Memang di Negara Indonesia ini kita hidup secara berdampingan dengan perbedaan. Banyak sekali masyarakat yang beragam, terutama dalam perbedaan keyakinan. Di Indonesia ini terdapat beberapa agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Selain itu di dalam ajaran-ajaran agama tersebut tentunya berbeda dari satu agama dengan ajaran lainnya.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang salah satu agama yaitu agama Buddha. Kita ketahui memang agama Buddha ini adalah ajaran agama para leluhur kita sebelum agama Islam menyebar di wilayah Indonesia. Banyak sekali bukti-bukti nyata bahwa agama Buddha ini pernah ada di Indonesia, contohnya seperti banyak bangunan candi yang megah dan masih berdiri sampai sekarang di Indonesia.
Sedikit bercerita tentang hasil obrolan dengan seorang pemuka agama di sebuah vihara di kota Batu. Tepatnya berada di padepokan Dhammadipa Arama. Tempat ini memang seperti sebuah asrama atau mungkin bisa dikatakan sebagai pondok pesantrennya para umat Buddha. Di dalam agama Buddha para pemuka agama dipanggil dengan sebutan Bante atau Bhikkhu. Â Di dalam vihara ini ada 4 Bhikkhu atau Bante. Salah satunya adalah Bhikkhu Kantidaro. Akan tetapi tidak semua vihara terdapat Bhikkhu atau Bantenya. Para Bhikkhu ini hidupnya sederhana.
Bertanya mengenai agama Buddha, Buddha itu tuhannya bukan manusia. Jadi, Buddha itu manusia mengajar menuju kepada kebaikan. Mempersiapkan kebajikan. Memang ajaran agama Buddha ini berasal dari Negara India. Agama Buddha berasal dari sang Buddha yang menemukan ajaran di India. Sang Buddha lahir di Nepal. Kemudian sang Buddha melakukakn pertapaan-pertapaan sampai mencapai penerangan sempurna. Tempat mengajar pertama Sang Buddha berada di Isipatana di Benares. Sedangkan wafatnya di Kushinara India. Maka, inilah yang dinamakan dengan ajaran Buddha.
Selain itu ada juga perayaan-perayaan hari besar pada agama Buddha. Perayaan ini ada 4 kali akan tetapi yang bisa dikatakan besar ada 2 saja, yaitu Waisak dan Kathina. Waisak adalah memperingati kelahiran pencapaian pencerahan sang Budha dan kematiaannya dari sang Budha. Perayaan hari Waisak ini seperti halnya umat Islam, seperti ada ceramah, para penganut agama Buddha datang untuk beribadah dan ada pestanya.
Sedangkan Kathina adalah bulan dana. Biasanya para umat saling berbagi dengan sesama. Para Bhikku ini tidak digaji, mereka hidup dari dana yang telah diberikan atau di amalkan untuk bangunan atau untuk kemaslahatan umat Budha secara gotong royong. Kebutuhan akan bangunan vihara ini juga berasal dari dana-dana para umat ersebut. Para Bhikkhu ini juga tidak berkeluarga. Selain dengan  materi biasanya ada juga sembako.
Selain itu ada juga yang namanya bulan Magha. Artinya  bulan melakukan peringatan untuk Sang Budha mengadakan ceramah. Juga bisa disebut sebagai hari raya turunnya dhama. Untuk kitabnya, di agama Buddha ini ada 3 kelompok, yaitu Sutapitaka, Wiyanapitaka dan Abidhamapitaka.
Sutapitaka itu terdiri dari 532 jilid. Pitaka itu artinya pustaka, sedangkan Suta itu ceramahnya Sang Buddha yang ditulis atau dicatat oleh para muridnya dan kemudian dibukukan hingga sampai sekarang. Kitab ini aslinya berbahasa Pali atau bahasa kuno dari zaman Sang Buddha kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Kemudian, ada juga Wiyanapitaka. Wiyanapitaka itu adalah tatatertib. Isinya tidak boleh bernyanyi, menari, menonton, tidak boleh makan setengah hari. tidak boleh makan ini dimulai pada pukul 1 siang sampai dengan jam 6 besoknya, akan tetapi diperbolehkan untuk minum. Dan yang ketiga adalah Abidhamapitaka. Abidhama ini berisi tentang falsafahnya.
Untuk hal beribadah, para umat Budha ini beribadah seminggu sekali pada hari Minggu. Namun, di dalam Vihara ini, para penduduk yang tinggal dan belajar di dalam Vihara ini melakukan ibadah 2 kali sehari yaitu pagi dimulai pukul 4 sampai jam 6, kemudian sore hari pada pukul 6 sampai 7, atau biasanya menyesuaikan agar kegiatan yang lainnya tidak terganggu juga. Biasanya saat ibadah ada serangkaian kegiatan. Seperti ada Centing atau kebaktian, kemudian membaca Varitab dan ceramah.
Mungkin yang paling nampak dan paling kita ingat dengan agama Buddha adalah cirikhas dari gaya rambut dan pakaiannya. Gaya rambut yang sering kita lihat pada umat atau orang-orang Buddha adalaah gundul, yaitu memangkas semua rambut di kepala. Namun, ternyata tidak semua orang yang beragama Budha ini mencukur rambut kepalanya sampai gundul, namun para umat dianjurkan saja tidak wajib, akan tetapi jika mau tinggal dan belajar di dalam vihara ini mengharuskan untuk gundul. Biasanya mereka mencukur rambut pada rembulan pertama atau satu bulan sekali.
Selain itu ada juga ciri yang nampak dari umat Buddha adalah cara berpakainnya. Para umat Buddha di vihara ini hanya memakai kain yang menmpel di badannya. Dalam penggunaan kain di vihara ini ada perbedaanya. Laki-laki memakai kain berwarna coklat, sedangkan yang perempuan menggunakan kain berwarna putih.
Di dalam Vihara ini juga ada kegiatan yang namanya gerakan tanpo sampah atau sibiomasa. Jadi, kegiatan ini adalah kegiatan bersih-bersih di dalam lingkungan vihara tersebut. Untuk itu pentingnya menjaga kebersihan di sekitar supaya terhindar dari segala jenis penyakit. Menanyakan perihal toleransi, di lingkungan vihara ini sudah sangat baik. Banyak masjid-masjid yang berdiri di dekat vihara ini. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan toleransi antar umat adalah dengan sering mengadakan pertemuan antar umat beda agama supaya hubungan antar umat saling akrab atau hangat. Beliau juga mengatakan, tujuan agama sebenarnya adalah bersiap untuk mati, maka jadilah orang baik.
Dalam semua ajaran agama, memang kita sebagai manusia diajarkan untuk berbuat kebaikan. Larangan-larangannya pun menurut saya di dalam berbagai agama intinya sama, tidak boleh berbuat negatif atau menyakiti orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI