Mohon tunggu...
Aditya adha
Aditya adha Mohon Tunggu... Mahasiswa uingusdur pekalongan

Yu don't walk alone

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesenjangan Ekonomi: Tantangan dalam Pembangunan Jangka Panjang

20 Desember 2024   15:45 Diperbarui: 20 Desember 2024   15:44 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PENDAHULUAN

Kesenjangan ekonomi telah menjadi isu yang terus dihadapi oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Perbedaan distribusi kekayaan, akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja menjadi akar dari masalah ini. Ketimpangan tersebut tidak hanya berimplikasi pada masalah sosial, seperti meningkatnya kemiskinan dan kriminalitas, tetapi juga menghambat upaya pembangunan ekonomi jangka panjang (Suryana, 2020). Kesenjangan yang terus melebar dapat menciptakan ketidakstabilan sosial-politik yang mengancam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam literatur ekonomi, kesenjangan ekonomi sering kali diukur melalui indikator seperti Gini ratio, rasio pendapatan antar kelompok, dan distribusi aset. Studi oleh Rahmawati (2021) menunjukkan bahwa Gini ratio Indonesia selama beberapa tahun terakhir masih berada pada angka yang cukup tinggi, meskipun terdapat upaya pemerintah dalam mengatasi ketimpangan melalui berbagai kebijakan, seperti pengembangan wilayah tertinggal dan program bantuan sosial. Namun, upaya ini sering kali belum mencapai hasil yang signifikan karena tantangan struktural yang masih ada.

Penelitian lain oleh Harahap (2019) menyoroti bahwa kesenjangan ekonomi di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh perbedaan akses terhadap sumber daya, tetapi juga oleh kurangnya infrastruktur dan investasi di daerah pedesaan. Hal ini menyebabkan disparitas ekonomi antara wilayah perkotaan dan pedesaan semakin lebar. Penelitian tersebut menekankan pentingnya pembangunan yang inklusif untuk mengurangi kesenjangan, dengan memberikan perhatian lebih besar kepada sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja di daerah terpencil.

Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis literatur. Data diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah, buku, dan laporan resmi yang membahas isu kesenjangan ekonomi di Indonesia. Pendekatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi penyebab, dampak, dan strategi yang dapat diterapkan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. Dengan memahami dinamika kesenjangan ini, diharapkan solusi yang ditawarkan lebih aplikatif dan berorientasi pada pembangunan jangka panjang.

PEMBAHASAN

Kesenjangan ekonomi menjadi hambatan utama dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia. Argumen utama yang diangkat dalam artikel ini adalah bahwa ketimpangan distribusi pendapatan dan aset mengakibatkan rendahnya inklusi sosial dan ekonomi, yang pada gilirannya menghambat pembangunan jangka panjang. Studi oleh Pratama (2022) menunjukkan bahwa tingginya Gini ratio di Indonesia mencerminkan ketimpangan yang signifikan, di mana kelompok masyarakat kaya menikmati sebagian besar kekayaan nasional, sementara kelompok miskin hanya memperoleh porsi kecil. Ketimpangan ini menghambat kemampuan kelompok masyarakat bawah untuk berpartisipasi aktif dalam perekonomian, sehingga mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi.

Sebagai argumen pendukung, penting untuk memahami peran pendidikan dalam mengurangi kesenjangan ekonomi. Pendidikan berkualitas dapat menjadi jembatan bagi kelompok masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Penelitian oleh Susanti (2021) menemukan bahwa daerah dengan akses pendidikan yang lebih baik cenderung memiliki tingkat ketimpangan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan daerah dengan kualitas pendidikan yang buruk. Namun, tantangan utama dalam pemerataan akses pendidikan adalah minimnya infrastruktur di daerah terpencil, yang membuat kelompok masyarakat di sana sulit untuk mengejar ketertinggalan. Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan harus menjadi prioritas untuk mengurangi kesenjangan dalam jangka panjang.

Faktor lain yang mendukung upaya pengurangan kesenjangan adalah peran kebijakan fiskal yang redistributif. Pemerintah dapat menggunakan instrumen pajak progresif dan belanja sosial untuk mengurangi disparitas pendapatan antar kelompok masyarakat. Studi oleh Nugroho (2020) menunjukkan bahwa program redistribusi, seperti bantuan langsung tunai dan subsidi pangan, berhasil menurunkan tingkat kemiskinan pada kelompok tertentu, meskipun belum cukup signifikan dalam menurunkan kesenjangan secara keseluruhan. Hal ini menegaskan pentingnya pengelolaan anggaran yang lebih efektif agar manfaat kebijakan fiskal dapat dirasakan secara luas.

Analisis terhadap kesenjangan ekonomi di Indonesia menunjukkan bahwa masalah ini bersifat struktural dan multidimensional. Ketimpangan tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh ketidaksetaraan dalam akses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Studi oleh Widodo (2021) menggarisbawahi bahwa wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia memiliki kesenjangan yang signifikan dalam hal akses terhadap layanan dasar, yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak merata. Ketimpangan ini semakin diperparah oleh kurangnya investasi swasta di daerah-daerah tertinggal, yang membuat wilayah-wilayah tersebut sulit untuk berkembang.

Selain itu, globalisasi ekonomi turut berkontribusi pada meningkatnya kesenjangan, terutama dalam konteks urbanisasi dan industrialisasi. Perkotaan menikmati sebagian besar manfaat dari industrialisasi, seperti peningkatan lapangan kerja dan infrastruktur, sementara daerah pedesaan sering kali tertinggal. Koeswoyo (2022) menyoroti bahwa urbanisasi tanpa perencanaan yang matang dapat memperlebar kesenjangan antara kota dan desa, karena sumber daya dan investasi terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembangunan yang terdesentralisasi untuk memastikan bahwa semua daerah mendapatkan manfaat yang setara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun