Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke Ambon War Cemetry, Kenapa Tidak?

19 April 2017   21:23 Diperbarui: 19 April 2017   22:06 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi. Batu nisan jasad yang di kenali

Mendapat saran dari rekan jelang pertama kali ke Ambon, mampirlah ke kuburan. Maksudnya ziarah ke kuburan keluarga rekan tadi yang memang berasal dari sana? Titip kembang istilahnya. Oo tidak. Bukan itu. Ooo…mampir ke kuburan korban kerusuhan? Tidak juga. Jadi? Kuburan tentara sekutu.

Jiaaaa….ngapain juga ke kuburan. Jauh-jauh datang dari Jakarta kog mampir ke yang seram-seram sich. Maksudnya uji nyali nich ceritanya? Protes ku ke rekan tadi. Yeeeee….jangan underestimateatuh. Datang dan lihat dulu. Kalau memang seram n langsung liat penampakan khan tinggal ngacir aja. Bisa lari khan...?sahutnya. Pokoknya datang aja kesana dech. Walau Cuma sebentar….tambahnya.

Dokumen pribadi. Kesan sejuk, asri, di areal makam
Dokumen pribadi. Kesan sejuk, asri, di areal makam
Hhhhmmm....penasaran juga ya. Ngga ada salahnya nurutin anjuran rekan ku tadi.

Warga setempat sering bilangnya “makam tentara sekutu”. Populer juga dengan nama “makam Tantui”. Sebutan “keren” dalam bahasa inggrisnya “Ambon War Cemetry”. Lokasinya tidak jauh dari kota Ambon. Cuma sekitar 4 kilo aja. Secara administrasi letaknya Tantui, Kecamatan Sirimau, Kapaha, Ambon. Strategis, mudah di jangkau, di lalui angkutan umum. Namun lupa angkutan jurusan mana.

Memasuki kawasan makam kesannya tidak seperti ke kuburan. Kesan asri, sejuk, teduh menyapa kami. Pepohonan lebat, tanaman yang terlihat di rawat rapi, seakan menjadi “tuan rumah” yang mengatakan mengucapkan “Selamat Datang” kepada siapa saja. Kami bukan tempat yang seram kog. Jangan takut. Justru disini kami ingin memberikan kesan tenang dan damai.

dokumen pribadi. Batu nisan jasad yang di kenali
dokumen pribadi. Batu nisan jasad yang di kenali
Kita masuk tanah Aussie. Jadi kita harus permisi dulu, kata Adjid driver ojek yang aku sewa sekaligus sebagai guide selama 4 hari di solo traveling di Ambon. Oya… tanahnya Aussie? Makudnya ini areal milik pemerintah Australia? Katanya sich begitu.

Ooo…oke. Siapa pun empunya status tanah ini, memang patut permisi dulu. Cuma saat itu tidak ada pimpinan makam. Yang terlihat petugas kebon yang sedang bekerja merapikan tanaman. Kepadanya saya mohon permisi melihat-lihat sekaligus foto-foto. Di persilahkan asal tidak merusak tanaman dan tertib. Ya ampun memang kami berdua tampang rusuh apa...? hahaha....

dokumen pribadi. Deretan batu nisan yang tertata rapi
dokumen pribadi. Deretan batu nisan yang tertata rapi
Ngobrol sebentar dengan petugas kebun. Berusaha menjadi tamu yang baik. Perkenalkan diri sebagai turis dari Jakarta. Baru pertama kali kesini. Anjuran teman dari Ambon yang sekarang tinggal di Jakarta agar kesini. Katanya sich bagus. Ya itu pengantar obrolan awal agar tidak di curigai mau ngapain gitu.

Kepada si petugas sempat tanya apa benar lokasi ini milik Aussie? Ngga di jawab tegas benar atau tidak. Ya begitulah. Sambil ber-canda aku bilang ke si petugas, asyik nich di gaji pake dollar Aussie…hahaha…..

Memang benar rekomen rekan saya tadi. Datang ke sini sama sekali tidak seram. Malah kesannya sedang berada di taman di tengah kota. Padahal areal seluas 4 hektar di “huni” 2000 makan tentara sekutu saat melawan Jepang. Kebanyakan tentara Australia. Selain itu ada juga makam tentara Amerika, New Zaeland, Belanda, Kanada, India.

dokumen pribadi. Honour Wall. Tembok kehormatan.
dokumen pribadi. Honour Wall. Tembok kehormatan.
Dokumen pribadi. Batu nisan tertata rapi di bawah pepohonan asri
Dokumen pribadi. Batu nisan tertata rapi di bawah pepohonan asri
Nisan di susun rapi dalam beberapa baris. Pohon lebat memberikan kesan memayungi tempat istirahat para tentara. Tiap nisan terbuat dari perunggu. Masing-masing nisan terpahat lambang kesatuan, nomor, nama, asal kesatuan, umur, tanggal wafat, serta pesan dari orang-orang terkasih mereka. Entah itu orang tua, istri, anak maupun sahabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun