Mohon tunggu...
Adithia Syahbana
Adithia Syahbana Mohon Tunggu... Guru - SMAN 5 Cirebon

Guru Bahasa Indonesia di SMAN 5 Cirebon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Kliwonan Cirebon

12 November 2022   18:31 Diperbarui: 12 November 2022   18:30 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ziarah ke makam sunan Gunung jati

AKSI NYATA PROJEK p4 - X3
Implementasi Kurikulum Merdeka
SMAN 5 Cirebon

Menjaga Warisan Budaya, menjaga Harmonisasi

Disusun oleh tim Projek X3 - Tradisi Kliwonan

Cirebon adalah salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir Utara pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura (pantai utara) yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Menurut Hageman (dalam Atja dan Ayatrohaedi, 1986, hlm. 14), berdasarkan cerita rakyat, nama Haji Purwa pada tahun 1337 M tercatat sebagai pemeluk agama Islam pertama di Cirebon, pusatnya penyebaran agama Islam. Di Pulau Jawa hingga ke Champa, Kamboja. Kota Cirebon pun menjadi pusatnya syiah Islam yang dilakukan oleh para Wali yaitu para Wali Songo. Dinamika yang terjadi dalam kebudayaan Cirebon, akan tampak perwujudan persembahan rakyat pada cara kehidupan keagamaan. Eksistensi tradisi ternyata banyak bermanfaat dalam proses penyebaran agama Islam. para Wali menggunakan jalur-jalur tradisi untuk mencapai hati nurani rakyat. Menurut Funk dan Wagnalls sebagaimana dikutip oleh Muhaimin A.G. (Wacana Ilmu, 2001, hal. 11) makna lain dari tradisi adalah sebagai standar penilaian, rujukan (referensi) atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Di sini, istilah tradisi dimaknai pula sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan, praktek dan lainlain yang dipahami sebagai pengetahuan yang telah diwariskan secara turun-temurun termasuk cara menyampaikan doktrin dan praktek tersebut. Disesuaikannya bentuk-bentuk kebudayaan tradisional kepada kebutuhan rohaniah dan artistik dari masyarakat muslim baru, dan menyatukannya dengan lambang dan ungkapan baru. Salah satunya yaitu Tradisi Kliwonan. Beberapa orang memiliki mindset bahwa malam Jumat Kliwon terkesan horor dan kental akan hak yang mistis. Namun tidak pada tradisi kliwonan. Secara umum, Kliwonan adalah adat tradisi budaya masyarakat Cirebon, yang dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon (jatuh setiap 40 hari sekali) untuk memperoleh berkah, rezeki, keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT.. l Pada saat masuknya agama islam ke nusantara, tradisi, kesenian, kuliner lokal atau bahkan agama lain yang oleh diadopsi para auliah atau wali untuk diperkenalkan kepada masyarakat/khalayak bahwa di agama islam pun ada yang namanya Kliwonan, dengan diharapkan dapat memberikan image agama islam yang setara dengan agama lainnya serta mereka tertarik untuk memeluk agama islam. 

Tujuan masyarakat 

Tujuan dari ber-Kliwonan dari orang-orang itu sendiri tentu bervariasi. Beberapa dari tujuan/alasan tersebut merupakan tujuan yang terbilang nyeleneh, salah satunya yaitu para kaum lelaki yang biasanya ingin berdesak-desakan, bertemu dengan perempuan-perempuan untuk pada akhirnya bisa saling berkenalan atau yang sering kita sebut dengan mencari jodoh, alasan seperti itu pun sebenarnya tidak dapat kita kesampingkan. Yang kedua, ada yang ingin bersilaturahmi untuk mengirimkan doa kepada para auliya, wali, atau tokoh syiah melalui ziarah di makam mereka, supaya lebih afdol. Ada yang mengutarakan (tidak diketahui alasannya) bahwa auliya dan wali yang memiliki kelebihan yaitu barokah dan karomah. Maka dengan mengirimkan doa diharapkan kita mendapatkan atau istilahnya "keserempet" barokah dan karomah dari mereka dan Allah SWT.. Ketiga, orang-orang ber-Kliwonan untuk menunaikan nazar untuk berziarah, mereka lebih memilih untuk melakukannya beramai-ramai di malam Jumat Kliwon dibanding hari biasa. Dan masih banyak lagi tujuan masyarakat untuk beraktivitas di malam Jumat Kliwon. 

Macam tradisi yang ada di Kliwonan 

Ziarah ke makam sunan Gunung jati
Ziarah ke makam sunan Gunung jati

Masyarakat lebih yakin bahwa malam Jumat Kliwon merupakan malam yang membawa berkah. Selain dengan berziarah untuk mengisi malam Jumat Kliwon, sebagian dari mereka melakukan Tahlil dan Tawasul bersama-sama warga sekitar, yaitu dengan kegiatan saling mendoakan keluarga-keluarganya satu sama lain. Serta adanya syukuran dengan menyajikan berbagai jamuan seperti Nasi Tumpeng, kue-kuean yang akan disantap bersama. Tidak hanya untuk dinikmati sendiri, sajian lainnya pun juga akan dikirim-kirimkan ke masjid-masjid. Kemudian ada pula orang-orang pada malam Jumat Kliwon yang memasang wewangian yang pada umumnya digunakan dengan cara dibakar, karena pada nyatanya Rasulullah SAW. suka untuk memasang pewangi/wewangian. Hal ini sering disalah pahami bahwa memasang wewangian terutama yang cara penggunaanya dibakar merupakan sesuatu yang dapat memanggil/mendatangkan atau memuja setan sehingga terbilang musyrik, namun penggunaan wewangian ini hanya sebatas pewangi ruangan semata. Asap-asap dari wewangian ini pula memiliki manfaat yang cukup melimpah, selain sebagai pengharum ruangan, konon asap wewangian ini juga digunakan sebagai aroma terapi dan pembasmi virus yang tersebar di udara. Memasang wewangian ini dikhususkan pada malam Jumat Kliwon bagi sebagian orang karena harga dari pewangi itu sendiri tidak terjangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun