Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

5 Langkah Sederhana dari Rumah Kita untuk Mendukung Net-Zero Emissions Indonesia 2060

8 Oktober 2021   17:24 Diperbarui: 9 Oktober 2021   09:56 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Net-Zero Emissions Indonesia 2060 | Sumber: Shutterstock via theconversations.com

Apakah kita merasakan beberapa tahun terakhir ini siang hari terasa lebih panas?

Apakah kita mengetahui beberapa wilayah pesisir di kawasan Jakarta sudah tenggelam akibat naiknya permukaan air laut dan turunnya muka tanah di Jakarta?

Apakah kita tahu dari tahun ke tahun semakin banyak spesies flora dan fauna yang semakin terancam punah?

Nah tahukah kita bahwa semua fenomena tadi erat kaitannya dengan global warming atau pemanasan global yang akarnya sebagian besar karena aktivitas manusia khususnya dari emisi karbon.

Usut punya usut juga emisi karbon ternyata tanpa kita sadari banyak berasal dari aktivitas rumah tangga dan terkait juga dengan aktivitas keseharian kita lho.


Sumber Pemanasan Global di Indonesia | Sumber: rumahpengetahuan.web.id
Sumber Pemanasan Global di Indonesia | Sumber: rumahpengetahuan.web.id

Dari terlalu sering memakai kendaraan bermotor pribadi sehingga boros bahan bakar minyak sampai dengan menggunakan listrik berlebihan bahkan sering membuang-buang makanan dapat berkontribusi terhadap emisi karbon dan pada akhirnya pemanasan global.

Pencanangan Indonesia untuk menjadi negara dengan Net-Zero Emissions selambat-lambatnya pada 2060 tentu merupakan sebuah visi yang sama-sama kita harus dukung dan usahakan demi mengurangi laju pemanasan global.

Dukungan tersebut dapat kita wujudkan dari lingkungan terdekat kita yaitu rumah tangga kita sendiri.

Nah apa saja langkah sederhana yang dapat kita lakukan guna mendukung Net-Zero Emissions Indonesia pada 2060, berikut lima langkah sederhananya:

Pertama, Cabut Colokan dan Matikan Perangkat dan Alat Elektronik Jika Tidak Sedang Digunakan

Ilustrasi cabut colokan listrik guna mendukung Net-Zero Emissions | Sumber: pln.co.id
Ilustrasi cabut colokan listrik guna mendukung Net-Zero Emissions | Sumber: pln.co.id
Menghemat konsumsi listrik di rumah tangga adalah langkah konkret kita yang dapat mendukung pengurangan emisi dari sektor rumah tangga.

Karena seperti kita ketahui bersama, pembangkit listrik di Indonesia sebagian besar masih bersumber dari energi yang tidak terbarukan seperti batubara, gas, dan lain sebagainya.

Langkah sederhana yang dapat kita lakukan adalah mematikan perangkat elektronik jika tidak sedang digunakan. 

Alat-alat elektronik seperti TV, AC, Microwave, dan lain sebagainya dapat kita matikan jika sedang tidak digunakan dan lebih penting juga jangan lupa jika memungkinkan cabut kabel colokannya. Karena tanpa kita sadari, colokan yang terpasang dan tidak terpakai ternyata masih bisa mengalirkan listrik termasuk juga seperti pengisi daya HP,  laptop, ataupun perangkat elektronik lainnya.

Khusus untuk AC ada baiknya jangan terlalu sering dipakai, cara menyiasatinya adalah kita dapat membuka jendela kita lebih sering agar aliran udara alami masuk ke rumah kita. 

Alternatif lainnya juga dapat menambahkan koleksi tanaman yang baik untuk menyaring udara ataupun menyaring polutan juga dapat kita lakukan. Tanaman tersebut misalnya lidah mertua, lidah buaya, sirih gading dan spider plant.

Kedua, Jangan Membuang-buang Makanan

Ilustrasi Zero Waste Makanan | Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
Ilustrasi Zero Waste Makanan | Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

Tahukah kita industri agrikultur dan peternakan ternyata menyumbang besar terhadap emisi gas kaca secara global lho. Dan industri ini sangat erat kaitannya dengan pola konsumsi makanan kita dari sektor rumah tangga.

Fakta menunjukkan bahwa industri rumah tangga kita sering sekali menghasilkan makanan sisa yang sebenarnya bisa dicegah atau jika sudah terlanjur dapat digunakan lebih lanjut.

Indonesia Penghasil Sampah Makanan Kedua di Dunia | Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
Indonesia Penghasil Sampah Makanan Kedua di Dunia | Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

Fakta menyedihkannya bahwa Indonesia adalah penghasil sampah makanan terbanyak kedua di dunia pada 2016.

Penting bagi kita dalam rumah tangga untuk tidak menumpuk-numpuk atau memasak makanan secara berlebihan. Biasakan untuk merencanakan menu makanan kita setiap harinya agar tidak ada yang terbuang. 

Jika kita hanya berisi empat orang di rumah maka masaklah untuk porsi empat orang jangan berlebihan, pun jika berlebihan kita bisa membaginya dengan tetangga atau pun orang lain yang membutuhkan.

Jika ada sisa makanan alangkah lebih baiknya jangan langsung dibuang karena untuk sampah organik masih bisa kita kumpulkan dan kita ubah jadi pupuk kompos atau jika masih layak dikonsumsi, dapat kita salurkan ke pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Fenomena acara pernikahan dengan bentuk prasmanan sering membuat kita menghela napas panjang karena sedih melihat banyak makanan yang terbuang percuma. 

Ada baiknya jika masih banyak sisa secara sukarela kita salurkan ke panti asuhan atau pun orang-orang yang membutuhkan, pun jika sudah tidak layak konsumsi kita dapat memberikannya untuk para peternak atau diubah menjadi pupuk kompos untuk rumah tangga kita.

Ketiga, Bercocok Tanam di Rumah

Ilustrasi Berkebun di Rumah Bersama Anak | Sumber: dokumentasi pribadi
Ilustrasi Berkebun di Rumah Bersama Anak | Sumber: dokumentasi pribadi

Tahukah kita proses membeli sayuran atau pun kebutuhan rumah tangga tersebut membutuhkan proses rantai suplai yang panjang dan hal tersebut tentunya berimplikasi pada emisi yang ditimbulkan.

Bayangkan panjangnya dari proses cocok tanam di lahan petani dengan pupuk kimiawi sayuran akhirnya dikemas lalu diantarkan ke pengepul dengan kendaraan berbahan bakar minyak.

Selanjutnya dari pengepul dibawa lagi dengan kendaraan  yang menggunakan bahan bakar minyak lagi ke penjual sayuran atau ke jaringan supermarket untuk sayur-sayuran atau kebutuhan lainnya, seperti ikan dan daging yang diekspor atau diimpor rantainya akan lebih panjang dan secara otomatis konsumsi bahan bakar minyak dan otomatis juga emisi gas karbon akan semakin meningkat.

Jika kita dapat memenuhi kebutuhan pangan kita setidaknya sayur-sayuran dari rumah sendiri tentu kita sudah dapat mengurangi sedikit-sedikit jejak karbon tadi. 

Oleh karena itu, bercocok tanam di rumah dapat menjadi alternatif lainnya untuk mengurangi emisi gas karbon.

Selain sebagai sumber pangan mandiri bercocok tanam di rumah juga baik untuk kesehatan psikis dan fisik kita apalagi jika dilakukan bersama dengan anggota keluarga lainnya.

Keempat, Gunakan Transportasi Umum dan Sepeda

Kendaraan Umum vs Kendaraan Pribadi | Sumber: reddit.com
Kendaraan Umum vs Kendaraan Pribadi | Sumber: reddit.com

Bayangkan jika ada 40 orang yang akan berangkat kerja dan masing-masing memakai kendaraan pribadi dibandingkan 40 orang tersebut sama-sama menggunakan kendaraan umum.

Semisal satu bis besar tentu jejak karbon yang ditinggalkan dengan menggunakan bus akan lebih sedikit dibandingkan 40 mobil pribadi di jalanan, lebih-lebih jika bus yang digunakan ternyata mobil listrik misalnya atau berbahan bakar ramah lingkungan.

Untuk jarak tempuh yang tidak terlalu jauh mungkin kita bisa berjalan kaki ataupun menggunakan sepeda yang tidak meninggalkan emisi karbon dan pastinya menyehatkan tubuh kita.

Kelima, Gunakan Lampu Hemat Energi

Ilustrasi Lampu LED Hemat Energi | Sumber: stock.adobe.com
Ilustrasi Lampu LED Hemat Energi | Sumber: stock.adobe.com
Penerangan rumah khususnya ketika malam hari adalah salah satu sumber terbesar dalam pemakaian listrik di rumah tangga  kita selain alat-alat elektronik tentunya.

Namun tahukah kita bahwa jenis lampu bohlam yang belum berbentuk LED dengan daya yang besar serta daya pendar dan penerangan yang tidak optimal berpotensi mengonsumsi daya listrik yang jauh lebih besar bagi rumah kita apalagi jika kita mengingat pemakaian dilakukan rutin setiap harinya selama berjam-jam.

Harga lampu LED yang terang dan hemat energi mungkin terlihat lebih mahal dibandingkan lampu pijar atau bohlam biasa, namun hal tersebut akan jauh lebih hemat jika kita bandingkan dengan konsumsi listrik jangka panjang antara kedua jenis lampu tersebut apalagi jika digunakan bertahun-tahun, belum lagi jika melihat daya pijarnya yang lebih optimal.

Dengan menggunakan lampu LED yang hemat energi kita sudah berkontribusi untuk menghemat penggunaan listrik di rumah kita, dengan demikian penggunaan bahan bakar untuk pembangkit listrik pun tentu akan berkurang.

Satu rumah yang melakukan mungkin tidak signifikan kontribusinya, namun bayangkan jika hal ini diterapkan oleh jutaan rumah tangga maka akan berdampak signifikan pastinya.

Demikianlah lima langkah sederhana yang dapat kita terapkan di rumah kita guna mendukung tercapainya visi Indonesia menjadi Net-Zero Emissions 2060.

Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya langkah-langkah kecil ini mungkin tidak terlalu signifikan terhadap penurunan emisi karbon global jika dilakukan satu rumah tangga saja, namun bayangkan jika langkah-langkah sederhana ini diterapkan oleh jutaan bahkan miliaran rumah tangga di dunia tentu hasilnya akan sangat terasa dan dapat mewujudkan cita-cita Net-Zero Emissions di Indonesia pada 2060.

Seperti layaknya butterfly effect di mana satu kepak sayap kupu-kupu di Brasil bisa berkontribusi terhadap terbentuknya tornado di Texas beberapa waktu kemudian. 

Maka kontribusi dan usaha kecil kita dari rumah kita sejatinya dapat berkontribusi terhadap perubahan global. 

Yuk mari bergerak demi bumi yang lebih hijau dan sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun