penyakit sosial yang telah merajalela di banyak negara, termasuk Indonesia. Dalam konteks ini, korupsi bukan hanya masalah hukum semata, tetapi telah menjadi ancaman nyata terhadap sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara.

Bagaimana terhindar dari perilaku korupsi?

"Ya, tapi saya punya sesuatu yang dia tak akan punya.. rasa cukup."

Dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel, menawarkan solusi praktis untuk terhindar dari wabah korupsi yang menjangkit masyarakat sampai saat ini, yaitu menumbuhkan rasa cukup.

Tetapi sayangnya untuk sebagian masyarakat kita, termasuk banyak orang yang paling kaya dan berkuasa, tampaknya tak ada batas "cukup". Mengapa orang yang sudah punya ratusan juta masih ingin uang lebih banyak sampai-sampai mengambil risiko untuk mengejar lebih banyak? Mereka sudah punya semuanya: kekayaan yang tak terbayangkan, prestise, kekuasaan, kebebasan. Mereka kemudian membuang itu semua karena ingin lebih.

Mereka tak tahu kapan harus berkata cukup.

Morgan Housel berpendapat bahwa tak ada alasan untuk mempertaruhkan sesuatu yang kita miliki dan butuhkan demi apa yang tak kita miliki dan tak kita butuhkan. Namun sebagian orang pada suatu momen dalam hidupnya, dia ingin mendapatkan semua hal yang masuk akal dan mereka butuhkan serta inginkan.

Jika kita merupakan salah seorang di antara mereka, ingat beberapa hal:

1. Keahlian keuangan tersulit adalah menjaga tiang gawang agar berhenti bergerak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun