Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Seniman - Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Theosis dan Ragam Kehidupan Berbangsa: Sebuah Kritik Sejarah

1 Desember 2022   01:10 Diperbarui: 1 Desember 2022   01:10 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

THEOSIS DAN RAGAM KEHIDUPAN BERBANGSA

Republik ini adalah rumpun terlengkap didunia terkait percampuran ras suku bangsa, multi suku dan kulit yang beraneka ragam serta dialek dengan multi bahasa yang ada. Membahas tentang kultur pemersatu lintas warna kulit masih penuh misteri yang belum banyak terkuak secara rasional dan obyektif dalam proses menguak tabir kausalitas [sebab-akibat], suku apa bercampur apa? Apa dan Bagaimana prosesnya? 

Kemudian mengenai prosesi perubahan dialek dan bahasa sanskerta pada era Nusantara yang berubah menjadi beragam bahasa, hingga rumpun melayu sebagai himpunan kata yang mendominasi bahasa Indonesia. Beranjak dari hal ini penulis membuat kita berpikir lebih jauh, bagaimana Nusantara menjadi bentuk perkumpulan aneka bangsa yang diperkecil menjadi suku diantara wilayah-wilayah dan berdasarkan sebaran dan budayanya.

begitu banyak penafsiran yang membahas mengenai munculnya perbedaan di tanah ini

Beragam analogi dan asumsi mengaitkan persilangan genetik menjadi suatu faktor penyebab, hal itu pun belum dapat disinergikan dengan faktor perubahan dialek lintas suku yang hampir tak sama disetiap daerah, langgam dan dialek yang jelas berbeda dengan bangsa lain diera sekarang ini, tentunya hal ini menyebabkan begitu banyak penafsiran yang membahas mengenai munculnya perbedaan di tanah ini,

Persatuan komunitas suku ditanah pra atau sebelum Nusantara ternyata sudah sejak lama terbentuk, bahkan selisih abad sebelum terbentuknya Nusantara kita sebut saja yakni Taruma Negara pada abad ke 7 SM. Prosesi terbentuknya Nusantara oleh sumpah Gadjah Mada merupakan proses penyatuan kurun kesekian kalinya, Berangkat dari Nusantara kita belum dapat menyimpulkan tentang detail mengenai percampuran ras hingga muncul beragam suku kulit dan bahasa.

Asumsi-asumsi menggeliat menjabarkan peristiwa pra sejarah Nusantara seolah sudah merupakan sebuah kepastian, peradaban masa silam masyarakat pra Nusantara (sundaland) sebelumnya telah luput dari catatan sejarah dan terputus, mengaitkan peristiwa dengan mitologi pun bukan merupakan cara pandang yang sarat ilmiah mengenai terbentuknya satu tatanan peradaban pra Nusantara tidak bisa dengan asas kira-kira, hegemoni kerajaan menuju homogenitas menjadi heterogenitas sebuah komunitas besar yang kita sebut bangsa pada saat ini, 

tulisan dibuat berdasarkan situasi politik atau dibawah faktor lain yang mempengaruhinya,

Kemudian berangkat dari penelitian benda peninggalan sejarah merupakan salah satu perspektif menyimpulkan sebuah prosesi masa lampau, namun setiap langkah yang dilakukan merupakan penetrasi paksa berdasarkan kekaryaan segelintir manusia, yang belum tentu valid dalam memprediksikan dan menjawab bagaimana mereka hidup dan berserikat pada zamannya.

Memahami kata bukanlah perkara yang mudah, apalagi menyiratkan isi dalam surat dan mengaitkan dengan tragedi di masa lampau dengan kumpulan asumsi yang belum pasti dan benar adanya, catatan-catatan dan simbol dalam situs prasejarah seperti batu tulis merupakan peninggalan kisi-kisi tentang sebuah penjelasan mengenai prosesi kepemimpinan masa lampau, pengertian nilai yang terkandung akan sangat beragam bila diterjemahkan oleh manusia dilintas zaman yang berbeda, apakah tulisan dibuat berdasarkan situasi politik atau dibawah faktor lain yang mempengaruhinya?, 

Kesimpulan bahwa dahulu pernah ada suatu peradaban pra Nusantara adalah sebuah ungkapan yang membuktikan adanya peradaban saat ini

Peninggalan sejarah secara politik dan beragam faktor lainnya sangat memungkinkan dan bisa saja terjadi dalam hal membuat dan meninggalkan catatan serta simbol sejarah dizamannya, beragam hal pun akan muncul dalam menafsirkan dikarenakan tingkat ambiguitas yang tinggi sebagai asumsi yang nilainya belum tentu memiliki kepastian yang jelas, 

Bisa saja isi merupakan asumsi yang berisi sebuah ungkapan atau penjelasan tersebut sengaja dibuat atas inisiatif individu pembuat, bisa juga atas perintah penguasa sebagai doktrin figure, atau pengingat aturan dan acuan baku mengenai bagaimana membangun kecintaan terhadap penguasa melalui media pencitraan dengan bahasa puitis yang berefek kecintaan politis, atau bisa juga kurang kerjaan pembuatnya sebagai proses inspirasi yang mengidamkan kepemimpinan yang baik, simbol atau tulisan dibuat bukan hanya dimiliki dan berdasarkan keinginan individu semata bisa jadi masih ada hal lainnya yang mempengaruhinya seperti seremoni atau sekedar iseng belaka, penjabaran ini pun merupakan kumpulan asumsi yang nilainya bisa keliru semua atau sebaliknya. 

Meskipun telah dijelaskan dengan beragam cara dan metode tingkat eksakta akan jauh dari pengaruh jujur ilmiah dalam kisah nyata terkait pengaruh dan perubahan sosial pada masa itu dengan sebenar-benarnya.

Kesimpulan bahwa dahulu pernah ada suatu peradaban pra Nusantara adalah sebuah ungkapan yang membuktikan adanya peradaban saat ini, nampak melalui regenerasi manusia baru yang lahir dan berkembang biak dan tetap ada hingga saat ini, fakta itu pun belum cukup dan bukan merupakan kesimpulan yang ilmiah karena sistematik yang terputus antara awal kemunculan peradaban manusia , proses pertengahan percampuran manusia dalam memperbanyak turunan hingga akhir peradaban diera kekinian, ini menjadikan manusia kini menyikapi cara pandangnya dengan tafsiran-tafsiran berdasarkan nalar dan rasionalitas yang berkembang dan senantiasa berubah-ubah seiring perubahan ruang dan berjalannya waktu. 

cenderung berdasarkan nalar akibat dampak keyakinan dan keimanan yang beragam jenis

Kitab suci kerap dijadikan rujukan bagi para penganut agama, yang tentunya eksistensi realitas akan sangat panjang diperdebatkan tentang cikal bakal manusia pertama muncul dan berkembang biak, otentifikasi mengenai akuratnya suatu fakta dan data, menurut para arkeolog dan ilmuwan sangat lemah dalam pergelutan referensi yang banyak muncul dipertengahan zaman [era para nabi dengan kitabnya]. 

Wikipedia.org
Wikipedia.org

Apresiasi penganut agama terhadap dinamika Profetik berdasarkan kronologis dan peristiwa akan bernilai hebat bagi sebagian personal yang beragama, kesimpulan akan cenderung berdasarkan nalar akibat dampak keyakinan dan keimanan yang beragam jenis, sedangkan kebutuhan mengurai secara ilmiah dan pasti adalah dengan rangkaian, objektif, terstruktur dalam sistem yang berkaitan diselingi fakta dan bukti nyata serta mampu dipertanggung jawabkan secara ilmiah, kemudian tuntutan terhadap study komparatif belum tentu jua memenuhi standar ilmiah, apabila proses tersebut tidak melalui proses praktikum peninjauan langsung kebenaran sebagai bentuk tanggung jawab, study tersebut dilakukan bukan untuk mencari perselisihan apalagi menimbulkan pergesekan dan pergejolakan lintas manusia, semata untuk mengungkap kebenaran dalam menjawab dan menanggapi sebuah proses yang pernah terjadi dalam peradaban kecil manusia masa lampau yang semakin membesar kini. 

Mengurai secara rinci sejarah bukanlah perkara mudah,

Kita bisa mengambil contoh sampling perihal turunnya Adam dan Hawa yang termaktub dalam kitab suci beserta peninggalannya yakni manusia kekinian, mengingat antara yang satu dengan yang lainnya bukan hanya berbeda dalam hal genetis, tetapi berbeda pula dalam sikap dan tingkah laku berdasarkan wilayah, hingga terjustifikasi suku dan bangsa dalam setiap peradaban komunitas atau kelompok saat ini. 

Mengurai secara rinci sejarah bukanlah perkara mudah, kekeliruan definisi cenderung akan melahirkan kekecewaan dan berdampak kesalahan sejarah, peranan sejarah merupakan bagian penting dalam mengentaskan perbedaan dengan penataan nilai kemanusiaan yang satu dan utuh, yang telah terkemas berdasarkan ruang dan waktu antara masa lalu, kini dan masa mendatang.

“peradaban” adalah salah satu awal untuk mengenali “adab” untuk menjadi bekal “beradab”

Kita kerap mendengar mengenai “Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab”, mengenal “peradaban” adalah salah satu awal untuk mengenali “adab” untuk menjadi bekal “beradab” dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara di era kini dan mendatang, 

Tentunya nilai tersebut berorientasi dan berkait dalam persatuan sebagai wujud membangun kesejahteraan sosial bagi seluruh umat melalui toleransi terhadap perbedaan perspektif dan proyeksi yang terdiri dari ragam cara pendekatan keyakinan berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa yang tercermin dalam perilaku kerakyatan, seperti yang tertuang dalam Pancasila sebagai wujud Bhineka Tunggal Ika masyarakat kita saat ini. Selamat Berpikir dan beradab

( Sebuah Catatan 22 Juli 2014)

Terima Kasih telah Follow, Respon dan Komentar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun