Mohon tunggu...
Afghan Fadzillah
Afghan Fadzillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fokus pada tujuanmu

Keluarlah dari zona nyaman dan cari saingan agar dirimu berkembang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Siapa Sebenarnya Taqiyuddin An Nabhani

30 Desember 2022   00:03 Diperbarui: 30 Desember 2022   00:13 1634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dikenal dengan nama Taqiyuddin An – Nabhani, beliau ini memiliki nama lengkap Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthofa bin Ismail bin Yusuf An Nabhani Asy – Syafi’i. Lahir di wilayah bernama Ijzim, Haifa pada tahun 1909. Ia dididik oleh ayahnya sendiri yang mana Ia adalah seorang syeikh yang faqih fid din (dalam agama), juga dari kakeknya syeikh Yusuf bin Ismail bin Yusuf An Nabhani. Ia adalah qodhi (hakim), penyair, sastrawan sekaligus ulama yang terkemuka di Turki Utsmani. Karna didikan ayah dan kakeknya yang begitu kental dengan suasana keagamaan yang mengiringi pertumbuhannya itu, maka hal tersebut sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter, kepribadian dan pandangan hidupnya. Taqiyuddin An Nabhani menerima ajaran mengenai syariat dari ayah dan kakeknya karna mengajarkan Al - Qur’an, bahkan ia telah menyelesaikan hafalan Qur’annya sebelum ia baligh. Taqiyuddin An Nabhani telah hafal seluruh isi Al Quran diusia yang masih sangat muda, yakni diusia hampir 13 tahun. Ia juga mendapat pendidikan dari sekolah negeri saat ia sekolah dasar di Ijzim.

Ia juga mulai mengerti masalah politik yang penting dari kakeknya yang mana kakeknya mengalami dan berkecimpung langsung serta memiliki hubungan yang erat dengan Khalifah Daulah Utsmaniyah saat itu. Karna itu ia bisa menimba banyak ilmu dari dewan dan diskusi-diskusi fiqih yang diselenggarakan kakeknya. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Akko untuk sekolah menengah, belum selesai menamatkan sekolahnya di Akko, ia pindah ke tsanawiyah Al Azhar atas dorongan kakeknya. Ini atas dasar kecerdasan dan kecerdikannya yang menonjol tatkala mengikuti majlis - majlis ilmu sehingga menarik perhatian kakeknya dan bersikeras meyakinkan ayah Taqiyuddin untuk memindahkannya ke Al Azhar. Setelah dari Al Azhar, Taqiyuddin melanjutkan pendidikannya di Darul Ulum cabang Al Azhar. Disamping menempuh Pendidikan di Darul Ulum ia juga mengikuti halaqah – halaqah ilmiyah di Al Azhar. Dengan padatnya kegiatan yang ia miliki, Taqiyuddin tetap menampakkan keunggulan dan keistimewaannya dalam kesungguhan dan ketekunan belajar.

Syekh Taqiyyuddin telah menarik perhatian kawan-kawan dan pensyarah-pensyarahnya karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat serta hujjah yang dilontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah, yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga ilmu yang ada saat itu di Kairo dan di negeri-negeri Islam lainnya. Syekh Taqiyyuddin An Nabhani menamatkan kuliahnya di Darul Ulum pada tahun 1932. Pada tahun yang sama dia menamatkan pula kuliahnya di Al Azhar Asy Syarif menurut sistem lama, di mana para mahasiswanya dapat memilih beberapa syekh Al Azhar dan menghadiri halaqah-halaqah mereka mengenai Bahasa Arab, dan ilmu-ilmu syari'ah seperti Fiqih, Ushul Fiqih, Hadits, Tafsir, Tauhid (ilmu kalam), dan yang sejenisnya. Dalam forum-forum halaqah ilmiyah tersebut, An Nabhani dikenal oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabat terdekatnya dari kalangan Al Azhar, sebagai seseorang dengan pemikiran yang genius, pendapat yang kukuh, pemahaman dan pemikiran yang mendalam, serta berkemampuan tinggi untuk meyakinkan orang dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah. Demikian juga ia sangat bersungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat dalam memanfaatkan waktu guna menimba ilmu dan belajar.

Iklim diskusi yang telah dibiasakan sejak remaja dan wawasannya yang sangat luas menyebabkan sosoknya disegani sebagai seorang cendekiawan dengan argumentasi yang sangat mematikan, kemampuan meyakinkan orang lain yang luar biasa, serta tegas terhadap sesuatu yang diyakininya benar. Sifat-sifat tersebut sangat memberikan pengaruh atas partai politik yang dicetusnya, sehingga Hizbut Tahrir dikenal sebagai gerakan yang sangat konsisten dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mencapai tujuannya. Kemampuan analisis politiknya yang di atas rata-rata membuat berbagai gagasan yang diembannya menyebar dengan cepat bak api yang membakar rumput kering.
Selain menyaksikan dan merasakan sendiri peristiwa runtuhnya Khilafah pada 1924 serta masuknya berbagai pemikiran asing dalam tubuh umat Islam, Allah juga menakdirkan beliau untuk menjadi saksi atas peristiwa jatuhnya Palestina ke tangan Yahudi pada 1948. Sebagaimana dirinya yang sangat peduli terhadap urusan umat Islam, maka berdiam diri dengan menjadi penonton bukanlah sifatnya. Di sisi lain, beliau juga tidak ingin perjuangannya menjadi sia-sia. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai diskusi dan penelitian hingga lebih dari 10 tahun sebelum beliau memutuskan mendirikan Hizbut Tahrir. Hal ini menunjukkan bahwa “Partai Pembebasan” ini adalah gerakan kebangkitan yang sangat terencana. Berbagai penelitian dan diskusi yang dilakukannya meliputi sebab-sebab kemunduran umat Islam, faktor yang dapat membangkitkannya, serta kegagalan berbagai gerakan sebelumnya. Hingga beliau sampai pada suatu kesimpulan bahwa mundurnya umat Islam disebabkan oleh lemahnya taraf intelektual mereka.

Pada kisaran tahun 1948-1953 inilah beliau berupaya dengan sangat serius untuk menjadikan Hizbut Tahrir sebagai organisasi yang legal. Perjuangan ini bukanlah perkara yang mudah dan sebentar. Argumentasi yang kokoh, kemampuan meyakinkan orang lain, serta latar belakang pendidikan Al-Azharnya menjadi modal utama untuk merangkul berbagai ulama dengan visi yang sama dengannya. Hizbut Tahrir kemudian menjadi partai yang sah mulai 14 Maret 1953 setelah mengajukan permohonan kepada Departemen Dalam Negeri Yordania, dan mulai menyewa tempat di kota Al-Quds dengan memasang papan nama Hizbut Tahrir. Namun, setelah publikasi peresmiannya di harian ash-Sharih, Departemen Dalam Negeri menganulir pendiriannya, dan dengan jujur mengungkapkan alasannya, “Sesungguhnya, izin pendirian dan pengakuan partai bergantung kepada kepentingan negara…”

Di tengah mewabahnya pemikiran sekulerisme, apa yang dibawakan oleh Syekh Taqiyuddin memang terkesan baru, asing, bahkan bertentangan dengan realita pemikiran masyarakat. Tak heran, jika banyak pihak yang mulai menyerang dan merendahkan Syekh Taqiyuddin. Sebagai penolakan atas berbagai perlakuan tak layak tersebut, Asy-Syahid Sayyid Qutb pun melakukan pembelaan dengan menyanjung dan memuji sosoknya di salah satu forum ilmiah yang dipimpinnya, “Sesungguhnya Syekh ini (Taqiyuddin An-Nabhani) dengan kitab-kitabnya telah sampai pada derajat ulama-ulama kita terdahulu.”


Sebagai seorang pengemban dakwah, Syekh Taqiyuddin paham betul konsekuensi atas perjuangannya. Karenanya, beliau banyak bertemu dengan politisi seraya membongkar strategi politik negara Barat, menyerang sistem pemerintahan yang bertentangan dengan Islam, memberikan nasihat untuk segera meninggalkan kekeliruan mereka, dan menyerukan untuk segera kembali kepada syariat Islam. Hingga dalam salah satu momen dialog antara Syekh Taqiyuddin dengan Raja Abdullah bin Hussain (Abdullah I dari Yordania), beliau menunjukkan kekuatan atas keyakinannya dengan mengucapkan, “Kalau aku lemah untuk mengucapkan kebenaran hari ini, lalu apa yang harus aku ucapkan kepada orang-orang sesudahku nanti?”

Keteguhan atas metode perjuangan yang diyakininya menjadikannya sebagai salah satu sosok yang paling dicari. Dalam sebuah momen pada awal tahun 70-an, beliau ditahan tak lama setelah kampanye besar-besaran penangkapan terhadap para anggota Hizbut Tahrir di Irak. Siksaan yang terus menerus dialami oleh tubuhnya menyebabkan beliau mengalami hemiplegia (lumpuh pada separuh badannya). Setelah dibebaskan dan pergi ke Lebanon, beliau mengalami kelumpuhan pada bagian otak, hingga dilarikan ke rumah sakit dan wafat di sana. Sosok ulama kharismatik ini dikebumikan di pemakaman asy-Syuhada di Hirsy, Beirut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun