Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah di Balik Sebuah Tiket, dari Adegan Hot di Kursi Penonton hingga Nyaris Tertipu Sopir Taksi

7 Maret 2021   16:09 Diperbarui: 7 Maret 2021   18:18 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya betull...saya disuruh jemput, ayo naik," ajak sang sopir. 

Saya ragu. Karena biasanya bila memesan taksi ke operator tersebut di Bali, sang sopir akan menyebutkan nama orang yang mengorder tuk memastikan kebenarannya. Sopir ini tidak. Karena penasaran, saya pun melangkah ke belakang kendaraan tersebut dan melihat bemper atau kap belakang taksi yang biasanya tercantum nama operator taksinya. 

Ternyata memang bukan itu taksinya. Beda operator. Akhirnya meminta maaf sama sopirnya dan menyuruh teman-teman saya tuk turun. Ketika mereka akan hendak turun, muncul taksi sebenarnya yang tadi dipesan. 

" Memang kadang gituu, apalagi kalo ditau itu orang baru atau orang luar daerah. Biasalah Mas, cari rejeki kadang rejeki teman juga diambil meski sedikit berbohong," kata sang sopir ketika taksi ke arah Tuban di dekat Bandara Ngurah Rai. 

Hmm...kayaknya ngga hanya di pertaksian, di bidang kerja lain juga bisa terjadi hal yang sama, kataku membatin. 

4. Dugem di Kuta, lain di panggung lain di kenyataan. 

Saat pertama kenal dunia kerja sebagai tenaga kerja part time di sebuah majalah pariwisata, saya mulai tau sedikit dugem (dunia gemerlap) di kawasan wisata, terutama seputaran Kuta,Legian,Seminyak dan Sanur. 

Meski tak sampai setahun, hanya 8 bulan, namun sisi menarik yang selalu terkenang dalam memori adalah : mereka pekerja baik yang menghibur pengunjung namun bisa jadi dicap kurang baik.  

Jadi manakala selesai belanja oleh -oleh khas Bali, kami ke salah satu hiburan malam yang menyajikan live show musik,tarian, lagu dengan aroma wine, bar dan para penghibur. 

Saya minta jauhkan dulu lah pikiran -pikiran negatif bahwa para penghibur ini murahan atau bisa diapa-apain. Tak semua seperti itu kawan.Mereka melakukan pekerjaan, setelah pulang, mereka adalah orang biasa yang tak nakal, tak genit dan tak gampang dirayu. Bahkan kadang malah terlihat polos. 

Banyak pekerja adalah warga dengan kemampuan bahasa asing yang menimba ilmu di sekolah atau pendidikan pwariwsata demi bisa bekerja di industri pariwisata, termasuk pada segmen hiburan seperti di bar,cafe, live musik, pub dan lain yang tersebar di kawasan sana, adalah orang -orang baik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun