Mohon tunggu...
Adnan Iskandar
Adnan Iskandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

menulis adalah mengukir peradaban

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat, Burung perkutut

22 Februari 2019   09:15 Diperbarui: 22 Februari 2019   09:42 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Teori membosankan berjejer dipapan tulis depan kelas, ini hal biasa sebagai mahasiswa yang bisa digolong kan rajin walau hanya dari sisi tempat duduk saya duduk baris kedua paling depan pojok kiri kelas, didekat ku jendela kaca dengan teralis alumuium yang berdebu, jarang dibuka karena memang itu ruangan berAC. 

Tanpa sengaja kulihat sekor burung perkutut dengan tatapan kosong sendirian barada di atas genteng, mengapa burung itu bertengger disitu sendiri dengan tatapan kosong, apakah tadi habis melihat mantannya membuat sarang dengan kekasihnya yang baru?, atau dia baru saja diputuskan dari pacarnya karena kicaunya tidak semerdu burung murai batu, ngacau memang burung bisa sebaper itu. 

Apakah burung juga bisa merasakan hal seperti itu?, bagaimana cara memngungkapkan rasa bahagianya rasa sedihnya atau membagi ceritanya kesesama burung, belum ada kajian tentang ini belum ada ilmu bagaimana kita menanyakan bagaimana kabar burung, sudah makan atau belum dan sebagainya. 

Cocok deh buat judul skripsi, mungkin akan aku kasih judul "Berbicara dengan Burung Perkutu yang Kita Tidak Tahu Kenapa Bertengger Diatas Genteng".

 Sangat abstrub rasanya kita berfikir begitu karena pasti kita beranggapan itu sia sia karena tidak memberi impact kepada manusia, coba lihat seberapa egois kita ini, oleh karena itu penulisan skripsi dengan judul tersebut saya rasa menjadi hal yang legal. 

Tunggu dulu saya kan jurusan teknik, hemm... sekarang hal yang tadinya sangat logis tadi menjadi suatu kesalahan yang fatal karena berada diruang yang salah. Sepertinya saya harus berfikir lebih keras lagi mengenai judul skripsi yang ingin saya buat, yang berhubungan dengan teknik sipil pastinya.

 "Selamat pagi", dosen pun memberi salam perpisahan dan saya pun kembali sadar dalam dunia yang sebenarnya, tadi saya berfikir apa ya mungkin hal yang abstrub dan sulit dipahami. Kutengok lagi jendela kaca itu kutatap burung itu dengan teliti, tiba tiba burung itu terbang mengudara, langsung terlintas dibenak saya alangkah bahagianya berada dalam dunia keburungan tidak ada politisi yang menjatuhkan lawannya dengan cara memakan daging bangkainya saudaranya sendiri. 

Tidak ada para pendusta yang menjanjikan kebenaran yang sebenarnya kebangkrutan, tidak ada netizen yang jahat dengan mencari cari kesalahan orang lain dan mencacinya dengan keji, pemboikotan, kemungkaran dan kesengsaraan batin yang luar biasa.

Hanya memikirkan sawah yang sudah layak dimakan, hanya cari satu wanita  yang mau diajak mencari ranting ranting kecil yang dirajut menjadi istana yang megah untuk anak anaknya. Jika ada masalah yang agak berat mereka hanya perlu terbang keatap bangunan sama seperti yang kulihat tadi, melihat sekeliling menikmati sepoi angin yang lembut, jika bosan terbang lebih tinggi mencari puncak istana atau gunung supaya dunia terlihat begitu kecil dan tidak layak dibanggakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun