Mohon tunggu...
Afida NurulSabilla
Afida NurulSabilla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi Pendidikan Ipa, Universitas Pancasakti Tegal

Mahasiswa Ipa UPS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Teori Tes Lama, Baru, dan Respon Butir

18 Maret 2023   17:40 Diperbarui: 18 Maret 2023   17:49 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar 1. Alur Pengembangan Alat Ukur Sumber : https://youtu.be/Y4uCfy15pWY 

T = Skor Murni, dan 

E = Error Pengukuran

Bentuk skor tampak seperti skor mentah, skor terstandar, skor tes, skor subtes, dan skor persentil.

          Skor murni merupakan skor yang menunjukkan ukur yang memiliki ketepatan dan keakuratan yang sempurna. Harga dari skor murni tidak dapat diketahui pasti. Hal ini dikarenakan skor murni pasti memiliki atau menghasilkan angka eror.  Error dan Incorrect itu berbeda. Perbedaannya yaitu kalau error itu kesalahan yang menyesatkan kebenarannya, contohnya kapal ke kapan. Incorretct merupakan kesalahan karena tidak sesuainya pengambilan keputusan. Contohnya menjawab A, tetapi di kunci jawaban B. Pada rumus skor tampak terdapat eksensifikasi persamaan.

          Persamaan itu ada pada simbol yang ada di rumus. Semisal simbol Xi = Ti + Ei simbol i menunjukkan sampel individu. Dan pada  Xj = Tj + Ej simbol j menunjukkan ketika pengukuran individu dilakukan secara berkali-kali pengukuran, sehingga simbol j menunjukkan waktu pengukuran.

          Untuk mengerjakkan soal skor tampak, kita perlu pengansumsian. Skor tampak merupakan nilai harapan dari pengukuran. Sehingga simbol dari skor X adalah e(X) = T. Nilai harapan dapat diambil dari rata-rata skor tampak. Rerata skor tampak akan setara dengan skor murni. Namun skor tampak biasanya naik atau turun. 

          Asumsi lainnya yaitu menggunakan rumus ET = 0 atau tidak ada hubungan antara error dan T. Dapat menggunakan asumsi E1E2 = 0 atau besarnya E1 pada tes tidak berhubungan dengan error tes lainnya. Asumsi ke 5 yaitu menggunakan rumus E1T2 = 0 atau besarnya error 1 pada suatu tes tidak ada hubungannya dengan skor murni pada tes di waktu yang lain. Implikasi secara praktis teori skor murni klasik yaitu melakukan pengukuran secara berulang dan melakukan pengukuran dengan tes yang panjang (banyak butir) hingga skor tampak mendekati skor murni.

Teori tes modern (IRT)

          Teori tes modern (IRT) sering dikenal dengan nama Item Response Theory.  Teori ini memiliki ciri laten atau lengkungan karakteristik butir dan fungsi karakteristik butir. Teori IRT membangun model yang menghubungkan ciri butir dengan ciri peserta didik dengan syarat tertentu, model yang dibuat bebas yang memenuhi syarat. Syarat dan hakikat pada IRT sebagai berikut : 

  • Mengukur satu dimensi

Persyaratan ini diperlukan cara untuk menentukan apakah suatu butir unidimensi atau tidak. Caranya yaitu dengan analisi faktor dan dapat menunjukkan dimana letak butir tes tersebut. Dimensi yang dominan merupakan dimensi yang mejadi tunggal atau unidimensi pada respon atau karakteristik butir.

  • Independensi Lokal

Persyaratan independensi lokal dimaksudkan sebagai letak pada suatu titik di kontinum ciri peserta. Sehingga skor dari satu butir tes tidak boleh ditentukan atau bergantung pada skor butir tes lainnya.

  • Invariasi Parameter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun