Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Lidah Mertua" Anies yang Salah Kaprah

23 Juli 2019   09:48 Diperbarui: 3 Agustus 2019   07:34 2335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Anies Baswedan kembali mencuat ke permukaan setelah sebelumnya ramai dibicarakan karena kebijakan yang diambil mengenai mega proyek reklamasi yang sebelumnya telah diberhentikan dan disegel kini dilanjutkan kembali.

Pembongkaran karya seni instalasi getih getah yang terletak di bundaran HI membuat masyarakat DKI Jakarta bereaksi, sebenarnya ketika instalasi bambu itu dibangun juga masyarakat banyak yang mempertanyakan kegunaan dari instalasi bambu tersebut.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beralasan bahwa pembuatan instalasi bambu tersebut dalam rangka menyemarakkan Asian Games yang dihelat tahun 2018 lalu. Anies dan seniman yang membuatnya yang bernama Joko Avianto telah memperkirakan bahwa instalasi tersebut akan bertahan selama enam bulan, dan ketika dibongkar instalasi bambu itu telah berumur sebelas bulan.

Anggaran yang digelontorkan tidak main-main, untuk satu karya seni instalasi bambu getih getah memakan dana sebesar setengah miliar, itu sudah termasuk dana perawatannya. Dana sebesar itu dapat kita gunakan untuk mengembangkan masyarakat melalui balai pelatihan kerja ataupun mendanai UKM-UKM yang ada.

Karya Joko Avianto tersebut diresmikan pada tanggal 16 Agustus 2018, selama ini instalasi bambu getih getah menjadi daya tarik bagi masyarakat yang sedang mengikuti Car Free Day di bundaran HI untuk berfoto. Tapi semua itu kini hanya tinggal kenangan, instalasi bambu telah rubuhkan, uang setengah miliar hilang hanya untuk kesenangan sementara.

Setelah bambu terbitlah lidah mertua, Anies Baswedan seperti tak puas dengan segala eksperimennya diruang publik. Kini ia akan menaruh lidah mertua di ruang publik. Anies berpendapat bahwa tanaman hias seperti lidah mertua dapat mengurangi polusi udara DKI Jakarta.

Bukan tak berdasar, sebab National Aeronautics and Space Administration (NASA) telah melakukan kajian dan menerbitkan studi pada tahun 1989 mengenai lidah mertua yang mampu mengurangi polusi udara.

Nampaknya Anies salah kaprah mengenai penelitian dari NASA tersebut, sebab mereka menemukan, lidah mertua terbukti dapat menghilangkan banyak racun di udara dalam ruangan sehingga bisa menjadi solusi ramah lingkungan.

Namun perlu dicatat dan diketahui ada beberapa pengertian yang keliru. Benar bahwa peneliti NASA mempelajari efek tanaman hias pada kualitas udara.

NASA tidak pernah mengatakan tanaman ini adalah pilihan terbaik untuk menyaring udara. Selain itu, riset NASA ini optimal menyerap polutan di kondisi dalam ruangan. Bukan ruang terbuka.

Anies harus lebih mendalam lagi melihat inti permasalahan yang dihadapi, polusi yang menyelimuti DKI Jakarta paling banyak disumbangkan oleh kendaraan bermotor yang bersliweran di jalanan DKI Jakarta.

Carut marut transportasi umum DKI Jakarta juga menambah daftar panjang permasalahan DKI Jakarta dalam berbenah. Akibatnya, masyarakat kurang berminat naik transportasi umum.

Akses transportasi umum yang sukar untuk dijangkau oleh masyarakat juga menjadi salahsatu faktor kenapa masyarakat lebih berminat naik kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum. Belum terintegrasinya antara transportasi umum satu dengan yang lainnya juga membuat masyarakat harus berjalan jauh untuk dapat menjangkaunya.
Jumlah moda transportasi umum DKI Jakarta yang belum memadai membuat masyarakat berhimpit-himpitan ketika menaikinya. Hal ini tentu membuat masyarakat yang menaiki transportasi umum menjadi tidak nyaman. Belum lagi kasus pelecehan, pencompetan di dalam transportasi umum seakan menjadi momok bagi masyarakat untuk beralih ke transportasi umum.

Langkah lain yang dapat diambil oleh Pemerintah DKI Jakarta ialah membatasi moda transportasi pribadi, pemerintah tentu memiliki power untuk melakukan hal itu guna mengurangi kendaraan bermotor yang bersliweran di jalanan DKI Jakarta.

Penaikkan pajak kendaraan pribadi juga dapat menjadi opsi pengurangan kendaraan, sehingga sedikit demi sedikit polusi berkurang. Namun Saya sedikit ragu Anies akan melakukannya, mengingat PKS sebagai partai yang mendukung Anies pada Pilgub lalu mempunyai targetan kebijakan yang salah satunya ialah menghapuskan pajak kendaraan. Tentu hal ini akan menjadi pertimbangan bagi Anies untuk melakukannya.

Menaikan harga parkir kendaraan pribadi juga dapat menjadi opsi sebagai upaya menurunkan angka kepemilikan kendaraan pribadi. Mengingat kendaraan pribadi yang parkir ditepi jalanan juga kerap membuat kemacetan.

Tapi tidak semua kebijakan yang Saya usulkan diatas penerapannya tidak dapat diterapkan secara langsung.

Pertama, pemerintah DKI Jakarta harus membenahi transportasi umum agar masyarakat mau beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.

Kedua, akses transportasi umum juga perlahan dibenahi. Selama ini akses transportasi umum masih sukar untuk dijangkau, dan belum terintegrasi dengan transportasi umum lainnya.

Jika transportasi umum sudah dibenahi, lebih mudah memaksa masyarakat melalui kebijakan untuk naik transportasi umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun