Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

3 Tipe Respon Orang Melihat Kecelakaan di Jalan Raya dan Penanganan Lintas Sektoral

19 Juni 2020   02:05 Diperbarui: 19 Juni 2020   09:41 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sebuah insiden kecelakaan| Sumber:GridOto.com

"Salah satu cara belajar adalah mengamati perilaku...".

Quote di atas itu adalah pemikiran sendiri. Maksudnya asumsi pribadi berdasarkan pengamatan selama durasi tertentu dan frekuensi terjadinya. Sebagai contoh misalnya di tempat bekerja atau di lingkungan organisasi. 

Kadang kita, ya saya atau Anda, misalkan suatu saat dipercayakan menjadi ketua atau pimpinan dan membawahi satu tim yang terdiri dari beberapa orang. 

Cara kita menilai orang per orang yang kita koordinir, kadang tergantung cara masing-masing dari mereka itu berperilaku selama waktu tertentu dengan kejadian yang sama atau berulang. 

Si A modelnya begini, Si B tipenya begitu. Lain lagi Si C. Yang menarik adalah ada tipe orang-orang tertentu yang punya kemiripan tipe.

Ada juga yang paling beda dengan yang lain alias hanya dia seorang yang paling antik di antara semuanya. Warna-warni seperti itu adalah wajar lantaran sudah dari sononya setiap individu adalah unik. 

Yang perlu digarisbawahi adalah model-model orang itu tak hanya sudah memang lahir seperti itu, namun bisa jadi terbentuk karena pengaruh lingkungan dan apa yang dilihat selama tumbuh dan berkembang.

Lingkungan boleh jadi lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, dan lingkungan masyarakat. Nah, dalam hal melihat suatu kecelakaan terjadi di jalan raya, bagaimana warga 62 merespon? 

Pernahkah Anda berhenti sebentar manakala terjadi peristiwa tabrakan di jalan raya. Turun dari kendaraan dan mendekat. Melihat korban dan mengamati perilaku spontan dari orang-orang yang berkerumun. 

Respon spontan adalah respon yang apa adanya, respon asli yang menunjukkan tindakan masing-masing orang terhadap sesuatu, tanpa dibuat-buat. Ibarat foto candid, tampilan asli tanpa make up dan tak diketahui orang lain.

Jangan cuma sekali. Ada baiknya di lain waktu, bila ada kejadian kecelakaan lagi, dan kebetulan sedang melintas berkendara di jalur yang sama, turunlah dan amati. Bila terburu-buru atau mungkin kendaraan yang dinaiki adalah transportasi umum, cukup melihat saja dari jendela. 

Frekuensi mengamati seperti ini lambat laun akan memunculkan dua respon di dalam diri yang secara otomatis muncul. 

Pertama, akan berkata: waduh kenapa itu, kasian ya. Respond kedua, ya biasa saja. Datar, terus berujar: oh kecelakaan ya. Kemudian kendaraan yang Anda setir atau tumpangi akan berlalu dari pemandangan itu. 

Tak ada yang salah pada respon pertama dan kedua di atas. Karena posisi melihat sedang berada di dalam atau di atas kendaraan yang sedang melintas. Namun lain halnya,bila turun dan melihat secara dekat. Minimal ada tiga tipe orang, yang bakalan ditemui saat berdiri langsung di dekat korban. 

Dari beberapa kali pengamatan saya mencatat ada 3 perilaku warga +62, manakala menemui kejadian kecelakaan di jalan raya 

1. Tipe warga yang antusias langsung menolong 

Umumnya ini adalah mereka yang pertama kali melihat kejadian tabrakan atau berada berdekatan langsung dengan lokasi kejadian. Setelah melihat dan mendekat, apakah mereka langsung melakukan tindakan keselamatan terhadap korban? Belum tentu. 

Ada yang mendekat, lihat-lihat korbannya siapa, laki perempuan, lukanya di mana, kesenggolnya di mana, setelah itu, mundur dan membiarkan orang lain bertindak. Justru kendaraan korban atau kendaraan pelaku dipindahkan lebih dahulu agar tak menghalangi lalu lintas. 

Tipe penolong sejati, biasanya akan langsung mengangkat tubuh korban dan memindahkan ke lokasi yang aman. Kemudian melakukan pertolongan segera membawanya ke rumah sakit (RS) terdekat (bila kondisi parah.

Tanpa memikirkan apakah memakai kendaraan dia ataukah mencegat kendaraan lain sebagai ambulans pengganti. Tak ada roda 4, roda 2 atau roda 6 pun jadi. 

2. Tipe wait and see alias tipe yang mau bantu, tapi lihat-lihat dulu. 

Nalurinya suka menolong, peduli pada korban kecelakaan, namun ada pertimbangan tertentu. Bisa jadi mereka adalah orang yang berada di lokasi kejadian, ataukah yang melintas lalu berhenti, turun dan mendekat. 

Mereka ragu bila menolong, bisa jadi akan dilibatkan. Misal bila diantar ke puskesmas atau RS, pihak medis akan menanyakan ini dan itu, bahkan akan berurusan dengan pihak keluarga korban. Belum lagi bila ada biaya berkenaan tindakan medis darurat. 

Selain keraguan di atas, agak sedikit berkeberatan andai kendaraan mereka digunakan sebagai angkutan pengantar. Yang mereka lakukan adalah menelepon pihak RS terdekat atau pihak kepolisian yang berjarak dekat dengan lokasi kejadian. Menyampaikan perihal kecelakaan dan berharap bala bantuan segera datang. 

3. Tipe yang tahu sedang terjadi kecelakaan, namun mengabaikan.

Pernah mengamati yang model ini? Mendekat, melihat sebentar lalu kembali naik kendaraan dan pergi. Hanya tanya-tanya. Ibarat pewarta di lapangan. Ini kenapa? Kapan kejadiannya? Kok bisa tabrakan, dan beberapa pertanyaan lainnya. Setelah itu tinggalkan lokasi. Tapi sebelumnya foto-foto dulu. 

Hasil jepretan update di status WA atau dikirim ke grup WA komunitas. Dengan embel-embel: kecelakaan di bla bla, dan seterusnya. Sebagian tipe ini ada yang tak turun dari kendaraan, meski melintas. 

Apakah salah tipe ketiga ini? Bisa ya bisa tidak. Tergantung sisi mana melihatnya. Bila memang hendak buru-buru menuju tempat pekerjaan, atau punya pengalaman buruk di masa lalu kala menolong korban laka lantas, wajar bila berperilaku demikian. 

Bisa aja ada rasa malu menolong lantaran sudah banyak yang membantu atau merasa tak enak dilihat orang. 

Pengalaman sebagai tipe nomor 1 yang tak pernah terlupakan 

Dari tiga tipe di atas, risiko paling besar adalah tipe nomor 1. Mengapa? Karena mengambil risiko menolong korban dalam kondisi tak tahu. 

Maksudnya tak tahu adalah dia mungkin tak mengenal dekat siapa itu korban, tak sekeluarga, tak berteman bahkan mungkin tak sesuku atau sedaerah dengan korban itu (terutama bila hidup di kota besar yang warga kotanya beragam), dan mungkin tak tahu ini karena sebab apa kok bisa kecelakaan. 

Belum lagi bila gimana-gimana nanti bila telah sampai di UGD (Unit Gawat Darurat)

Saya pernah melewati pengalaman itu, di tahun 1999 silam. Saat itu masih mahasiswa dan menolong seorang korban kecelakaan tunggal. 

Umumnya penyebab kecelakaan di jalan raya itu ada 3 jenis, yaitu ditabrak atau menabrak kendaraan, ditabrak atau menabrak hewan yang melintas, dan faktor kecelakaan tunggal alias tidak menabrak apapun korban jatuh (karena kondisi jalan licin, rusak, atau kondisi kendaraan). 

Seorang pria muda, masih mahasiswa, terjatuh di jalan. Lokasinya di jalan raya depan rektorat Unud, di areal Bukit Jimbaran Bali. Motornya terpelanting, Honda GL Pro yang sangat populer di tahun segitu untuk kendaraan anak cowok.

Dan saya sedang OTW pulang jalan kaki menuju kost-kostan, usai kuliah terakhir jam 3 sore. Fakultas saya (teknik sipil) memang berada 200 meter di samping rektorat. 

Anak muda itu tak sadarkan diri, melintang di jalan, kejang-kejang, keluar liur dari mulutnya dan dari telinganya keluar darah. Saya berusaha mendekat untuk melihat lebih jelas. 

Berusaha membangunkan namun kondisinya sudah seperti orang kerauhan. Tas dan bukunya berserakan di aspal. Motornya sudah meluncur di sisi jalan. 

Tak banyak kendaraan melintas lantaran di akhir 90 an, kondisi sekitaran kampus tak seramai sekarang yang dipenuhi banyak hotel dan vila. Tahun segitu, aktivitas pegawai di rektorat juga hanya sampai jam 2-an dan setelah itu sepi karena semua pegawai tinggal di Denpasar. Hanya satpam yang berjaga. 

Saya mengangkat tubuhnya dan memindahkan ke tepi jalan. Kemeja saya basah oleh darah dari luka di wajahnya. Puji syukur, sebuah taksi lewat. Kosong pula, Saya menyetopnya. Agak ragu-ragu sang sopir melirik ke arah saya. Dalam hatinya, mungkin dia berpikir, ini mahasiswa mau naik taksi kah? Bawa korban kecelakaan pula. 

"Tolong Pak, teman saya," kata saya. Berharap sang sopir mau

"Tapi...." katanya sedikit tertahan. Wajar karena taksi bukan milik dia. Bagaimana bila kotor oleh darah dan muntahan. 

"Saya bayar Bli," kata saya untuk meyakinkan dia. 

Sang sopir bersedia. Motornya saya pindahkan ke pinggir jalan. Lalu bersama sang sopir membopoh korban yang masih terus mengejang. Meronta-ronta, makin makin lama makin melemah. 

Saya duduk di belakang, dan kepala korban saya taruh di atas paha saya agar darah dari telinga dan liur dari mulutnya tidak menetes ke kursi. Celana jins saya basah oleh ceceran.

Klinik paling dekat adalah Klinik Jimbaran. Kita ke sana namun dokter klinik yang menerima kami malah memberi pengantar untuk segera bawa ke RS Sanglah. Katanya korban mengalami CKB alias Cedera Kepala Berat. (waktu itu saya tak tahu arti kata CKB). 

Jalan By Pass Ngurah Rai kala itu tak semacet sekarang dan belum dibangun tol. Tak lebih dari 20 menit sudah sampai di UGD (Unit Gawat Darurat). Sanglah

Saya hanya ditanyakan kronologis kejadian. Bersyukur saat di dalam taksi, saya mencoba mengeluarkan dompet si korban sehingga itu memudahkan administrasi pendaftaran. 

Nama korban dari KTP nya, beserta alamat dan statusnya sebagai mahasiswa Politeknik Unud tertera pada Kartu Mahasiswanya. Korban kemudian dibawah ke ruang bedah. Kalo tak salah ingat, kala itu ruangannya berdekatan dengan ruang UGD. 

Ada sekitar satu jam menunggu. Kemudian datang keluarga korban (kakak perempuannya). Saya menyerahkan dompet beserta kunci motor korban. Dia juga yang membayar ongkos transportasi kepada sang sopir. 

"Kata dokter adik tiyang (saya) akan dioperasi. Terima kasih banyak, Tuhan yang akan membalas kebaikan adik,"katanya kepada saya, saat saya izin pamit pulang.

Meski peristiwa itu sudah berlangsung hampir 20 tahun lalu, namun bila mana melihat ada insiden kecelakaan, atau mendengar kisah orang mengantar korban kecelakaan ke UGD, selalu (gambaran) memori itu muncul. Termasuk manakala berkendara di lokasi kejadian.

Pentingnya manajemen kecelakaan di jalan raya lintas sektoral

Apa kaitannya antara tipe perilaku warga terhadap laka lantas dan contoh sharing pengalaman saya? Mungkin bagi saya adalah pentingnya manajemen kecelakaan di jalan raya lintas sektoral. 

Kita mungkin pernah mendengar ada ungkapan di masyarakat terhadap jalan raya seperti tikungan maut, persimpangan tengkorak, jalur maut, dan istilah populer lain. 

Mengapa masyarakat melabeli demikian? Jawaban sederhana karena banyak tragedi kecelakan di situ. 

Pertanyaan lanjutannya adalah siapa yang semestinya bertanggung jawab dalam hal mengurangi frekuensi kejadian berulang? Dan manakala terjadi, apa tindakan preventif demi menyelamatkan (nyawa) korban? 

Untuk menjawabnya adalah mungkin dengan meninjau faktor pencetus kecelakaan. 

Bila penyebab laka lantas adalah kecelakaan tunggal alias tanpa tabrakan antar kendaraan, mungkin edukasi ke warga oleh teman-teman di kepolisian daerah meliputi pentingnya memakai helm standar (helm tabung), penggunaan lampu lalu lintas (belok kanan belok kiri), tidak konsumsi alkohol (minuman keras) saat berkendara dan kepatuhan terhadap rambu. 

Milennial Road Safety (saya singkat MRS), adalah contoh baik dari program yang sudah dilakukan Polri di seluruh Indonesia pada tahun lalu. Termasuk disini adalah anjuran perawatan berkala terhadap kendaran agar layak (dan aman) saat digunakan di jalan raya. 

MRS di Kabupaten Sumbawa 2019| Dokumentasi pribadi
MRS di Kabupaten Sumbawa 2019| Dokumentasi pribadi
Andai pencetus insiden adalah kondisi di jalan (meliputi kondisi permukaan jalan, jembatan, persimpangan tanpa lampu namun konflik tinggi, tabrakan sering terjadi saat warga menyeberang jalan namun tak ada fasilitas penyeberangan), ini mungkin menjadi tugas dari dinas perhubungan, dinas lalu lintas angkutan jalan dan dinas pekerjaan umum. 

Saya tak tahu apakah hewan liar atau hewan milik warga yang kerap melintas di jalan dan kadang menjadi penyebab kecelakaan, itu ada hukum dan sanksinya apa tidak. 

Karena risiko dan penyebab laka lantas karena pencetus ini selalu ada dan menimpa korban, bahkan berujung korban nyawa. Tak mungkinlah bila sang hewan digiring ke pengadilan dan dijadikan pelaku.

Terakhir, berkaitan dengan tindakan preventif manakala terjadi insiden. Sekarang sudah zaman teknologi digital, saya kepikiran setiap warga menerima SMS notifikasi perihal rumah sakit (klinik) terdekat dari lokasi kejadian bilamana menemukan kecelakaan. Selain itu, prosedur dan tata cara penanganan awal sebagai edukasi bagi warga. 

Bila memang dikhawatirkan penatalaksanaan seperti itu andai diinformasikan secara umum berisiko di lapangan, mengapa tak adakan pelatihan sederhana semacam training penanganan korban laka lantas di tiap desa atau kelurahan sebagai edukasi ke warga. 

Kita punya program P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), tapi sepertinya hanya diajarkan pada kelas ekstrakurikuler siswa dan mahasiswa di UKM KSR PMR (Palang Merah Remaja). 

Banyak warga, baik tipe 1, tipe 2 maupun tipe 3 di atas, tak mengetahui dasar-dasar sederhana bagaimana menolong di awal sebelum membawa ke RS. Ini juga mungkin menjadi penyebab mengapa bila ada kecelakaan, warga berpikir lebih baik bawa aja ke klinik terdekat. Daripada salah-salah nanti. 

Ada benarnya juga sih. Namun andai kejadiannya di luar kota atau di daerah terpencil, mungkin korban harus bertahan hingga tiba di UGD.

Kerja sama lintas sektoral dibutuhkan, disamping kesadaran dari warga untuk keselamatan di jalan raya. Semoga. 

Salam, 

Sumbawa NTB, 19 Juni 2020

00.50 Wita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun