Mohon tunggu...
A Afgiansyah
A Afgiansyah Mohon Tunggu... Dosen - Digital communication specialist

Praktisi dan Akademisi Komunikasi Media Digital dan Penyiaran. Co-Founder Proxymedia.id // Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana, Universitas Indonesia, dan Universitas Paramadina

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Apakah Kita Masih Perlu TVRI?

30 Mei 2022   22:28 Diperbarui: 3 Juni 2022   17:44 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siaran TVRI di beragam platform. Sumber: TVRI.go.id

TVRI atau Televisi Republik Indonesia sempat jadi media nomor satu di Indonesia pada dekade 1970-an hingga 1980-an ketika hanya ada satu stasiun penyiaran televisi. 

Saya masih ingat pada masa pertengahan hingga akhir 1980-an, TVRI punya ragam pilihan program andalan yang ditunggu. Ini bukan karena hanya satu-satunya pilihan. 

Diselingi berita-berita keberhasilan pemerintah orde baru yang membosankan, ada banyak ragam program berkualitas baik produksi sendiri dari dalam negeri maupun program asing mulai dari dokumenter, serial drama dari Amerika Serikat (AS), Jepang, hingga telenovela dari Brasil.

Bagaimana dengan sekarang? Di tengah gempuran televisi swasta dan media online, masih perlukah kita disuguhi tayangan TVRI?

Sebelum membahas tentang bagaimana TVRI bisa bertahan, saat ini televisi swasta pun sedang berusaha kuat menjaga dominasi kue iklan dari media online. 

Beberapa tahun terakhir media digital semakin menggerus kue iklan televisi. Di negara-negara lain bahkan media online sudah lebih berjaya dalam hal belanja iklan dibandingkan televisi.

Mengutip rilis dari Magna, lembaga riset periklanan berbasis di AS pada awal 2022 lalu, total market share belanja iklan media digital di seluruh dunia mencapai 62,2%. Sementara belanja iklan televisi di seluruh dunia hanya memperoleh market share sebesar 23,7%. 

Di pasar global, belanja iklan media online sudah melampaui televisi hingga 6 kali lipat dari segi penguasaan pangsa pasar. Ini bukti bagaimana industri televisi di berbagai negara di belahan dunia kepayahan menghadapi laju media online.

Pelajaran dari negara-negara lain, media televisi dan media konvensional lainnya memang tidak bisa menghadang laju media digital. 

Hal krusial untuk dilakukan adalah mengintegrasikan strategi konten produksi media konvensional ke ranah online. Semuanya bersiap untuk melakukan transformasi ke dalam media baru sambil melakukan konvergensi. Hal ini juga tampak dilakukan oleh TVRI. Namun sejauh mana keberhasilannya?

Mari kita lihat dulu bagaimana posisi media televisi dibandingkan media online di Indonesia. Berdasarkan data rilis Nielsen pada awal 2022 lalu, kue iklan untuk media masih dikuasai oleh televisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun