Mohon tunggu...
Adji Pranoto
Adji Pranoto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Executive Staff of PT. THAMADITA Shipping

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penyihir dalam Rumah Kita

12 September 2012   07:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:35 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik



PENYIHIR DALAM RUMAH KITA

Di zaman Modern dengan tingkat kesibukan yang tinggi, Televisi adalah sarana hiburan ‘termurah’ yang bisa kita miliki. Tinggal sekali ‘klik’ semua acara dari berbagai Channel bisa kita nikmati tanpa harus membayar biaya tayang ataupun pajaknya. Mudah sekali… Tapi kita wajib tahu bahwa Stasiun Televisi diharuskan untuk saling bersaing mengejar ‘Rating’ (Banyaknya pemirsa) untuk menarik para Pengusaha-pengusaha produk untuk memasang iklan demi membiayai ongkos operasional mereka. Alhasil, beberapa dari mereka mulai menghalalkan segala cara untuk bisa menarik perhatian pemirsa.

Berbagai acara yang bertentangan dengan Norma masyarakat timur, Agama, dan Pancasila menjadi santapan bangsa kita sehari-hari, seperti: Sinetron kekerasan, penculikan dan penyiksaan di kalangan anak, Sinetron tahayul berkedok agama, kehidupan berfoya-foya (glamour), dan acara2 menonjolkan aurat yang menjurus pada faham seks bebas, maraknya manusia ½ perempuan, dll. Intinya, Semua yang pada masa Orde Baru dikekang, sekarang disodorkan kepada bangsa ini demi mengejar yang namanya ‘Rating’.

Ide-ide liar dalam pembuatan Sinetron pun bermunculan walau terkesan dipaksakan… Ketika suatu saat saya melihat adegan Sinetron anak SD yang saling berciuman dalam seragam sekolah, saya merasa bahwa sang Produser terlalu memaksakan ‘Ide Mesum’nya pada Sinetron anak-anak yang dibuatnya. Sang Produser yang secara Profesional lebih cocok membuat film porno terpaksa membuat film anak-anak tanpa mengetahui betul bagaimana psikologi Dunia anak-anak. Semuanya dilakukan hanya untuk mengejar Rating.

Acara ‘Forum Diskusi’ pun bermunculan untuk menggiring Opini (praduga) dalam masyarakat agar suatu peristiwa menjadi lebih ‘Heboh’ dan bisa menarik perhatian pemirsa di hari-hari berikutnya. Masyarakat pun jadi bingung untuk memisahkan kebenaran antara BERITA yang aktual (nyata terjadi), dengan OPINI (praduga) yang dibangun. Sebagian masyarakat awam bahkan menelan mentah-mentah penyesatan logika yang dibangun pada Forum atau acara-acara Talk Show di televisi.

Orang yang faham akan Dunia Strategi sudah tahu bahwa Rapat ataupun Forum Diskusi bisa diatur apa kesimpulan ahirnya dan siapa pihak yang akan dimenangkan. Ah… Masa iya begitu mas Adji? Okey… Disini saya akan BUKA sedikit ‘trick’ atau cara bagaimana bila saya ditunjuk sebagai panitia Forum Diskusi mengarahkan topik : ‘Teror di Solo’ dengan kesimpulan ahir : 1. Islam dan Pesantren akan dipersalahkan dan 2. Fauzi Bowo akan diposisikan sebagai pihak yang dicurigai sebagai orang di balik layar, terkait dengan Pilkada DKI. (Ini hanya sekedar contoh Tema) Begini caranya:

1.Teknis Undangan --- Jumlah peserta Undangan akan saya susun 70% dan 30% dari jumlah keseluruhan. 70% bagi yang sinis terhadap Islam ataupun lawan dari Fauzi Bowo. Kwalitas personnya pun harus yangmemahami betul tentang masalah dan mempunyai pengendalian diri (Self Control) yang kuat. Konfirmasi kehadiran harus benar-benar pasti. Bentuk nya bisa diambil dari Team Ses Cagub lawan Fauzi Bowo, Seniman, Pakar Politik, dll. (Selanjutnya kita namakan: Golongan A)

30% nya akan saya ambil dari Pengamat Islam yang netral, guru pesantren dan Team Sukses Fauzi Bowo (Selanjutnya kita namakan dengan: Golongan B). Kalau bisa dicari Anggota Team Ses yang kurang menguasai masalah dan bertemperamen tinggi agar mudah berbicara ngawur. Undangan untuk orang yang berkwalitas bagus harus diberikan secara dadakan agar kemungkinan hadirnya tipis.

2.Teknis Jalannya Acara --- Pertama, Pertanyaan yang tendensius akan saya lontarkan pada Golongan A (Yang sinis dengan Islam dan Anti Fauzi Bowo) dan akan dijawab oleh Golongan A lainnya agar situasi memanas… Selanjutnya bahasan akan saya serahkan pada Golongan B yang tentunya akan dikeroyok oleh beberapa tokoh golongan A yang berjumlah lebih banyak (70%). Sampai disini Jeda Iklan akan masuk sehingga pemirsa hanya akan mengingat Kesimpulan Terakhir yang dilontarkan oleh Golongan A.

Session berikutnya akan dimulai oleh Golongan B dari jenis Guru atau Lulusan Pesantren yang akan terus dikeroyok oleh Golongan A sampai selesai, lalu ditutup dengan jeda Iklan agar penyampaian Golongan A makin menancap dalam benak pemirsa.Begitu seterusnya…

Pada Golongan B, Manusia setenang apapun bila dikeroyok akan lama-lama menjadi kalap dan cenderung berbicara diluar konteks alias ngawur... Apalagi bila dipilih peserta yang memang temperamental. Bila ditemukan tokoh yang tenang dan mengerti masalah, buru-buru saya akan masukkan jeda iklan di tengah bahasannya agar maksud yang disampaikan tokoh B tersebut menjadi samar dan fokus pemirsa terhadap bahasan tadi menjadi pecah.

3.Teknis Penutup --- Acara akan saya tutup di tengah situasi panas dengan kemenangan pada Golongan A.Saya akan tutup acara dengan mencuplik kalimat ‘Tendensius’ dari Filsuf terkenal seperti : “Kekuasaan yang langgeng akan cenderung Korup” (Lord Acton), atau: “Bila ingin melakukan suatu penindasan, maka suruhlah seorang menteri, atau orang yang kamu percaya, untuk melakukannya. Jangan pernah menampakkan dirimu sebagai orang yang bertanggung jawab atas penindasan tersebut”. (Niccolo Machiavelli). Nah! Dijamin setelah acara itu selesai, para pemirsa yang awam dengan ‘Strategi Penggalangan Opini’ ini langsung menyalahkan Pesantren dan menuduh Fauzi Bowo sebagai dalang di balik peristiwa terror di Solo.

Para pembaca tidak usah tersinggung karena ini hanyalah contoh bagaimana televisi dapat menyihir dan mengarahkan opini seseorang pada suatu kesimpulan di luar kesadarannya, sehingga saya pribadi menganggap Televisi sebagai : “PENYIHIR DALAM RUMAH”. Bila ia berubah sebagai Sales, ia tidak akan mengetuk pintu atau gerbang rumah anda seperti Sales Konvensional, tapi langsung masuk di dalam rumah… Begitu pula bila ia menjelma sebagai Juru Kampanye, Hakim, dll.

Menyelusupnya faham Sekuler Liberal yang telah merusak banyak Agama melalui media Televisi membuat saya tergerak untuk menulis Artikel ini… Jagalah anak dan keluarga anda dari pengaruh buruk media TV dengan memberikan waktu yang cukup pada mereka. Buku-buku Agama serta Video Science adalah salah satu Alternatif untuk menyibukkan mereka disaat anda keluar rumah mencari rezeki.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim 66:6)

Sumber : ‘Arranging Meeting’ – Harvard Business School Press.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun