Mohon tunggu...
Adkhilni Jannata
Adkhilni Jannata Mohon Tunggu... mahasiswa

generasi muda Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tren Beras Porang vs Tradisi Beras Merah: Mana yang lebih diet friendly?

26 September 2025   23:24 Diperbarui: 26 September 2025   23:26 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pangan Lokal dan SDGs

Selain soal gizi dan efektivitas diet, isu ini juga terkait dengan ketahanan pangan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar dalam diversifikasi pangan lokal. Beras merah merupakan bagian dari warisan pertanian yang kaya nutrisi, sementara porang sebagai tanaman asli Nusantara kini semakin dikembangkan sebagai komoditas ekspor.

Mengoptimalkan keduanya bukan hanya mendukung pola makan sehat, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional serta berkontribusi pada:

  • SDG 2 (Zero Hunger): memastikan ketersediaan pangan yang beragam.

  • SDG 3 (Good Health and Well-being): mendukung pola makan sehat untuk mencegah penyakit.

  • SDG 12 (Responsible Consumption and Production): mendorong konsumsi yang lebih berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

Jadi, mana yang lebih efektif untuk diet? Jawabannya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuannya menurunkan berat badan dengan cepat, porang dapat dijadikan solusi sementara. Tetapi jika diet dimaksudkan untuk investasi di masa depan agar tubuh lebih sehat, berat badan stabil, dan kebutuhan gizi terpenuhi, tentu beras merah lebih unggul. Keduanya juga bisa dipadukan: porang untuk fase diet awal, lalu beras merah untuk menjaga kesehatan berkelanjutan. 

Pada akhirnya, diet bukan soal mengikuti tren sesaat, melainkan memilih pola makan yang realistis, bernutrisi, dan bisa dijalani seumur hidup. Menariknya, diskusi tentang beras merah dan porang tidak hanya menyentuh kesehatan individu, tetapi juga menyangkut ketahanan pangan. Beras merah mendukung diversifikasi pangan lokal, sementara porang menjanjikan sebagai komoditas ekspor sekaligus alternatif sumber karbohidrat. Keduanya berkontribusi pada sistem pangan yang lebih beragam dan berkelanjutan, sejalan dengan SDG 2 dan SDG 12. Yang terpenting, jangan sampai demi menurunkan berat badan kita justru mengorbankan kesehatan dan keberlanjutan pangan di masa depan. 

Referensi:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2020. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Nurcahya, S. B., Mantri, Y. M., & Hatimatunnisani, H. (2022). Analisis potensi porang sebagai pengganti beras untuk ketahanan pangan di Kabupaten Pangandaran. Jurnal Pendidikan, Humaniora, Linguistik Dan Sosial (JAGADDHITA), 1(1), 22-35.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun