Mohon tunggu...
ikomangadiputrakusumaardana
ikomangadiputrakusumaardana Mohon Tunggu... Mahasiswa

bermain alat musik

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menjaga Alam dan Nilai Ekologis Melalui Keheningan Nyepi dan Keharmonisan Subak

18 Oktober 2025   15:40 Diperbarui: 18 Oktober 2025   15:40 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Krisis lingkungan global yang terjadi saat ini menuntut manusia untuk kembali belajar dari kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Bali menjadi salah satu contoh daerah yang memiliki nilai luhur dalam menjaga keseimbangan alam melalui filosofi Tri Hita Karana. Konsep ini menekankan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), antar sesama manusia (Pawongan), dan dengan alam sekitar (Palemahan). Nilai Palemahan inilah yang menjadi dasar hubungan manusia dengan lingkungan, dan wujud nyatanya dapat dilihat melalui perayaan Hari Raya Nyepi serta sistem irigasi tradisional Subak yang masih dijalankan oleh masyarakat Bali hingga kini.

Hari Raya Nyepi bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga memiliki makna ekologis yang dalam. Selama satu hari penuh, seluruh aktivitas manusia dihentikan melalui pelaksanaan Catur Brata Penyepian, yaitu tidak menyalakan api (Amati Geni), tidak bekerja (Amati Karya), tidak bepergian (Amati Lelungan), dan tidak mencari hiburan (Amati Lelanguan). Keheningan dan penghentian aktivitas ini memberikan dampak positif bagi lingkungan, seperti penghematan energi listrik, berkurangnya penggunaan bahan bakar, serta menurunnya tingkat polusi udara. Dalam sehari tanpa aktivitas manusia, alam seolah diberi kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan keseimbangannya. Hal ini menunjukkan bahwa Nyepi tidak hanya sebagai simbol introspeksi diri, tetapi juga sebagai bentuk nyata penghormatan terhadap alam.

Sementara itu, sistem Subak mencerminkan kearifan ekologis yang tumbuh dari budaya agraris masyarakat Bali. Subak merupakan lembaga tradisional yang mengatur pengelolaan air irigasi secara adil dan efisien, dengan menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan gotong royong. Air dalam sistem Subak dianggap suci dan menjadi sumber kehidupan yang harus dijaga serta digunakan secara bijak. Penerapan sistem terasering pada lahan sawah tidak hanya menyesuaikan dengan kontur tanah, tetapi juga berfungsi untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan lahan. Selain itu, Subak diatur oleh norma adat (awig-awig) yang mengatur perilaku anggota agar tetap selaras dengan alam. Sistem ini bahkan diakui dunia sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO karena keberhasilannya menggabungkan aspek teknologi, sosial, budaya, dan ekologi dalam satu kesatuan yang berkelanjutan.

Dalam praktiknya, nilai Palemahan dalam Subak tercermin dalam tiga aspek utama. Pertama, aspek spiritual melalui pembangunan Pura Ulun Carik sebagai tempat pemujaan dan pelaksanaan upacara keagamaan. Kedua, aspek sosial yang terwujud melalui musyawarah dan kerja sama antaranggota Subak dalam mengatur distribusi air dan kegiatan pertanian. Ketiga, aspek fisik yang terlihat dari pemanfaatan lahan sesuai batas alamiah serta penerapan sistem terasering yang menjaga keseimbangan ekosistem. Prinsip utama Subak bukan sekadar mengejar efisiensi, tetapi menekankan pada efektivitas kolektif yang mengedepankan harmoni antara manusia dan lingkungan.

Baik Nyepi maupun Subak menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Bali telah lama menerapkan nilai-nilai keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui Nyepi, alam diberi ruang untuk bernapas dan beristirahat, sedangkan melalui Subak, manusia diajarkan untuk mengelola sumber daya alam secara adil dan bijaksana. Keduanya memperlihatkan bahwa spiritualitas, sosialitas, dan ekologi dapat berjalan beriringan dalam harmoni. Kearifan ekologis Bali ini menjadi cerminan bahwa menjaga alam bukanlah konsep modern semata, melainkan warisan budaya yang telah hidup dalam kesadaran masyarakat sejak lama yang menjadikan sebuah pelajaran berharga tentang bagaimana manusia seharusnya hidup selaras dengan alam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun