Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Writer's Block", Siapa Takut?

10 November 2017   22:59 Diperbarui: 11 November 2017   15:55 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shaneorealy.me

Sebagai seorang mahasiswa yang mendapat tugas "one week one article", saya sering merasa sedih ketika ingin menulis namun tidak memiliki ide atau topik yang ingin dicurahkan. Belum lagi saat rasa malas dan unmood menyerang tiba-tiba, atau kelelahan setelah beraktivitas yang melebihi rutinitas. Hal-hal tersebut seringkali membuat saya menunda tugas dan lebih memilih magerdi kasur. Hiks...

Memang bukanlah hal yang aneh jika seseorang mengalami writer's block dalam menulis. Writer's block adalah sebuah kondisi di mana seseorang mengalami kebuntuan dalam menuang kata-kata dalam tulisan. Terkadang rasanya seperti ide di kepala seakan-akan sudah habis, atau rasanya tidak tahu lagi apa yang harus ditulis. "Penyakit" yang biasa menyerang penulis ini bersifat temporer. Dan sebuah penelitian mengatakan bahwa kebanyakan yang mengalami adalah penulis fiksi daripada nonfiksi. 

Hal tersebut disebabkan menulis fiksi butuh imajinasi, diksi (pemilihan kata), dan kreasi yang melimpah ruah. Meskipun ide yang dimiliki sudah brilian, apabila ketiga hal tersebut tidak terpenuhi maka bisa jadi penulis mengalami "kemacetan". Sedangkan ketika menulis nonfiksi atau ilmiah, seakan-akan sudah memiliki alur tersendiri. Dalam hal ini yang merepotkan biasanya hanya ide di awal dan riset data. Setelah tahap tersebut terlampaui, maka segalanya akan mengalir begitu saja. kadang deras, kadang juga pelan. Yang jelas jarang sekali tersendat karena memiliki orientasi yang sudah pasti.

Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Berikut ada beberapa solusi yang bisa dicoba ketika mengalami writer's block:

1. Berpaling sejenak dari tulisan

Ya, hal pertama yang harus dilakukan adalah berpaling dari depan laptop/notebook/media lain yang digunakan untuk menulis. Jangan lama-lama meratapi kedipan kursor di layar, nanti jatuh cinta *apasih. Selanjutnya tarik nafas dalam-dalam, istirahat sejenak, lalu lakukan hal-hal yang disukai untuk me-refresh otak. Misalnya dengan bermain alat musik, yoga, menonton televisi, dan sebagainya. Ketika mood menulis sudah mulai bangkit, atau muncul ide dari kegiatan refreshing yang telah dilakukan, maka segeralah menulis kembali sebelum ide tersebut hilang ditelan kenangan...

2. Cari waktu yang tepat untuk menulis

Setiap orang pasti memiliki jam produktif yang berbeda. Pun tingkat konsentrasi yang dimiliki seseorang juga bermacam-macam. Ada yang butuh ruang sendiri, ketenangan, atau bahkan bisa menulis dalam keadaan bising sekalipun. Untuk itu, temukan dua hal tersebut dalam diri dan mulai manage waktu dengan baik. Biasanya saya lebih nyaman menulis ketika malam hari daripada siang hari, entah kenapa. Dan saya lebih suka menulis ketika sendirian daripada di sekitar banyak orang. Karena hal itu terasa mengganggu, belum lagi jika tiba-tiba diajak ngobrol oleh orang lain, maka pecah sudah balon ide yang sudah saya tiup.

3. Membaca, membaca, dan membaca

Beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan untuk menjadi moderator dalam sebuah Talkshow kepenulisan. Acara yang bertajuk "Menuang Cerita Tanpa Batas dalam Secangkir Literasi" menghadirkan Mbak Lilik Fatimah Azzahra (Best in Fiction and People's Choice dalam Kompasianival 2017) sebagai narasumber. 

Kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk mengupas tuntas tentang bagaimana cara menulis bagaikan arus deras sungai seperti yang mbak Lilik lakukan selama 2 tahun terakhir. Nah, tips yang ketiga ini datang dari uraian beliau. Bahwasannya menulis itu tidak lepas dari membaca. Dengan membaca, kita bisa mendapat banyak wawasan, ide, dan inspirasi. Bacalah apapun yang bisa dibaca. Tidak hanya terbatas pada buku atau postingan di media online, bahkan lingkungan, kondisi, atau suasana hati pun bisa menjadi bahan bacaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun