Mohon tunggu...
Afib Rulyansah
Afib Rulyansah Mohon Tunggu... Dosen

Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Mengaji Jadi Menyenangkan: Inovasi Digital dan Kolaborasi Guru-Orang Tua di Yosowilangun

28 September 2025   11:51 Diperbarui: 28 September 2025   11:51 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Sebuah terobosan pendidikan agama di era digital

Di tengah derasnya arus digitalisasi, banyak orang tua khawatir anak-anak mereka lebih betah menatap layar gawai ketimbang membuka mushaf. Namun, siapa sangka, justru teknologi kini bisa menjadi jalan keluar untuk menghidupkan kembali semangat mengaji di kalangan siswa sekolah dasar. Sebuah program pengabdian masyarakat di Kecamatan Yosowilangun, Lumajang, membuktikan bahwa inovasi digital, dipadu pendekatan tradisional dan dukungan orang tua, mampu menjadikan mengaji lebih menyenangkan sekaligus bermakna.

Tantangan Mengaji di Sekolah Dasar

Fenomena menurunnya minat anak-anak dalam belajar mengaji bukanlah isapan jempol. Survei awal di tiga sekolah dasar mitra di Yosowilangun menunjukkan fakta mencemaskan: hanya 42 persen siswa yang benar-benar berminat tinggi belajar Al-Qur'an. Sisanya merasa bosan, jenuh, bahkan menganggap kegiatan ini sebagai rutinitas yang melelahkan.

Guru pun tidak kalah bingung. Sebanyak 73 persen mengaku kesulitan mencari metode kreatif agar anak-anak tetap betah. Di sisi lain, 60 persen orang tua mengakui nyaris tidak punya waktu mendampingi anak karena sibuk bekerja. Ditambah lagi, hanya 15 persen siswa yang pernah merasakan belajar mengaji menggunakan aplikasi digital, padahal mayoritas sudah akrab dengan ponsel pintar.

Kondisi ini memperlihatkan adanya jurang besar: anak-anak membutuhkan metode yang segar, interaktif, dan sesuai dengan gaya belajar generasi digital, sementara sistem yang berjalan masih berkutat pada cara konvensional.

Menyatukan Sekolah, Orang Tua, dan Teknologi

Berangkat dari persoalan tersebut, tim pengabdian masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya meluncurkan program "Revitalisasi Pembelajaran Mengaji Berbasis Digital dan Non-Digital" di dua sekolah dasar: SDN Yosowilangun 1 dan SDIT Al-Firdaus.

Sasarannya jelas: siswa, guru, dan orang tua. Ketiganya diajak membentuk ekosistem belajar yang saling melengkapi. Guru diberi pelatihan metode kreatif, orang tua dilibatkan sebagai pendamping, dan siswa diberi pengalaman belajar yang seru lewat kombinasi gamifikasi, storytelling Islami, dan aplikasi digital berbasis kecerdasan buatan (AI).

"Kalau dulu mengaji identik dengan suasana tegang dan monoton, sekarang kita coba kemas dengan cara yang lebih dekat dengan dunia anak-anak," ungkap salah satu fasilitator program.

Mengaji ala Permainan: Tantangan, Level, dan Hadiah

Salah satu inovasi yang paling menarik perhatian adalah penerapan gamifikasi. Anak-anak diajak mengaji layaknya bermain gim. Ada papan tantangan, sistem poin, level yang harus ditaklukkan, hingga sertifikat penghargaan bagi yang rajin.

Hasilnya mengejutkan. Seluruh siswa---100 persen---ikut terlibat aktif. Mereka bukan hanya bersemangat mengejar poin, tetapi juga bangga ketika menerima sertifikat. Kompetisi sehat pun tercipta. "Kalau ada tantangan, jadi lebih semangat. Rasanya kayak main game, tapi yang dipelajari Al-Qur'an," ujar seorang siswa kelas V dengan mata berbinar.

Gamifikasi ini dipadukan dengan storytelling Islami. Guru menyelipkan kisah teladan dari Al-Qur'an dalam setiap sesi, sehingga anak-anak bukan hanya belajar tajwid dan makharijul huruf, tetapi juga menyerap nilai moral.

Ketika Aplikasi AI Jadi Guru Kedua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun