Mohon tunggu...
Affan Hakim
Affan Hakim Mohon Tunggu... -

www.affanhakim.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tendang Saya di Selangkangan

2 Januari 2012   08:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:27 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan penonton rutin TV, tapi entah kenapa waktu itu setelah jari-jemari lelah dan mata pedes menghadapi layar monitor komputer berjam-jam, saya lantas menghidupkan kotak ajaib itu. Sport Science, itu judul program acara yang kebetulan saya tonton di stasiun TV itu. Percobaan dalam dunia olahraga yang kemudian dihitung secara statistik, kira-kira begitulah premis program tersebut. Hari itu ternyata adalah percobaan kedua dalam : " Bagaimana kekuatan selangkangan dalam menerima daya yang diarahkan tepat kesana", gampangnya gini kalo ada orang yang nendang ke "burungmu", sampai seberapa kuat kamu bisa nahan...#ouch

Tema yang sama dalam episode sebelumnya, menampilkan seorang sukarelawan (yang cukup bodoh) yang mungkin hanya diimingi "ayo ikut kita, kamu bakalan nampang tenar di TV" . Dia diminta berdiri sekitar +/-200m didepan alat pelontar bola tenis otomatis. Kejadian selanjutnya yang sudah bisa ditebak adalah, bola tenis itu dilontarkan tepat di piranti diantara kedua paha itu dan Bumm!!..si bodoh itu tumbang..

Episode selanjutnya, lebih serius (atau mungkin mereka sudah tidak bisa menemukan orang bodoh lainnya). Peraga yang diundang adalah seorang ahli beladiri yang telah menekuni ilmunya selama kurang lebih 30 tahun. Dan selama khusus 25 tahun dia belajar memperdalam ilmunya untuk dapat menahan rasa sakit oleh serangan yang menuju bagian-bagian vital. Seperti ulu hati, leher, jakun, dan yap..selangkangan..

Kali ini mereka tidak lagi menggunakan alat pelontar bola, sebagai senjata. Peraga untuk penendang adalah seorang atlet petarung bebas profesional. Sang atlet diminta terlebih dulu mengukur kekuatan tendangannya pada sebuat alat, dan hasilnya jika disimulasikan adalah tendangannya sekeras hentakan palu godam yang diayun ke bawah dari lantai 15!.

Dan pertunjukkan utamanya dimulai... Sang ahli beladiri bersiap melebarkan kakinya kemudian berkonsentrasi, dan atlet petarung bebas itu juga mengambil ancang-ancang tendangan. Dan saya sendiri mulai mules melihatnya...

Ahli beladiri mengatur nafas, terlihat kabel metering detak jantung yang dipasang untuk memonitor aktivitas denyutnya. Semua bersiap-siap seraya menunggu aba-aba dari sang ahli beladiri, dan tak lama kemudian dia memberi kode. Sang atlet petarung memasang kuda-kuda dan mulai mengayunkan kaki kanannya kebelakang, dan kemudian tepat mengarahkannya kedepan di selangkangan sang ahli beladiri....Bumm!!

Sang ahli beladiri, sempat terangkat spontan sekitar 10cm dari lantai karena menahan tendangan keras itu, mendarat kembali ke lantai dengan kuda-kuda sempurna, relaksasi, dan kemudian tersenyum. Sang atlet petarung melihatnya dengan wajah kagum, mungkin dia sendiri akan tumbang jika menerima tendangan sekeras itu pikirnya. Uniknya dari monitor, diperlihatkan bahwa tidak ada perubahan signifikan sama sekali dari detak jantungnya sejak sebelum dan sesudah tendangan. Dia melakukannya dengan sangat tenang dan konsentrasi tinggi.

Penjelasan sainsnya adalah kira-kira seperti ini, sebenarnya yang merasakan sakit atau respon apapun di tubuh kita adalah otak. Otak lah yang mengirim pesan ke bagian tubuh tersebut, sehingga kita merasakan sakit atau apapun rangsangannya. Sang ahli beladiri ini selama 25 tahun belajar untuk mengendalikan otaknya untuk tidak mengirimkan pesan sakit pada bagian tubuh yang diserang, sehingga dia tidak merasakan apa-apa setelah ditendang atau dipukul.

Kemudian bagaimana bisa alat vital yang ditendang itu tidak mengalami kerusakan? inilah uniknya lagi, alat vital tersebut setelah mengalami ribuan pukulan tendangan selama bertahun-tahun ternyata juga otomatis melindungi dirinya sendiri. Dia membentuk jaringan yang semakin padat dan jika dibandingkan, kekuatannya sekokoh batu. Sang ahli beladiri juga mengakui bahwa kehidupan berkeluarganya pun normal, mempunyai anak dan aktivitas seksualnya pun tidak terganggu.

Ilmu Chi yang didalaminya sangat membantu, dalam awal-awal dia belajar teknik ini. Dimana dia mengakui sangat berat sekali secara mental untuk dapat menghadapi tendangan dan pukulan pada alat-alat vital di tahun-tahun pertama belajarnya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun