Mohon tunggu...
Farida Chandra
Farida Chandra Mohon Tunggu... -

praktisi, pemerhati hukum ketenagakerjaan budidaya ikan lele dan pisang kepok pelestari dan usaha batik tulis madura

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Cendekiawan Jadi Timses Capres

21 Juni 2014   22:41 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:53 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kemarin malam saya mencari channel TV lain dengan siaran yang lebih menarik daripada rentetan iklan di sebuah stasiun TV. Secara tidak sengaja, channel TV saya beralih ke Kompas TV. Andai sang ‘moderator’ tidak berucap dengan nada rada-rada sinis gitu, mungkin akan saya lewatkan juga.

Saya suka nonton acara yang ringan tanpa beban seperti OVJ atau ILK. Acara selesai, bisa tidur pulas.

Harap maklum, itu mengapa saya lebih kenal Cak Lontong daripada 2 orang pria yang jadi pembicara di acara Kompas TV itu. Ketika dicantumkan nama Laode Kamaluddin dan berbicara tentang Prabowo, oh! Ini pasti timses-nya capres nomer 1.

Pun ketika tercantum nama Arif Budimanta, yang itu pasti timsesnya capres nomer 2.

Mohon maaf bapak-bapak, saya baru dengar nama Anda, baru tahu wajah Anda dan baru saja coba cari tahu, search di google tentang siapa Anda. Saya memang ‘gappol’ alias ‘gagap politik’.

Ternyata Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin, MSc., MEng. ini orang hebat, lho! Gelar Sarjana Kimia dari Unpad Bandung, dan Master serta Doktor diperoleh dari Iowa State University, AS. Beliau adalah Guru Besar Fak. Perikanan Unhalu Kendari, Guru Besar Fak. Ekonomi Unisba Bandung dan Guru Besar Fak. Ekonomi Unmuh Malang. Wow!

Dr. Ir. Arif Budimanta, MSc., sama juga orang hebat walaupun secara usia dan pendidikan serta karier di politik dibanding Bapak Laode jelas jauh lebih junior. Seperti bapak dan anak. Beliau ‘hanya’ Sarjana Ilmu Tanah dari IPB Bogor. Pascasarjana dan Doktor diperoleh dari UI, lokal Indonesia.

Hal menarik yang jadi perhatian saya adalah ketika Bapak Laode menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Solo ketika Jokowi jadi walikota, malah minus.

Kemudian Bapak Arif balik bertanya, intinya : “data dari mana itu pak? Kalau data saya dari BPS, meningkat sekian…”

Bapak Laode menjawab berguman, (penulis) kurang jelas terdengar dan beliau sambil-sambil memindah geser posisi duduknya tanda tak nyaman yang intinya :” ya adalah data kami…”

Bapak Arif bertanya kembali,” jadi data apa yang dipakai pak? Saya pakai data BPS…”

Hingga acara selesai, tidak ada klarifikasi dari kedua pembicara dan sang moderator pun tidak memberi kesimpulan yang jelas atas ketidakcocokan data dimaksud hingga acara berakhir.

Logika saya sih, yang pendidikannya ga sampai doktor apalagi profesor, kalau pertumbuhan ekonomi selama Solo dipimpin Jokowi itu menurun, ngapain juga ya ada orang asing yang malah menjadikan Jokowi sebagai 50 pemimpin hebat dunia?

Apa jadinya kalau para intelektual itu bicara subjektif atau tanpa data dan fakta ketika jadi timses salah satu capres? Kasihan capresnya ‘kan, kalau berulang bilang, ‘bocyior, bochyior’ (bocor, bocor a la Cinta Laura) itu kemudian timsesnya sendiri sibuk mengklarifikasi maksud bocor 1.000T itu.

Saya berharap Anda yang bergelar kesarjanaan banyak-banyak itu, tetaplah pada integritas Anda sebagai intelektual, cendekiawan, pendidik dan pengajar yang patut diteladani. Anda tidak perlu ‘menggadaikan’ titel dan kredibilitas yang Anda peroleh dengan susah payah itu hanya untuk memuaskan capres yang belum tentu menang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun