Siapa yang tidak suka dengan masakan Padang? Jika anda adalah orang Indonesia, maka rasa-rasanya tidak akan ada yang tidak suka dengan masakan Padang. Namun, selalu menjadi sebuah pertanyaan bagi pecinta makanan Padang, kenapa sih kalau makan di tempat jumlahnya selalu lebih sedikit jika dibandingkan dengan dibungkus? Bahkan, sambal saja sampai harus bayar. Hmmm, kenapa ya? Usut punya usut, tenyata kondisi tersebut sudah dilakukan sejak jaman penjajahan.Â
Di kala itu, yang bisa makan masakan padang hanyalah orang-orang yang kaya, saudagar dan penjajah. Wajar, karena memang bahan baku masakan Padang memang tidak bisa dianggap murah.Â
Namun ternyata orang Padang memiliki cara untuk membuat masyarakat umum bisa menikmati masakan Padang. Caranya? Ternyata cukup sederhana. Masyarakat umum (baca: rakyat jelata) yang kebanyakan bekerja sebagai buruh dan pekerja kasar bisa membungkus makanan dengan porsi yang lebih banyak ketimbang dengan yang makan di tempat.
Keputusan ini diambil karena masyarakat Padang adalah masyarakat Padang. Mereka tidak bisa melihat saudaranya kelaparan hanya karena tidak bisa membeli makanan khas daerah mereka sendiri karena harganya yang mahal. Padahal, mereka justru lebih membutuhkan banyak gizi karena pekerjaan mereka yang cenderung kasar.Â
Hal ini pun menjadi latar belakang mengapa di kota Padang tidak ada rumah makan Padang. Yang ada disana hanyalah Rumah makan Ampera yang memiliki singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat rumah makan yang memberikan subsidi silang dari si kaya kepada si miskin dengan cara yang sangat halus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI