Mohon tunggu...
Adiyat Basnur
Adiyat Basnur Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya suka bakso

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memanipulasi Persepsi

1 April 2012   09:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:10 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1333341404403164235

Suatu hari seorang ibu pergi ke psikolog. Ia mengeluh pada psikolog tersebut mengenai anak-anaknya yang sering sekali bermain di ruang tamu. Parahnya lagi, setelah anak-anaknya tersebut bermain, mereka tidak pernah membereskan mainannya. Si ibu bercerita ke psikolog bahwa ia sering sekali memarahi anak-anaknya tersebut. Walaupun telah dimarahi puluhan kali, anak-anaknya yang berumur 8 tahun dan 9 tahun tersebut tetap saja mengulang perbuatannya. Setelah ibu tersebut mencurahkan perasaannya kepada psikolog, ia lalu meminta saran agar kedua anaknya tidak lagi bermain di ruang tamu. Tetapi psikolog tersebut meminta ibu tersebut menutup mata. “Ibu, coba Ibu bayangkan ruang tamu Ibu bersih tanpa adanya mainan sama sekali.” Si ibu mulai membayangkan hal tersebut.”sekarang coba bayangkan bahwa di seluruh rumah Ibu sama sekali tidak ada orang. Hanya Ibu yang tinggal sendirian di sana. Tidak ada anak-anak yang bermain dengan gembira, tidak ada lagi tawa mereka, tidak ada lagi teriakan, bahkan tidak ada lagi suara mereka.” si ibu membayangkan hal tersebut. “Sekarang keadaan yang sepi tadi bayangkan berubah, Ibu. Tiba-tiba kedua anak Ibu berlarian di ruang tamu. Mereka membawa mainan mereka dan bermain dengan bahagia. Ibu bisa memeluk mereka dan ikut bermain dengan mereka.” si ibu membayangkan hal yang diminta oleh psikolog tersebut. Setelah membuka mata kembali, ibu tersebut segera sadar dengan tindakannya. Saat kembali ke rumah, dia tidak lagi memarahi anaknya tetapi mengajak anaknya untuk bersama-sama membereskan mainan mereka setelah bermain di ruang tamu. Cerita di atas merupakan sebagian kecil manipulasi persepsi yang dilakukan. Dengan memanipulasi persepsi, kita bisa melihat dari sudut yang berbeda suatu masalah. Malah dengan memanipulasi persepsi, seseorang yang kita benci dengan amat sangat bisa berkurang seketika. Coba sekarang bayangkan orang yang Anda benci, visulisasikan dengan jelas dalam pikiran Anda. Lalu di dalam pikiran Anda, orang yang dibenci tersebut ubah ke dalam warna hitam putih. Setelah itu ubahlah di pikiran Anda orang tersebut berwarna hijau. Tambahkan di hidungnya hidung palsu seperti badut yang berwarna merah. Jangan lupa di pipinya Anda beri warna merah jambu sehingga membuat orang tersebut semakin lucu. Senuhan terakhir, bayangkan orang yang dibenci tersebut memakai baju yang Anda anggap lucu. Bagaimana perasaan benci Anda sekarang? Memanipulasi struktur persepsi sebenarnya dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan mengubah makna.Mengubah makna dapat dilakukan sebagaimana cara psikolog tadi ataupun dengan cara melihat orang yang Anda benci. Cara kedua yakni dengan mengubah konteks. Seorang bapak mengeluh tentang rasa malas yang dimilikinya. Karena saking malasnya akhir-akhir ini ia sering ditegur atasannya. Bapak tersebut dapat mengubah konteks malas yang dimilikinya. Malas memang penting, hal intu akan sangat berguna apabila hari libur. Ketika suasana libur selesai, rajin menjadi penting. Begitulah cara mengubah konteks dari persepsi tadi. Persepsi sangat penting dalam membentuk pribadi seserorang. Hal ini karena dengan persepsi yang terbentuk memberikan cerminan terhadap sifat kita. Untuk lebih mudahnya, berikut merupakan gambar keterkaitan antara persepsi dengan kelakuan. Contoh, seorang anak yang masih duduk di sekolah dasar diberitahu kakak kelasnya bahwa pelajaran matematika itu sulit. Matematika itu sulit akan tertanam dalam belief si anak. Pada waktu pelajaran matematika, anak tersebut kurang bersemangat. Dari believe tadi telah membentukbehaviour pada anak tersebut. Pada waktu diadakannya tes oleh gurunya, dia tidak bisa mengerjakan tes. Lalu anak itu berkesimpulan bahwa pelajaran matematika memang sulit. Dalam kondisi ini telah terbentuk result bahwa kebenaran pelajaran matematika itu sulit. Hal itu akan mempertebal belief anak tadi untuk benar-benar yakin bahwa memang peljaran matematika itu sulit. Contoh di atas tidak hanya terjadi pada anak yang duduk di sekolah dasar. Hal itu kadangkala terjadi pada diri kita. Maka yang pertama kali dilakukan yakni mengubah persepsi. Andaikan anak tadi menganggap matematika itu mudah, tentu ia akan bersemangat belajar. Dengan semangat belajar, dia akan memperoleh nilai yang baik. Akhirnya, terbentuklah keyakinan yang semakin tebal bahwa matematika itu mudah. Pernahkah Anda menonton Spongebob Squarepants di mana dalam salah satu adegan ia mengatakan “aku siap...aku siap...aku siap...” Hal itu dinamakan dengan afirmasi dimana Spongebob menanamkan dalam dirinya ia bisa melakukan pekerjaanya hari itu. Salah satu cara agar believe yang kita miliki menjadi positif yakni menanamkan hal positif seperti yang dilakukan Spongebob. Selain cara afirmasi, ada lagi cara replace. Mengubah belief yang negatif menjadi positif. Saat kita merasa lemah, cepat gantikan pikiran itu menjadi pemikiran baru bahwa kita kuat. Saat  tak bersemangat, lakukan pergantian dengan meyakinkan diri bahwa kita bersemangat. Semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi kita semua. Saatnya memanipulasi persepsi hingga menjadi persepsi positif yang akan membawa perubahan sikap lebih baik. Ayo berubah menjadi pribadi yang lebih baik.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun