Mohon tunggu...
Atrasina Adlina
Atrasina Adlina Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang diver dan journalist,, bercita-cita menjadi seorang scientist. saat ini berorientasi untuk menulis karya ilmiah, jalan-jalan, dan bersenang-senang. rencananya mau menjadi seorang menteri kelautan. :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Sembalun, Pintu Masuk Rinjani

18 Januari 2014   20:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi ini mendapatkan kesempatan untuk naik Cidomo (delman) menuju Kantor Fishing and Living. Sesampainya di kantor, saya diajak untuk pergi menikmati daerah wisata di Lombok Timur, karena hari ini tidak ada kerjaan. Masyarakat Lombok dan juga dunia sedang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Yang unik, di Lombok ketika Maulid Nabi menyiapkan ketan kuning dan ayam yang telah disuwir-suwir di tengahnya.

Kembali ke permasalahan awal, kita (saya, Bang Wildan, Bang Irwan dan Bang Firman), mulai merencanakan perjalanan ke tempat wisata di Lombok Timur. Awalnya kami menuju pelabuhan rakyat untuk mengambil kapal menuju Gili Kondo. Namun  melihat awan dan ombak yang terlihat akan semakin membesar, kami pun mengubah rencana.

Sembalun, sebuah desa di kaki Gunung Rinjani menjadi destinasi kami. Rencananya kami akan menikmati udara dingin dan melihat Gunung Rinjani dari kejauhan. Belum tepat rasanya jika kami memaksa mendaki hari ini. Padahal saya ingin sekali menikmati Rinjani dari dekat.

Sebelum menuju Sembalun, kami singgah di Obel-obel untuk makan udang pedas dan mie goreng. Sesudahnya, kami pun siap melanjutkan perjalanan ke pintu masuk Rinjani. Perjalanan yang ditempuh dari Obel-obel ke Sembalun sekitar 2 jam. Namun pemandangan gambaran alam berwarna hijau dan sangat segar membuat saya lupa akan jarak yang ditempuh.

Di kanan kiri saya banyak bertebaran kebun sayur mayur. Misalnya saja bawang, tomat, jagung, padi, kembang kol, wortel, strawberry dan beberapa jenis sayuran lainnya. Masyarakat mencari nafkah dari hasil panen mereka yang dijual di pasar-pasar setempat. Alam menyediakan bahan makanan bagi masyarakat Lotim. Saya ingin beli sayur, tapi sayang saya tak bisa memasaknya. Karena itulah memasak menjadi salah satu resolusi saya di tahun 2014 ini. :D

Kami pun di tiba di Sembalun, pintu masuk Gunung Rinjani. Kami menyempatkan diri singgah di Kantor Kehutanan Sembalun. Sekedar berfoto dan numpang buang air kecil. Saya memerhatikan peta yang ditunjukkan di papan pengumuman. Menurutnya untuk mencapai puncak, butuh waktu sekitar 4 jam lebih. Ada beberapa mata air dan mata air panas disana. Ah, ingin sekali coba menginjakkan kaki di puncak Rinjani. Suatu saat nanti, Insha Allah.

Setelah puas, kami pun melanjutkan perjalanan. Tujuan kali ini adalah tempat minum kopi di Lupuk. Kami sempat membeli strawberry setengah matang dari ibu di pinggir jalan. Harganya cukup bersahabat, 5000 per bungkus kecil. Di Lupuk, kami bisa melihat Desa Sembalun yang berada di lembah. Sekedar catatan, daerah ini sangat dingin. Jadi lebih baik mempersiapkan jaket untuk menahan dingin. Saya menjuluki daerah ini, daerah kabut. Karena ketika cuaca sedang dingin, kabut menutupi daerah ini. So cold!

Kopi pun tandas, dua jagung rebus pun habis. Kami melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini tujuannya sudah jelas. Kantor Fishing Living di Labuhan Lombok. Di perjalanan pulang, saya melihat monyet-monyet liar di pinggir jalan. Ingatan saya pun terlempar pada Jamrud, monyet peliharaan keluarga di Bojonggede. Monyet yang harusnya disuntik mati karena sudah tua, namun Bunda malah mengangkat ia menjadi bagian keluarga besar hewan di rumah. Tapi takdir berkata lain, Jamrud harus mati karena keracunan. Sedihnya. Semoga kamu bahagia disana, Jamrud.

Saya menyadari Lombok Timur memiliki pesona tersendiri. Pantai pasir putih, pantai berbatu cadas, air panas, pemandian alam. Namun yang pasti belum lengkap jika tidak bertandang di Gunung Rinjani. Menikmati sunrisenya serta menikmati capeknya. Semoga, someday...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun