Mohon tunggu...
Aditya Diva madya
Aditya Diva madya Mohon Tunggu... Saya sekarang sedang kuliah di Universitas Mulawarman dengan jurusan Hubungan internasional yang dimana saya ada mengikuti beberapa organisasi yang ada di kampus saya salah satunya Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional.

saya hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Z dan Aktivisme Global: Bagaimana media sosial mengubah pola diplomasi publik

14 Oktober 2025   11:39 Diperbarui: 14 Oktober 2025   11:39 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dua dekade terkahir, diplomasi publik mengalami transformasi yang cukup besar. Jika dahulu diplomasi public dilakukan oleh aktivitas resmi pemerintahan untuk membangun citra baik negara/instansi nya untuk dikenal di mata dunia. Kini diplomasi public lebih dinamis di era sekarang. Perubahan ini dipicu oleh peran generasi Z, yaitu generasi yang lahir pada pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Generasi ini lahir di masa internet lagi booming booming nya, yang dimana media sosial dan budaya digital sangat melekat di kehidupan mereka. Akibatnya, Generasi ini tidak hanya menjadi konsumen, melainkan menjadi produsen dalam membuat sebuah narasi/propaganda global untuk mempengaruhi opini public internasional. Menurut saya generasi Z memiliki kekuatan narasi yang cukup kuat dibanding generasi pendahulunya. Terkadang mereka tidak lagi menunggu pemerintah untuk berbicara, melainkan langsung menciptakan percakapan global.

Fenomena ini merupakan transformasi yang cukup besar bagi diplomasi public. Yang dimana diplomasi public tidak hanya dikontrol oleh negara, melainkan juga bisa digerakan oleh actor non negara. Generasi z telah merubah cara dunia untuk speak up tentang isu isu global, dari perubahan iklim hingga masalah sosial. Generasi z sering menggunakan sosial media, laporan dari we are social 2024 mencatat bahwa generasi Z menggunakan sosial media dengan rata rata waktu penggunaan mencapai lebih dari tiga jam. Platform seperti Instagram, X, Tiktok tidak hanya menjadi ruang hiburan lagi. Melainkan ruang aktivisme dan diplomasi global. Gerakan digital yang dipimpin gen z dapat melampaui batas dengan cepat. Isu isu lokal dapat  berubah menjadi kampanya global hanya dalam beberapa saat. Misalnya, seruan solidaritas terhadap masyarakat palestina yang berhasil menjadikan konflik gaza sebagai salah satu topik yang sangat ramai dibicarakan di dunia maya. Konflik gaza menjadi bukti bahwa, gen z sangat berpengaruh dalam melakukan diplomasi public. Gen z kini tidak hanya bicara soal masa depan mereka, tetapi juga tentang masa depan dunia. Aksi solidaritas digital membuktikan bahwa batas negara kurang relevan di era sekarang.

Fenomena ini dapat dianalisis melalui teori diplomasi public, Tradisionalnya. diplomasi public dipahami sebagai strategi negara untuk membentuk opini public untuk mendukung kebijakan luar negeri nya, namun, di era digital sekarang peran tersebut tidak lagi ekslusif milik negara. Generasi z, dengan akses teknologi dan kreatifitas digital, ikut membangun narasi global yang bersaing dengan propaganda negara manapun. Selain itu, teori konstruktivisme dalam Hubungan Internasional juga relevan. Konstruktivisme menekankan bahwa realitas politik internasional dibentuk oleh ide, norma, dan wacana. Generasi Z menggunakan media sosial untuk membangun norma baru, seperti solidaritas global terhadap isu iklim atau HAM. Narasi yang mereka ciptakan kemudian menjadi kekuatan yang memengaruhi perilaku negara maupun organisasi internasional. Diplomasi hari ini Adalah diplomasi narasi, generasi z telah menjadi diplomat informal yang paling berpengaruh melalui media sosial.

Aktivisme digital Gen Z membawa sejumlah dampak positif. Pertama, mereka mempercepat penyebaran informasi lintas negara dan memobilisasi solidaritas global. Kedua, mereka memberi ruang bagi suara-suara marjinal yang sering terpinggirkan dalam diplomasi tradisional. Ketiga, mereka memperluas partisipasi politik global, karena siapa pun bisa berkontribusi melalui media sosial tanpa harus menjadi pejabat negara. Namun, terdapat pula tantangan serius. Media sosial rawan digunakan untuk menyebarkan disinformasi atau berita palsu yang justru memperkeruh situasi. Fenomena slacktivism juga kerap muncul, ketika aktivisme terbatas pada klik, like, atau share tanpa tindak lanjut nyata. Selain itu, tidak semua kampanye digital mampu memengaruhi kebijakan secara langsung, karena keputusan tetap berada di tangan elite politik. Perlu diingat, kekuatan digital Gen Z masih menghadapi tantangan besar. Tanpa dukungan institusi dan kebijakan, suara mereka bisa berhenti di ruang maya.

Generasi Z telah membawa wajah baru bagi diplomasi publik. Dengan menguasai ruang digital, mereka mengubah cara isu global dipahami dan diperbincangkan. Meski tantangan seperti disinformasi dan aktivisme instan tetap menghantui, potensi Gen Z dalam memperluas partisipasi politik internasional tidak bisa diabaikan. Diplomasi publik kini bergerak ke arah yang lebih inklusif, di mana narasi dari anak muda dapat bersanding dengan diplomasi negara. Pada akhirnya, Generasi Z membuktikan bahwa diplomasi bukan hanya domain elit politik, melainkan juga ruang partisipasi global yang terbuka. Dalam konteks ini, dunia internasional perlu mengakui peran mereka, karena masa depan diplomasi akan banyak ditentukan oleh bagaimana generasi ini membentuk wacana global.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun