Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prostitusi Artis, Kupu-Kupu Malam dan Pria Hidung Belang yang Menghilang

31 Desember 2021   19:02 Diperbarui: 1 Januari 2022   11:56 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bibir senyum kata halus merayu memanjang, kepada setiap mereka yang datang...

Apa yang ada di benak Cassandra Angelie alias CA, pameran Vera dalam Sinetron Ikatan Cinta yang kini meringkuk dalam pemeriksaan Polda Metro Jaya. Uang 30 juta kontrak prostitusinya dengan seorang pria hidung belang pun melayang. 

Apakah CA bisa dibilang kupu- kupu malam seperti digambarkan Titik Puspa dalam lagunya? Eitss sabar dulu Kakak. Itu lagu diciptakan Eyang Titik buat pelacur kelas bawah. 

Artis bejibun harta dan harga pakaiannya aja bisa buat makan sebulan si WTS emperan beserta anaknya jelas tak bisa dibilang kupu- kupu malam. 

Lha banderolnya aja 30 juta. Sebelum- sebelumnya ada hingga 80 juta. Aih...nominal segitu ahort time aja bisa dikisaran 10 juta kali.Hehe.  Itu mah lebih besar dari rata-rata gaji sebulan pegawai formal di gedung berlantai. 

Bagi saya, artis yang menjual diri tak ada bedanya dengan pelacur kelas rel kereta api atau di kafe remang- remang. Yang membedakan adalah gaya hidup dan tuntutan hidup. 

Adanya dua faktor ini akan membedakan kelas dan level pria hidung belang pemakai jasa mereka. Yang satu membeli seks, yang  satu membeli seks beserta gengsi. Bisa jadi yang bikin mahal itu gengsi dan kebanggaan. 

Gaya hidup dan tuntutan hidup ibarat bisnis yang membentuk pasar prostitusi, manakala ada pertemuan penjual dan pembeli dan diantara mereka ada perempuan sebagai produk. Nilai produk menentukan kelas sosial pembeli. 

Jadi jangan salahkan si artis ketika pembelinya bisa menawar hingga puluhan juta. Jangan juga merendahkan WTS kelas pinggir jalan ato pinggir rel kereta api yang tak setinggi selebriti. 

Biaya hidup pelacur kelas rendah sudah pasti lebih rendah dari biaya salon dan perawatan si artis yang terlibat prostitusi. Wajar memang jomplang. 

Yang satu menjual diri untuk makan dan bertahan hidup. Satunya lagi bukan untuk makan tapi untuk bertahan di dunia hiburan karena tuntutan profesi. 

Tapi meminjam lirik - lirik pada lagu Kupu-Kupu Malam, mereka berdua sama saja. Coba dengarkan dan resapi. 

Ada yang benci dirinya, ada yang butuh dirinya. Ada yang berlutut menyintanya, ada pula yang kejam menyiksa dirinya...

Apakah artis yang melakukan prostitusi tidak dibenci dan "disiksa" dalam tanda petik oleh warganet ? Jangan tanya lagi soal hujatan. Jauh lebih kejam dari pelacur rendahan karena jejak digitalnya abadi. 

Meski lagu ini terinspirasi oleh curhatan WTS kelas bawah, namun pesannya menyuarakan curhatan dan ketidakadilan. Termasuk soal pria hidung belang yang mencicip tubuh pelacur. 

Dimana si pria hidung belang ketika WTS pinggir jalan dikejar- kejar satpol PP? Kemana juga si laki- laki hidung belang yang berani membayar CA senilai 30 juta tuk kencan di hotel mewah. 

Sepertinya mereka menghilang di kegelapan malam sehingga jejaknya pun ibarat bayangan yang tak diketahui publik. Ternyata sekamar berdua tak menjamin satu sel pun berdua. 

Hanya si kupu kupu malam itu sendiri dan bertaruh seluruh jiwa raga ketika disorot kamera, dipamerkan ke publik, dicibir dan dihujat.

Ini hidup wanita di kupu- kupu malam, bertaruh seluruh jiwa raga...Bibir senyum kata halus memanjang kepada setiap mereka yang datang...


Salam 

Brader Yefta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun