Mohon tunggu...
Adista Pattisahusiwa
Adista Pattisahusiwa Mohon Tunggu... Editor

Wartawan dest politik (Nusantara II DPR RI Parlemen Senayan 2014-NOW) (Polda Metro, Since 2016) Nyong Ambon Saparua Maluku | ALLAH SWT is my Lord. (Alumni Kerusuhan Ambon 1999)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gema Protes Ben Cohen, Menggugat Kebijakan AS di Gaza

17 Mei 2025   01:39 Diperbarui: 17 Mei 2025   01:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi Ben Cohen pada 14 Mei 2025, ketika ia memprotes perang Israel di Gaza dengan mengganggu sidang Senat AS, adalah pernyataan berani yang mencerminkan keberanian sekaligus memicu polarisasi.

Dengan berteriak bahwa Kongres "membunuh anak-anak di Gaza" melalui dukungan bom senilai miliaran dolar sambil memotong dana Medicaid, Cohen, pendiri es krim Ben & Jerry's, tidak hanya menantang kebijakan AS tetapi juga menyoroti kontradiksi moral dalam prioritas anggaran negara.

Ditangkap bersama tujuh pengunjuk rasa lain, ia tetap teguh, memposting di X setelah dibebaskan bahwa ia "tidak bisa menyebut diri orang Amerika" tanpa mempertaruhkan tubuhnya untuk keadilan.

Dari satu sudut pandang, tindakan Cohen adalah ekspresi keberanian moral di tengah meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza.

Kritiknya terhadap pemotongan Medicaid juga relevan, mengingat anggaran militer AS yang mencapai ratusan miliar dolar sering kali kontras dengan pendanaan program sosial yang terbatas.

Bagi banyak pendukungnya, Cohen mewakili suara rakyat yang merasa diabaikan oleh elit politik, terutama ketika ia menyebut dirinya mewakili "jutaan warga Amerika yang marah."

Aksi ini, meski kontroversial, menggarisbawahi peran aktivisme langsung dalam mengguncang status quo.

Dari perspektif pendukung, Cohen adalah suara moral di tengah krisis kemanusiaan.

Data independen memperkirakan puluhan ribu korban sipil di Gaza akibat eskalasi konflik, dan seruannya untuk membuka akses bantuan kemanusiaan resonan dengan jutaan orang yang prihatin.

Sebagai keturunan Yahudi, kritiknya terhadap kebijakan Israel seperti yang ia ulang dalam wawancara dengan Tucker Carlson pada 5 Mei 2025, menyebut tindakan di Gaza sebagai "genosida".

Ini menunjukkan keberanian melawan narasi dominan, terutama ketika tuduhan antisemitisme sering digunakan untuk membungkam kritik.

Selain itu, kehadirannya di acara pro Palestina bersama Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Rashida Tlaib menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan isu ini, sejalan dengan sejarah aktivismenya, dari mendukung Assange hingga mendirikan Ben & Jerry's Foundation yang progresif.

Namun, aksi Cohen juga menuai kritik tajam. Mengganggu sidang Senat, terutama yang melibatkan Robert F. Kennedy Jr., dapat dianggap sebagai tindakan performatif yang lebih mengundang perhatian daripada perubahan nyata.

Postingan di X, seperti dari sumber konservatif, menyebutnya "gila" atau "kiri ekstrem," mencerminkan pandangan bahwa pendekatannya terlalu konfrontatif.

Beberapa pihak menilai protes seperti ini hanya memperkuat basis pendukungnya tanpa membangun dialog dengan pihak yang berbeda pandangan.

Selain itu, meskipun Cohen tidak lagi memiliki peran eksekutif di Ben & Jerry's, asosiasinya dengan merek tersebut membuat aksi pribadinya tetap dikaitkan dengan perusahaan, memicu boikot atau kritik dari konsumen yang tidak setuju dengan pandangannya.

Saya melihat aksi Cohen sebagai cerminan dilema aktivisme modern, keberaniannya mengguncang diskusi publik, tetapi dampaknya terbatas tanpa strategi yang lebih luas.

Protes langsung seperti ini efektif untuk menarik perhatian, terbukti dari liputan media dan perbincangan di X, tetapi perubahan kebijakan memerlukan lebih dari sorotan sesaat.

Cohen bisa memanfaatkan pengaruhnya untuk membangun koalisi atau kampanye yang lebih terstruktur, seperti yang ia lakukan dengan yayasannya.

Meski begitu, di era ketika krisis kemanusiaan sering terkubur di bawah kepentingan politik, suaranya tetap penting sebagai pengingat bahwa diam bukanlah pilihan.

(Adista Pattisahusiwa, 17 Mei 2025)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun