Mohon tunggu...
afida
afida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengasuh Ala Generasi Milenial

6 September 2018   17:29 Diperbarui: 6 September 2018   17:56 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar istilah generasi millenial tentu sudah tidak asing di telinga kita. Istilah tersebut berasal dari millenials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis amerika. William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Millenial juga dikenal sebagai generasi Y adalah kelompok demografi setelah generasi X. Millenial adalah sebutan orang yang lahir pada tahun 1980-2000.

Tumbuh dan berkembang merupakan siklus yang dilewati setiap manusia. Membangun keluarga merupakan awal kelahiran generasi baru. Mengasuh adalah proses yang tentunya akan dihadapi oleh orangtua. Pekerjaan yang menanggung semua resiko tanpa melihat hasil.

Berencana menjadi orangtua atau malah sudah menjadi orangtua di zaman millenial?

Setiap generasi tentu telah mengalami perbedaannya. Perbedaan itu disebabkan oleh perubahan dari berbagai bidang kehidupan. Dan beragam pula cara mengasuhnya. Di era yang melek digital ini tentu akan mempengaruhi cara pengasuhan.

Tidak seperti generasi yang lama yang cepat-cepat menikah di usia yang muda. Generasi millenial justru lebih terencana dan menyiapkan semuanya secara matang. Di era millenial seperti sekarang ini orangtua berguru ke nenek moyang mereka (google), karena dianggap lebih efektif untuk menyediakan segala informasi tentang positive parenting. Beda zaman, beda pula cara pengasuhan.

Orangtua tentunya tidak ingin anak ketinggalan zaman, akan tetapi disisi lain juga tidak mau terpaku akan hal-hal yang buruk. Karena tidak mau berpikir rumit maka cara mendisiplinkan anak pun cenderung copas. Alih-alih bisa jadi yang mereka copas itu keliru dan menjadi bumerang besar bagi orangtua dan anak. Media sosial telah menjadi platform pelaporan dan sumber utama bagi masyarakat. Bahkan ketika tidak memegang gadget sehari saja mereka takut tertinggal informasi.

Karena orangtua millenial cenderung tidak bisa terlepas dengan teknologi maka momen yang dianggap indah mereka akan mendokumentasikan kehidupan anaknya di media sosial. Namun hanya beberapa dari mereka hanya menyimpan di perangkatnya tanpa mempublikasikan di media sosial. Bahkan ketika anak mereka baru lahir pun sudah dibuatkan akun di media sosial.

Di era sekarang ini sering kita temui anak-anak yang tengah asyik memainkan gadgetnya meskipun penggunaannya hanya sekedar untuk bermain atau streaming youtube. Tentu disini peran orangtua sangatlah diperlukan, disamping memfasilitasi orangtua juga harus mendampingi dan jangan pula anak sampai kecanduan gadget. Padahal dalam jangka waktu gadget dapat menghambambat pertumbuhan otak dan imun anak. Kebanyakan orangtua millenial mengasuh anaknya lebih instan dengan memberikan gadget yang penting si anak bisa diam dan senang.

Perbandingan selanjutnya tidak hanya pada anak tetapi orangtua juga. Banyak ilustrasi orangtua yang mendampingi anaknya yang sedang bermain tetapi orang tua lebih fokus ke gadgetnya. Padahal ibu merupakan teladan bagi anaknya. Ketika anak melihat kebiasaan orangtua secara terus-menerus anak juga menilai aktivitas tersebut daripada interaksi yang lain.

Maka dari hal tersebut generasi millenial sering mendapat kritikan daripada pujian. Mendisiplinkan anak dari usia balita hingga remaja merupakan masa-masa sulit. Tergantung dari keyakinan orang tua bagaimana cara mendidik anaknya. Seperti apa didikan yang baik? Seperti apa didikan anak sesuai zamannya?. Apakah orangtua menggunakan metode tradisional atu memilih alternatif yang instan seperti kaum millenial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun