Mohon tunggu...
Adlan Daie
Adlan Daie Mohon Tunggu... Analis Politik Sosial Keagamaan

Analis Politik Sosial Keagamaan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hari Santri dan Ironi Framing Jahat Media Terhadap Pesantren NU

14 Oktober 2025   17:07 Diperbarui: 14 Oktober 2025   17:07 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Adlan Daie

Analis politik dan sosial keagamaan

Hari Santri Nasional (HSN) yang sebentar lagi kita peringati bersama tanggal 22 Oktober 2025 jelas "la raiba fih", tak diragukan sedikit pun sanad historisnya adalah konsistensi amal jariyah kebangsaan pesantren NU terhadap eksistensi "negara kebangsaan" Indonesia. 

Ironisnya, satu dasawarsa, sejak HSN ditetapkan dalam legitimasi lembaran negara, yakni Keputusan Presiden (Keppres) no. 22 tahun 2015 justru belakangan bertubi tubi framing jahat dituduhkan sejumlah media terhadap pesantren NU. Insinuatif dan merusak martabat dan tradisi pesantren. 

Ini harus dibela bukan sekedar pesantren NU adalah lembaga pendidikan, lebih dari itu, mengutip Gus Dur, pesantren adalah "subkultur" bangsa Indonesia dan penjaga kearifan lokal, bahkan simpul penyangga titik temu keislaman dan kebangsaan. 

Trans 7, salah satu TV Nasional begitu ceroboh menayangkan seorang kiai sepuh NU secara "konfliktual", satu sisi sang kiai difariming kaya raya dengan tunggangan mobil mewah di sisi lain dinarasikan para santri dan jamaah (wali santri) "membungkuk bungkuk" secara feodal memberikan amplop pada sang kiai. Sadis !!

Beberapa hari sebelumnya musibah rubuhnya mushalla di pesantren Buduran Sidoarjo, Jawa Timur, salah satu pesantren tertua NU yang menelan korban jiwa beberapa santri, bukan empati yang diterima mereka justru framing jahat di media terhadap pesantren tersebut - dibully habis. 

Bahkan, seorang Guru Gempul, kritikus sosial di salah satu vidio di kanal YouTube terang terangan menarasikan stigma negatif tentang pesantren NU. "Kalau ada pencabulan di pesantren, kalau ada santri yang menyembah nyembah kiai, hampir pasti itu pesantren itu", ujarnya. 

Begitu bobrok kah pesantren NU yang oleh Gus Dur disebut "subkultur" bangsa Indonesia, sehingga harus diframing begitu rupa. Santri mengabdi ikut "ngecor" bangunan "ngalap berkah", diframing eksploitasi santri dan perbudakan.

Pesantren NU diserang dari kasus oknum cabul, bulliying dan puncaknya momentum viral gedung ambruk di pesantren Buduran lalu digeneralisasi untuk menyerukan "jangan mondok". Posisi ulama hendak "dipreteli" moralitasnya, hendak dijauhkan dari hati umat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun