Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Nama Asli Pempek dan Sejarahnya

10 Januari 2021   18:06 Diperbarui: 10 Januari 2021   18:10 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pempek Palembang. Sumber: kulinerhunter.com

Pempek, siapa yang tak kenal dengan camilan khas Palembang ini? 

Tapi jangan-jangan ada yang belum pernah mencoba makanan legend ini? 

Wah rugi sekali jika belum mencobanya, Anda patut mencobanya. 

Perpaduan rasa tepung, sagu, ikan tenggiri atau gabus bahkan belida dan bumbu-bumbu lainnya sangat pas dicocol dan dipadukan dengan cuko pedas yang menggugah selera sebagai penyertanya.

Pempek sendiri sekarang tidak hanya dapat ditemui di Palembang saja, namun bahkan sudah bisa ditemui di seluruh Indonesia bahkan mancanegara. Proses dan bahannya sendiri relatif tidak terlalu sulit dan mudah didapatkan.

Namun, tahukah kamu sedikit sekali dari masyarakat Indonesia bahkan Palembang sendiri yang mengetahui sejarah termasuk nama awal atau asli dari pempek ini.

Menurut KMS. H. Andi Syarifudin seorang tokoh pemerhati sejarah Palembang yang dikutip oleh National Geographic Grid,  pada zaman Palembang masih berbentuk Kerajaaan Palembang Darussalam dan dipimpin oleh Raja Sultan Mahmud Badaruddin II, terdapat sebuah camilan yang konon adalah menjadi cikal bakal pempek. Camilan ini uniknya kerap dihidangkan pada berbagai kesempatan resmi seperti upacara adat atau jamuan lainnya di rumah-rumah adat Palembang yang disebut Rumah Limas.

Pada zaman dahulu jauh sebelum ada lemari pendingin camilan ini sudah dapat awet disimpan dalam jangka waktu lama dengan teknik tertentu, teknik menyimpan makanan dalam waktu cukup lama ini di Palembang disebut dengan Keles, sehingga cikal bakal pempek ini disebut dengan Kelesan.

Pempek. Sumber: faktualnews.co
Pempek. Sumber: faktualnews.co
Seiring perkembangan zaman Kelesan tidak hanya menjadi penganan rumah tangga saja tetapi juga mulai dikomersialkan dan dijual di berbagai penjuru Palembang khususnya ketika zaman pemerintahan kolonial. Para penjualnya pun tidak hanya dari kalangan orang Palembang, tetapi juga dari kalangan Tionghoa yang terkenal pintar berjualan.

Nah penjaja Kelesan keturunan Tionghoa yang berkeliling ini lah yang dikenal dengan panggilan Apek, sebutan untuk orang yang sudah tua untuk penjaja makanan dari kalangan Tionghoa, nah karena sering diulang-ulang sehingga jadilah dengan panggilan Pek, Apek! Menjadi Pempek. Karena semakin populer akhirnya Kelesan lebih dikenal sebagai Pempek sampai dengan sekarang. Penyebutan Pempek pun dinilai lebih mudah dilafalkan dibanding Kelesan.

Pada awalnya pempek biasanya dibuat dengan menggunakan Ikan Belida yang merupakan endemik Sungai Musi, namun lama kelamaan karena ikan tersebut semakin langka dan sulit didapatkan maka Ikan Belida diganti dengan Ikan Tenggiri atau Ikan Gabus, bahkan untuk jenis tertentu seperti Pempek Dos, ikan tidak dipakai sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun