Kereta sudah 7 menit meninggalkan stasiun Gambir. Aku melihat raut Iqbal yang dari semula tegang mulai rileks. Dia menyandarkan bahunya di kursi.
"Pihak Persija tak terima keputusan wasit yang memberi hadiah penalti. Apalagi penalti itu di injury times. Wasit diserang. Polisi juga kebagian. Penalti itulah yang membawa kemenangan bagi Patriot. Karena itu, usai pluit panjang, para jakmania mengamuk. Mereka menyerang kami."
"Lalu, yang mati itu gimana ceritanya?"
"Entahlah bang. Kan kami posisi korban. Kami diserang. Kami hanya bisa bertahan aja. Dalam situasi kejepit itulah, terdengar berita 1 orang jakmania mati. Sebagian besar kami langsung ke kantor polisi. Cari aman. Tapi di sana pun terjadi penyerangan. Saat itulah aku terpisah."
Iqbal menarik nafas dalam. Dia membayangkan kejadian semalam. Batu-batu beterbangan. Anak-anak muda dengan tongkat dan ikat pinggang, yang ujungnya ada gir motor. Beberapa kendaraan terbakar.
"Bisa saja yang mati itu mereka sengaja. Mereka mau menciptakan martir, biar posisi kami semakin terjepit."
Aku sama sekali sulit membayangkan kerusuhan yang terjadi hanya karena kalah dalam pertandingan sepak bola. Malah menimbulkan korban jiwa. Kenapa orang sulit kali menerima kekalahan?
"Semalam aku dengar manager Persija akan membawa masalah ini ke PSSI. Mereka bilang punya bukti pelanggaran sepanjang pertandingan. Mereka juga bilang ada pelanggaran terstruktur, sistematis dan masiv untuk kemenangan Patriot Chandrabhaga FC." Iqbal terdiam sejenak.
Ia meneguk air mineral botol yang dibawanya. "Mereka menuduh tim kami melakukan banyak pelanggaran, seolah-olah mereka sendiri tak ada pelanggaran."
"Dalam dunia sepak bola tidak ada yang bersih. Semua tim pasti ada pelanggarannya. Dan pelanggaran itu menjadi tugas wasit untuk menghukumnya. Jika dirasa adanya ketidak-adilan atau pelanggaran terstruktur, sistematis dan masiv, yah tinggal gunakan saluran yang ada. Tak perlu rusuh-rusuh segala,"
Laju kereta mulai melambat. Iqbal melihat arlojinya. Pukul 09.37. ia segera berdiri dan berjalan ke depan setelah pamitan denganku.