Mohon tunggu...
Muhammad Afandi Helmi
Muhammad Afandi Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Doing better

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030061

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Setahun Setelah Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia

2 Maret 2021   15:29 Diperbarui: 2 Maret 2021   15:50 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Joko Widodo mengkonfirmasi pertama kali kasus COVID-19 di Indonesia, tepatnya pada senin 2 Maret 2020 lalu, kasus corona di Indonesia tidak kunjung menurun, bahkan selalu terjadi peningkatan setiap harinya.

Saat itu presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua orang warga Indonesia terjangkit virus corona wuhan, tepatnya di kota Depok, Jawa Barat yakini seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun. 

Kasus pertama corona tersebut diduga karena keduanya menjalin kontak dengan warga negara Jepang yang yang masuk ke Indonesia pada sebuah klub dansa di Jakarta, pada 14 Febuari 2020. Dua orang tersebut yang kemudian disebut sebagai pasien 1 dan 2. Dari saat itulah, awal perjalanan panjang dan perjuangan masyarakat bangsa Indonesia dalam melawan virus corona atau COVID-19.

Berbeda dengan kebanyakan negara yang lainnya yang melakukan tindakan preventif, sejak awal masuknya COVID-19, Indonesia tidak pernah memberlakukan lockdown atau penutupan total, tetapi pemerintah lebih memilih melakukan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), yang kini sudah beralih menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sekala mikro. 

Kebijakan ini yang membuat sebagian orang menyayangkan atas tindakan yang dilakukan pemerintah dengan tidak memberlakukan lockdown atau penutupan total termasuk menutup pintu masuk internasional. 

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dinilai lamban untuk mengambil sikap terkait persebaran virus corona yang ada di Indonesia, sehingga persebaran virus COVID-19 di Indonesia semakin hari semakin meningkat.

Hari ini, tepat satu tahun sudah pandemi virus COVID-19 berjalan di Indonesia. Pandemi virus corona ini menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat. 

Krisis kesehatan dan ekonomi membuat aktivitas menjadi terbatas, mulai dari kegiatan bekerja hingga sekolah harus dilakukan dari rumah, mobilitas masyarakat ke luar rumah yang harus dibatasi, mewajibkan protokol kesehatan dengan 3M, ancaman resesi ekonomi, hingga gugurnya garda terdepan dalam penanganan virus corona yakini dokter dan tenaga kesehatan.

Hal ini tidak membuat pemerintah tinggal diam. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meredam dampak dari pandemi COVID 19 di berbagai sektor, baik pusat maupun daerah, untuk mengatasi persoalan pandemi ini. Mulai dari pemberian Pembentukan Gugus Tugas Penanganan COVID-19, yang kemudian berganti nama menjadi Satgas COVID-19, yang diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, Bantuan Sosial (bansos) untuk masyarakan yang terdampak pandemi, melarang mudik saat lebaran, memberlakukan Pembatasan Sosial Bersekaala Besar (PSBB), menutup pintu masuk domestik dan internasional, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga pemberian vaksin demi mencegah bertambahnya penularan virus corona ini, tetapi semua itu tidak dapat teratasi tanpa adanya kesadaran dan kerja sama dari masyarakat.

Hampir seluruh sektor terdampak pandemi COVID 19 ini, bukan hanya sektor kesehatan saja, tetapi sektor ekonomi pun tak luput dari dampak yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 ini. Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II Agustus 2020 mengalami penurunan sebesar 5,32 persen. 

Padahal sebelumnya, pada kuartai I 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat sebesar 2,87 persen. Selain itu sektor pendidikan pun tak luput dari dampak yang disebabkan virus corona ini. Pembelajaran yang awalnya hanya dijadwalkan untuk belajar di rumah selama 2 minggu, kini menjadi satu tahun lamanya.

Setahun setelah pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia, trend kasus penularan COVID-19 terus meningkat jumlahnya. Per tanggal 1 Maret 2021, total kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia mencapai 1.341.314 orang. Dengan rincian, total pasien sembuh secara keseluruhan sebanyak 1.151.915 orang, dan total pasien yang meninggal dunia sebanyak 36.325 orang.

Namun demikian, kita sebagai warga negara Indonesia masih mempunyai harapan dengan dicanangkanya vaksinasi secara nasional oleh pemerintah, harapanya vaksin tersebut bisa menekan pengurangan angka COVID-19 yang ada di Indonesia.

Sejak hari Rabu, 13 Januari 2021, pemerintah sudah mulai melakukan vaksinasi nasional. Penyuntikan perdana vaksin ke Presiden Joko Widodo menandai dimulainya vaksinasi nasional di Indonesia. Pemerintah sedang gencar berupaya menyukseskan vaksinasi COCID-19 dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengajak artis dan influencer untuk melakukan vaksinasi, agar harapannya pengikut mereka akan tertarik untuk melakukan vaksin nantinya.

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pemerintah menargetkan 181.554.465 orang dari penduduk Indonesia atau sekitar 70 persen dari populasi Indonesia akan mendapatkan vaksin yang diberikan secara gratis kepada masyarakat oleh pemerintah. 

Hal ini manjadi secercah harapan untuk mengakhiri pandemi yang tak kunjung usai ini dan menjadi angin segar kepada para pelajar agar kegiatan pembelajarang bisa segera berjalan dengan normal seperti sedia kala, seperti yang dikatakan menteri pendidikan Nadim Makarim bahwa rencananya sekolah akan mulai dibuka pada bulan juli secara bertahap, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai tingkat Perguruan tinggi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan nantinya.

Kendati Badan Pengawas Obat dan Makanan terlarang (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan izin resmi bahwa vaksin COVID-19 Sinovac yang diberikan kepada masyarakat ini aman dan halal, tetapi masih banyak masyarakat yang meragukannya. Banyak orang yang beranggapan bahwa

Terlebih lagi dengan hasil uji klinik fase 3 di Bandung sebesar 65,3 persen membuat, sebagian orang khawatir akan mengalami keluhan di tubuhnya pasca disuntik vaksin COVID-19. Jika nantinya terdapat efek samping pasca disuntik vaksin COVID-19 Sinovac, maka efek samping yang muncul termasuk dalam kategori ringan hingga sedang, hal ini adalah efek samping lokal atau di sekitar area yang disuntik vaksin, yang mana efek samping ini tidak berbahaya dan dapat pulih dengan sendirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun