Mohon tunggu...
Adyatma Nugraha
Adyatma Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional-UPN Veteran Yogyakarta

Saya adalah lulusan SMA Mutiara Persada IPA lulusan 2023 angkatan pertama. Saya pernah tergabung sebagai osis dan pernah menjabat sebagai kepala divisi di bagian demokrasi dan politik, proker yang pernah saya lakukan adalah pemilihan osis dan lomba menulis di hari peringatan serangan umum 1 maret.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Revolusi Feminis di Iran: Perubahan & Tantangannya

22 Mei 2024   16:53 Diperbarui: 29 Mei 2024   07:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://mahardhika.org/tag/sejarah-gerakan-perempuan/

Feminisme adalah gerakan sosial, politik, dan ideologi yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender di semua bidang kehidupan. Gerakan ini mengutuk perlakuan tidak adil terhadap perempuan dalam masyarakat yang lebih memihak pada sudut pandang laki-laki. Revolusi feminisme mengacu pada gerakan sosial dan politik yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender, menghapus diskriminasi terhadap perempuan, dan memperjuangkan hak-hak perempuan di berbagai bidang kehidupan. Gerakan feminis dianggap menjadi kekuatan utama di balik perubahan sosial besar dalam sejarah terhadap hak-hak perempuan, seperti hak pilih, hak reproduksi, aborsi, dan hak untuk memiliki properti. Gerakan ini terus berkembang dengan berbagai perspektif dan tujuan dalam mencapai kesetaraan gender.

Gelombang feminis pertama menekankan hak-hak hukum dan formal pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Gelombang kedua, dari tahun 1960 hingga 1980-an, fokus pada kesetaraan di tempat kerja, hak reproduksi, dan keterwakilan perempuan di media dan budaya. Gelombang ketiga, muncul pada tahun 1990-an dan 2000-an, menekankan pada keberagaman, interseksionalitas, dan hak-hak individu sebagai respons terhadap ketidakpuasan terhadap gelombang kedua. Gelombang keempat, terjadi pada tahun 2010-an hingga saat ini, berfokus pada isu-isu seperti pelecehan seksual, kekerasan berbasis gender, dan ketidakadilan sistemik serta mendorong partisipasi aktif perempuan dalam politik dan bisnis.

Di Iran, perempuan diatur dalam hukum syariah serta uu sipil, dimana kedua hal tersebut bersifat mengekang dan diskriminatif. Aturan pakaian yang ketat ditegakkan dengan keras oleh polisi, Pasukan Relawan Basij paramiliter, dan polisi moral. Wanita yang tidak memakai jilbab bisa menghadapi pelecehan, penangkapan, denda, dan bahkan penjara hingga dua bulan.

Di Iran, juga memiliki undang-undang yang membatasi kebebasan perempuan dalam pernikahan dan perceraian. Anak perempuan di Iran diizinkan menikah pada usia 13 tahun dengan izin khusus dari ayah mereka dan pengadilan. Lebih dari 13.000 anak perempuan berusia 13 tahun menikah antara bulan Maret 2018 dan Maret 2019.

Gerakan feminis di Iran pada masa Shah dipengaruhi oleh perubahan sosial, ekonomi, dan politik di negara tersebut. Pada era Reza Shah Pahlavi, terjadi reformasi modernisasi yang mempengaruhi status perempuan dalam masyarakat Iran. Reza Shah mendirikan sekolah perempuan, menghapus pemakaian jilbab, dan meningkatkan kesempatan kerja bagi perempuan. Di era Mohammad Reza Pahlavi, reformasi diperluas dengan program Revolusi Putih yang dimulai pada tahun 1963. Perempuan diberi hak untuk memilih dan mencalonkan diri, serta berbagai organisasi perempuan didirikan pada periode ini, termasuk Organisasi Perempuan Iran (OWI) yang fokus pada isu-isu pendidikan, kesehatan, dan hak-hak hukum.

Pasca revolusi 1979 yang menumbangkan kekuasaan monarki di Iran gerakan feminisme semakin gencar dikarenakan diterapkankanya hukum syariah yang dimana mengekang hak-hak perempuan, Salah satunya tidak diperbolehkannya perempuan mencalonkan diri sebagai politisi maupun berpartisipasi dalam pemilihan presiden. Demonstrasi di Teheran meningkat pasca kematian Martha Amini, yang ditangkap polisi moral karena dicurigai "gagal mengenakan hijab dengan benar". Protes dilaporkan menyebar ke setidaknya 80 kota, dengan televisi pemerintah mengatakan 17 orang tewas, termasuk tiga anggota pasukan keamanan. Protes ini menunjukkan perjuangan yang masih dihadapi perempuan di Iran dalam mencapai kesetaraan gender."


Lalu apa perubahan yang dibawa  feminisme di Iran?

 Revolusi feminis di Iran membawa perubahan penting dalam kesadaran dan pendidikan, partisipasi politik, hak hukum, kesetaraan ekonomi, aktivisme dan jaringan sosial, serta seni dan budaya. Meskipun demikian, perjuangan untuk kesetaraan gender masih terus berlanjut dan penuh tantangan. Kesadaran akan hak-hak perempuan semakin meningkat, terutama dalam pendidikan tinggi dan partisipasi politik, di mana perempuan semakin aktif terlibat. Reformasi hukum juga menjadi topik penting, membahas isu-isu seperti hak waris, perceraian, dan hak asuh anak. Di sektor ekonomi, perempuan semakin banyak yang bekerja dan menduduki peran penting, sementara dalam seni, sastra, dan media, perempuan menggunakan platform ini untuk mengekspresikan pandangan dan perjuangan mereka. Aktivisme perempuan juga semakin meningkat, baik dalam gerakan sosial maupun organisasi non-pemerintah, serta media sosial menjadi alat penting untuk mengekspresikan isu-isu feminis.

 di perubahan pasti ada hambatannya dalam gerakan feminisme di Iran yang mendapatkan  hambatan baik yang dari pemerintahan& kaum conservatif

Hambatan Dari Pemerintahan Teheran:

Sejak Khomeini berkuasa, Iran telah menjadi negara dengan konstitusi, hukum, dan aturan patriarki. Perempuan mengalami pemaksaan berpakaian, kehilangan kontribusi sosial dan pemerintah, pembatasan yang hanya berlaku bagi perempuan, dan peningkatan pernikahan anak. Feminisme juga menghadapi berbagai kendala, terutama dari kelompok konservatif, yang menolak kebijakan kesetaraan gender, kuota gender, perubahan hukum untuk melindungi hak-hak perempuan, dan mempromosikan nilai-nilai tradisional mengenai peran gender. Mereka juga menentang gerakan dan aktivitas sosial feminis, menggunakan agama untuk menentang kesetaraan gender, menyebarkan informasi menyesatkan mengenai feminisme, dan mempengaruhi media konservatif yang menyajikan berita yang bias. Hambatan-hambatan tersebut mencerminkan perlawanan kompleks dan berlapis-lapis dari kaum konservatif terhadap gerakan feminis. Namun gerakan feminis terus berupaya mengatasi hambatan tersebut melalui advokasi, pendidikan, dan perubahan kebijakan. selain itu terdapat penolakan dari kaum konservatif  di Iran terhadap gerakan feminis mencerminkan ketegangan antara nilai-nilai tradisional dan perubahan sosial yang lebih progresif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun