Mohon tunggu...
Aisah Apridayani
Aisah Apridayani Mohon Tunggu... -

Seorang wanita yang menyukai kesederhanaan, kemandirian, dan slalu berusaha menghargai sgla sesuatu meskipun terhadap hal2 yg sepele...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jodoh untuk Sahabatku

25 November 2011   13:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:12 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku hanya seorang wanita yang kesepian”, Fatimah tiba – tiba mengeluarkan kata-kata itu dengan matanya yang berkaca-kaca.

Ntah apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya hingga terlontar kata-kata itu.

“Apa maksudmu wahai sobatku sayang?”, aku menanggapinya.

“Lihatlah aku, hingga saat ini aku belum menemukan jodohku. Bahkan tak ada yang mencoba mendekatiku”, dia pun menjawab dengan nada yang semakin melankolis.

“Hei, kau lihatlah diriku, aku pun masih sendiri sama seperti dirimu”, aku mencoba menyadarkannya

“Kau memang belum menikah, tapi sudah ada calon yang tinggal menunggu waktu akan segera meminangmu”, katanya sambil menatapku

Aku terdiam sejenak.

“Kenapa kau jadi berpikir seperti ini, kau lupa ya kalau ada Tuhan yang mengatur semua yang terjadi dalam hidup kita ini”, ku coba mengingatkannya.

“Aku tahu soal itu, tapi mengapa Tuhan membiarkan aku merasakan hal seperti ini”

“Coba kau lihat dirimu, kau dianugerahi banyak kelebihan sobat, kau berpendidikan tinggi dan telah memiliki pekerjaan tetap yang mulia sebagai seorang perawat. Selain itu kau juga mempunyai keluarga dan teman-teman yang menyayangimu. Tidak sadarkah kau akan hal itu?”

“Ya, kau bisa berkata seperti itu karena kau tak merasakannya. Aku bukannya tak bersyukur. Tapi tahukah kau bagaimana perasaanku ketika teman-temanku bercerita tentang rencana pernikahannya atau ketika saudara-saudaraku bertanya kapan aku segera menyusul mereka hingga akhirnya aku sampai bingung harus berkomentar apa”.

Ku lihat air mata Fatimah pun jatuh membasahi pipinya. Belum sempat ku menanggapinya, dia berlari keluar sambil mengusap air matanya. Aku berusaha mengejarnya, tapi dengan cepat dia menyetop sebuah taksi tanpa menoleh lagi padaku.

Dengan muka lesu, ku berjalan perlahan kembali ke kamar kos ku. Lamunanku dibayang-bayangi oleh wajah sobatku itu. Ku lihat foto-foto kami yang terpajang di dinding kamarku. Sungguh dia seorang wanita yang ayu dan baik hati. Memang dia agak sensitif, mudah terbawa perasaan, tapi aku sangat bersyukur punya sobat seperti dia karena kepribadiannya yang luar biasa. Terkadang aku juga bingung kenapa sampai saat ini Tuhan belum mempertemukannya dengan seseorang yang bisa menjadi calon pendamping hidupnya. Tapi aku selalu yakin Tuhan pasti akan mengirimkan seseorang yang terbaik untuknya. Mungkin Tuhan sedang menguji sobatku itu. Semoga Tuhan segera menjawab doanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun