Dalam era globalisasi multipolar, kekuatan negara tidak lagi hanya ditentukan oleh militer dan ekonomi, melainkan juga oleh soft power kekuatan untuk mempengaruhi pihak lain lewat daya tarik, bukan paksaan. Konsep ini dipopulerkan Joseph Nye (1990), yang menekankan bahwa soft power bersumber dari budaya, nilai-nilai politik, dan kebijakan luar negeri yang dinilai sah secara moral oleh komunitas internasional.
Diplomasi budaya adalah bentuk konkret dari soft power, di mana Indonesia menggunakan warisan budayanya untuk membangun pengaruh secara damai dan bermakna, khususnya di kawasan Asia Tenggara yang menjadi prioritas hubungan luar negerinya.
Konsep soft power tidak menggunakan tekanan militer maupun ekonomi, melainkan membentuk ketertarikan melalui nilai-nilai yang dianggap positif. Dalam konteks Indonesia, nilai seperti toleransi, pluralisme, dan gotong royong menjadi kekuatan budaya yang potensial untuk dikapitalisasi dalam diplomasi.
Joseph Nye menekankan bahwa kekuatan sejati berasal dari kemampuan menciptakan kesukaan terhadap ide dan nilai yang kita bawa di sinilah diplomasi budaya Indonesia relevan sebagai kekuatan lunak yang bisa menjalin pengaruh regional yang saling menguntungkan.Â
Inisiatif dan Program Diplomasi Budaya Indonesia
Indonesia telah mengembangkan berbagai inisiatif strategis, salah satunya Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang diimplementasikan di negara-negara seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina. Program ini tak hanya mengajarkan bahasa, tetapi menjadi pintu masuk mengenalkan sejarah, nilai, dan filosofi kebangsaan Indonesia.
Misalnya, universitas ternama seperti Chulalongkorn dan Thammasat di Thailand membuka kelas BIPA dan menjalin kerja sama erat dengan kampus Indonesia. Ini memperlihatkan posisi Indonesia bukan sebagai dominator, tapi mitra budaya yang setara dan bersahabat.
Hingga 2024, tercatat lebih dari 320 institusi asing menjalankan program BIPA, mayoritas di Asia Tenggara, menurut Kemendikbudristek RI.
Program BSBI
Sejak diluncurkan pada tahun 2003, BSBI telah menghasilkan lebih dari 1.071 alumni dari 84 negara. Kamboja menjadi salah satu negara dengan jumlah alumni terbanyak, yakni 24 orang. Pada tahun 2024, Kamboja menjadi tuan rumah BSBI dan mengadakan pertemuan alumni pertama yang bertujuan memperkuat diplomasi budaya antara kedua negara.Â
Pariwisata Budaya