Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Allah Itu Ada Bagimu, Bila...

29 Juli 2011   18:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:15 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_122306" align="alignright" width="224" caption="Adi Supriadi 12 Tahun Lalu "][/caption]

Sahabat Pembaca, saya ingin bercerita tentang perjalannan saya selama Ramadhan di 12 tahun yang lalu, saat itu Saya masih menjadi Mahasiswa Sebuah Perguruan Tinggi Islam, setiap tahun ketika Ramadhan Badan Eksekutif Mahasiswa biasanya mengadakan Safari Ramadhan, dan Saya menjadi “langganan” untuk terlibat dalam proses pelaksanaanya, kali ini saya Akan menyampaikan perjalanan Safari Ramadhan di sebuah Kecamatan yang sering disebut Teluk Batang, dulu Teluk Batang ini merupakan bagian dari Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Sejak pemekaran wilayah Kecamatan Teluk Batang menjadi wilayah untuk Kabupaten Baru yang disebut Kabupaten Kayong Utara. Kabupaten Kayong Utara ini merupakan bagian dari rencana Kota Ketapang untuk menjadi Provinsi memisahkan diri dari Provinsi Kalimantan Barat dimasa mendatang, dan entahlah kapan terwujudnya.

Sebagaimana janji saya diatas bahwa saya akan menceritakan perjalanan saya di Kecamatanan tersebut, tepatnya disebuah Masjid Kecamatan, saat itu saya dan teman-teman Mahasiswa membuat Program Pesantren Kilat untuk SMU/MA sekecamatan tersebut, yang menarik dan tertanam kuat dari perjalanan ini adalah ketika saya selesai menjadi Imam Sholat Shubuh dan memberikan ceramah Ba’da Shubuh hingga pukul 05.30 Wib. Ada seorang kakek tua berpakaian serba putih, dari sorban hingga jubahnya berwarna putih, beliau mendekati saya dan berbisik “Anak Muda, Ayo kita ke sudut Masjid sana, ada yang mau kakek tanyakan kepadamu”, “Oh Iya kek” jawab saya sembari mencium tangan beliau.

Kami berduapun berjalan menuju Penjuru Masjid Baiturahman tersebut, sang kakek menatap dalam sekali, sambil menarik nafas yang dalam beliau memulai pembicaraan “Anakku, Tadi Anakku menyampaikan ceramah tentang Aqidah, tentang Allah, boleh kakek bertanya? Dimanakah Allah itu?”. Sebuah pertanyaan yang membuatku bingung, sangat dalam sekali dan tentunya menukik bagi saya yang saat itu masih mahasiswa semester enam. Jadi teringat pesan Nenek “Adi, ingatlah…Suatu saat nanti Kau akan mendapatkan sebuah ilmu, dimana jika dibahas bagaikan halililintar yang menggelegar, tetapi ketika jatuh ke bumi besarkan debu juga tidak ada”.

Saat itu pula Saya teringat pesan Kakek saya, jika ada yang bertanya dimana pertanyaan itu bukan sifatnya ingin tahu atau ingin sekedar menguji dan Kita tidak tahu jawabannya maka berikanlah jawaban seperti ini “Sesungguhnya orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Kakek itupun manggut-manggut, sambil tertunduk beliau bertanya lagi.

Anakku, Coba Ambilkan Pelita itu (sebuah kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan diberi api disumbunya-Pen), boleh kakek bertanya? Kapan Pelita ini disebut Pelita? “. Kembali Saya memberikan jawaban “Kakek, Saya tidak bisa menjawabnya, Terangkanlah pada Saya”. Sang Kakek bukan malah menjawabnya tetapi memberikan pertanyaan baru lagi “Jika Kakek Tiup Api diatas Pelita ini, Kakek bertanya, Tahukan Engkau Anakku, Kemana Perginya Api Itu?”. Allahu Akbar! Teriak bathin saya, selama ini saya tidak pernah berfikir tentang kemana perginya api ketika ditiup dari pelita yang hidup, oh iya ya, kemana perginya api itu, bahkan tidak berbekas sama sekali. Kembali Saya menjawab “Saya Tidak Tahu Kek, Berikan ilmu Pada Saya”.

Kembali Kakek itu tidak menjawab, Beliau justru menanyakan nama saya “Nak, Namamu siapa?”, Saya jawab “Adi Supriadi ”, beliau manggut-manggut lagi , saya bertambah heran saja dengan kakek ini yang entah dari mana datangnya. “Boleh Kakek bertanya lagi, Dimana ADI SUPRIADI Itu?” Wah pertanyaan apa lagi ini pikir saya, untuk yang satu ini saya menjawab “Di Depan Kakek , Ini Adi Supriadi ”. Beliau hanya geleng-geleng kepala dan merenung sejenak, saya terbawa suasana merenung seperti kakek ini dan tiba-tiba beliau menepuk bahu saya dan memanggil nama saya “ADI…….!” Saya jawab dengan Spontan “Ya Kek”. Kakek itu tersenyum lebar dan kemudian mengatakan :

Anakku, Barusan kakek merasakan adanya ADI, karena bagimu Adi itu tidak ada, jika Kau pegang tanganmu, itu Tangan Adi, jika kau pegang Keningmu, Itu Kening Adi, jika kau pegang kepalamu ,itu Kepala Adi, Jika kau pegang tangan dan kakimu, itu adalah tangan dan kaki Adi, lalu…..DIMANAKAH ADI ITU?! Adi Itu ada saat begitu banyak orang merasakan banyaknya manfaat kehadiran dirimu, sehingga banyak orang menyebut namamu Anakku

Demikianlah perumpamaan Allah Swt, Sesungguhnya Allah itu sudah Ada sebelum apapun ada dimuka bumi ini, Allah itu sudah ada bahkan jikapun Bumi tidak diciptakan olehnya, Tapi Allah itu Tidak Ada Bagimu, Jika kamu tidak pernah mengerti tentang-NYA, Kau sebut langit itu adalah langit ciptaan Allah, kau sebut Api itu Api ciptaan Allah, Kau Sebut Air, itu adalah Air Ciptaan ALLAH, lalu dimanakah Allah? Dimanakah Allah? Allah itu ada bagimu, Bila kau selalu menyebut nama-NYA, kau zikirkan setiap hembusan nafasmu, Maka Dia slallu ada bersamamu, Maka Allah itu Ada Bagimu, karena ada dan tidak adanya dirimu, Allah Itu Tetap Ada!

Subhanallah, pagi Ramadhan yang indah bagiku, sebuah ilmu yang tidak mungkin kudapatkan di bangku kuliah, Allahu Akbar! Allahu Akbar! Walillahilhhamd

Sebelum perpisahan dengan kakek itu , saya masih penasaran dengan Perumpamaan Pelita yang ditanyakan tadi, beliau menjelaskan “Pelita itu tidak bisa kamu sebut Pelita tanpa ada Apinya, ketika Pelita itu tidak Apinya dia hanya bisa disebut Kaleng Cat Minyak yang berisi minyak tanah dan bersumbu, itu saja. Baru Bisa Kau sebut Pelita apabila kau berikan Api disumbunya, ini bermakna demikianlah manusia, ketika ruhnya tidak ada, itu hanya bangkai yang berjalan, yang perlu kau hidupkan setiap hari adalah ruhnya, sehingga dia bisa menerangi dan memberikan manfaat bagi sekitarnya”. Allahu Akbar! Teriak bathinku. Kembali sebuah nasehat yang luar biasa di Ramadhan ini bagi saya, dan ketika sebelum Saya cium tangganya Sang Kakek ini membisikan ke telinga “Anakku, Ingat saat Api diatas pelita itu ditiup, Api menghilang, tak berbekas dan kau tidak bisa melihatnya lagi, bahkan bentuk , rasa sudah tidak bisa kau lihat, bahkan kau tanyakan seribu kali kemana perginya Api kau tidak akan bisa menjawabnya, Demikianlah dengan RUH anakku, saat dia pergi dari jasadmu dia tidak akan membentuk apapun , dia raib sebagaimana Zat yang menciptakannya, Dialah ALLAH Swt. Maka rawat dengan benar ruh yang ada dalam jasadmu. Assalamualaikum

Wa’alaikumsalam” jawab saya sembari menitikaan Air Mata “Ya Allah, Ramadhan kali ini terasa indah bagiku, Aku ingin bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan Ya ALLAH” saya berdoa dalam hati.

Hingga hari ini, saya tidak menemukan bahkan tidak pernah mengenal nama kakek itu, saat ditahun selanjutnya saya berkunjung ke Kecamatan Teluk Batang, tidak ada satupun yang tahu siapa kakek yang saya maksudkan. Semoga Allah memberikan tempat terindah disisi-NYA. Amin

[caption id="attachment_122307" align="aligncenter" width="602" caption="Adi Berfoto dengan Peserta Pesantren Kilat Pada Program Safari Ramadhan di Kecamatan Teluk Batang, Kabupaten Kayong Utara, Kalbar (12 Tahun lalu)"]

13119628031044192834
13119628031044192834
[/caption]

TELKOMSEL RAMADHANKU

Bandung, 30 Juli 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi), Direktur Rabbani Hamas Institute Indonesia, dapat dihubungi 085860616183 / 081809807764 / YM : assyarkhan / FB : adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype : adikalbar / PIN BB : 322235A9

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun