Mohon tunggu...
Adillah kasmir
Adillah kasmir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sudah Sejauh Mana Persiapan Kita?

10 April 2019   05:04 Diperbarui: 10 April 2019   05:25 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ,,
Hay para pembaca setia kompasiana  ,, perkenalkan nama saya Adillah kasmir salah satu mahasiswi di fakultas farmasi Universitas Hasanudin Makasssar. Nah dalam dunia bisnis sudah sepatutnya seorang pengusaha selalu memperkaya wawasannya baik itu wawasan nasional maupun internasional uitamanya di bidang ekonomi. 

Karena baik secara langsung maupun tidak , nantinya akan akan berpengaruh langsung dengan bisnis yan g sedang dijalani dalam hal ini resiko investasi. Salah satu contoh wawasan yang maksud yaitu memahami Sustainable Deveploment Goals (SDGs).

Secara singkat, Sustainable Deveploment Goals (SDGs) adalah pembahruan tujuan serta indicator yang menjadi target universal yang disepakati oleh negara yang menjadi anggoa PBB. Jadi SDGs itu sendiri merupakan visi terhadap menyeluruh dunia pada tahun 2030 (ODI,2015; Sachs, 2015; UN, 2015). 

Artikel yang saya bahas pada kesempatan kali ini tidak berbeda jauh dengan pembahasan saya pada artikel sebelumnya mengenai REVOLUSI INDUSTRI 4.0 . Mengapa saya katakan demikian karena SDGs dan REVOLUSI INDUSTRI 4.0 keduanya membahas tentang " bagaimana kehidupan manusia di masa yang akan datang ".  

Kemudian tidak hanya itu pada kesempatan kali ini juga saya akan menyinggung sedikit mengenai tujuan SDGs, pilar-pilar SDGs,  juga tentunya membahas tentang MDGs yang nantinya kita akan mengetahui apasih perbedaan prinsip  daripada keduanya. Indonesia adalah salah satu negara yang berkomitmen tinggi  dalam melaksanakan dan mencapai SDGs sejak beberapa tahun yang lalu.

Sebelumnya tadi telah dituliskan bahwa SDGs itu menyangkut tentang kehidupan manusia di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Nah tentunya SDGs memiliki visi global yang terlalu ambisius. Mengapa tidak? 

Kelahiran SDGs tidak terlepas dari kritik tajam, mengingat target-target capaiannya yang lebih kompleks dan lebih banyak dari MDGs. Dengan hanya memiliki  8 sasaran saja, tidak sedikit hal yang masih tersisa dari MDGs. Namun pendapat lain mengatakan bahwa justru SDGs ini lebih baik karena sifatnya yang ambisius sehingga hal inilah yang dibutuhkan untuk daPAT "MEMAKSA" semua pihak untuk turut menyelesaikan tantangan pembangunan dunia yang besar, seperti ketimpangan dan kerusakan lingkungan (ODI,2015).

Menjelang berakhirnya era Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Persatuan bangsa-bangsa (PBB) menyelenggarakan konferensi bertajuk pembangunan berkelanjutan (sustainable development), di konferensi Rio+20. Pertemuan tersebut menghasilkan dokumen (the future we want) yang sangat berperan penting dalam kemunculan SDGs. Hal yang paling penting dari dokumen tersebut adalah diperlukannya agenda pembangunan berkelanjutan baru yang melanjutkan MDGs, namun dengan visi yang lebih luas, holistic dan bersifat universal.

Dari hasil pertemuan Rio+20, PBB membentuk kelompok kerja khususnya yang bertugas untuk menyiapkan proposal mengenai konsep  pembangunan berkelanjutan pasca MDGs pada 22 januari 2013.  Dimana pada tim tersebut beranggotakan 30 negara, termasuk Indonesia sebagai perwakilan dari grup Asia Pasifik. 

Setelah melewati beberapa tahap negosiasi antar negara, dokumen akhirnya dihasilkan oleh tim tersebut diadopsi oleh lebih dari 150 pemimpin dunia kesempatan the UN Sustanable Deveploment Goals (SDGs). Pada pertemua tersebut Indonesia hadir dengan diwakili oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyampaikan pidato keikut-sertaan Indonesia dalam agenda SDGs.

Adapun tujuan dari pembangunan berkelanjutan, termasuk dalam ruang lingkup sasaran SDGs tentang bagaimana kepentingan dari seluruh seluruh  negara yang terwakili di dalam SDGs. Tujuan mengisyaratkan bahwa semua pihak harus mengupayakan untuk, misalnya, tidak menggunakan material berbahaya dalam kegiatan konsumsi dan produksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun