Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Utang, Uang dan "Kebutuhan" di Lingkaran Kehidupan

7 Agustus 2020   14:48 Diperbarui: 8 Agustus 2020   10:23 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilutrasi hutang tak selalu lancar_sumber:alienbiob.com

Just Sharing...

Salah satu sisi menarik dari ngeblog adalah sang penulis dapat menuliskan apa saja di seputaran kehidupannya. Uniknya,  jalan hidup dan proses tumbuh kembang serta pengalaman tentu berbeda pada masing -masing orang. Ini yang membuat mengapa membaca sebuah blog ibarat gado -gado atau rujak, yang bisa saja salah satu bumbu dan bahannya, bisa sama pada hidup pembaca atau pengeblog lain.

Dan salah satu keunikan dari kehidupan yang kita jalani (secara universal) adalah soal uang dan lika -likunya. Ada ungkapan populer, ada uang abang di sayang, tak ada uang abang ditendang. Dalam proses menuju kedewasaan, dulu saya berpikir perihal quote ini. Makna dan pelaku dalam kalimat majemuk setara ini. 

Ternyata artinya tak hanya bagi pasangan kekasih. Bila suami ada uang, maka istrinya akan makin cinta. Sebaliknya, sang istri bisa marah -marah dan tak tulus melayani suami andai sang belahan iiwa tak memiliki penghasilan lagi.

Dalam konteks yang luas di universitas kehidupan, tak memiliki uang, bisa saja kehidupan itu tak berpihak pada orang tersebut.  Maksudnya, masih tetap hidup, namun tak bisa hidup 'normal' alias ditendang. 

Siapa yang 'menendang'? Selain orang -orang terdekat, bisa saja lingkungan pergaulan dan lingkungan keluarga. Lingkungan sosial di sekeliling kehidupan seseorang, dapat saja menerima atau menolak atas dasar seberapa banyak uang yang dimiliki. 

Uang dapat berupa : harta benda, rumah, tabungan dan depositio, jumlah kendaraan sebagai aset, hingga perhiasan dan akseseoris yang dikenakan. 

Maka tak salah juga bila ada skala dan kelas -kelas sosial di masyarakat. Mulai dari mau berteman dengan siapa, mau sekolah dimana, hingga hingga mau tinggal di perumahan (lingkungan) mana. Yang membedakan keseragaman kisaran uang. Mampunya segini, rumahnya sudah pasti tipenya segitu. Penghasilan orang tua sekian, sudah pasti anaknya mayoritas hanya bisa meneruskan pendidikan di sekolah A atau sekolah B. 

Kita mengenal ornamen sebagai ragam hias untuk dekorasi dan arsitektur. Ada ornamen dari bahan kayu, ada juga dari bahan logam. Ternyata dalam kelas sosial, juga ada 'ornamen" alias orang menengah. Ornamen kayu adalah menengah ke bawah. Ornamen emas, perak dan intan adalah orang menengah ke atas. Mirisnya pengkatagorian ornamen selalu konotasinya ke uang dan penghasilan. 

Mengapa orang berutang? 

Ada banyak jawaban bila dilakukan survei atau poling dengan bertanya seperti itu. Makna utang juga tak selalu asosiasinya ke uang. Lantaran itu di masyarakat ada istilah utang budi, utang nyawa dan beberapa frasa lain menyematkan kata utang. Namun yang lebih populer dan tak tertandingi dari masa ke masa, dari generasi ke generasi di hidup manusia adalah berutang uang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun